36. Hari yang Tepat

456 106 17
                                    

Narator's Pov :

Jay merapikan kemejanya lalu mengambil kunci mobil, dia turun ke lantai bawah dan menemui orangtuanya. Eomma dan Daddy sedang bersiap-siap di kamar, Jay mengetuk pelan lalu masuk setelah dipersilakan.

Daddy sedang duduk bersandar di sofa sambil menatap Eomma yang masih sibuk dengan kalungnya.
"Jay-ah," panggilnya.

"Daddy." Jay mengangguk, lalu duduk di sofa sebelah ayahnya.

ShinYe menatap anaknya dari pantulan kaca, "oh Jay, maaf menunggu lama, Eomma masih belum selesai."

"Kalau boleh Jay izin duluan ya, mau ke apartemen dulu, jemput Matahari, Oma pengen ketemu juga sama dia hari ini." Jay menatap ibunya.

ShinYe menatap anaknya dengan senyum mengembang di bibir, "Jay-ah.. apa kamu suka sama dia?"

"..mm.." Jay cuma mematung di sebelah Daddy-nya.

"Apa dia yang membuat kamu tinggal di sini begitu lama?" Tanya Jason pada putranya.

"Sebenarnya.., Matahari itu yang nanti akan menggantikan Jay di sini. Om Minho yang minta.." Jay balas tersenyum pada ibunya.

"Minho terlalu memanjakan Heeseung." Jason menyandarkan kepala dan membuka kacamata, "seharusnya bisnis sebagus ini diserahkan sama anaknya."

"Heeseung punya bakat yang lain, Daddy." Jay membela sepupunya, "..bukannya lebih bagus kalau dia bisa berkarir sesuai keahliannya..?"

Jason menghela nafas, "apa maksudnya kamu juga mau seperti dia, bisa memilih profesi semaunya?"

"Ini bisnis yang bagus, Daddy.." Jay berusaha meyakinkan ayahnya. "Baru aja Daddy mengakuinya tadi kan..?"

"Kalau saja kamu bisa bicara dengan lebih sopan, Jay.."

" Oh.. Maaf Daddy." Jay merundukkan kepalanya, "maksudnya ini bukan bisnis yang buruk.. kalau dikelola dengan baik kita bisa mengembangkannya."

"Tapi belum berkembang sebagus bisnis kita, Jay. Jangan lupa keluar kita merintisnya selama puluhan tahun." Jason menegakkan kepala dari sandaran, "..dan Daddy masih menunggu kamu pulang. Kapan kamu bisa pulang membantu Daddy di sana? Aileen saat ini belum bisa diharapkan."

Jay membenahi posisi duduknya, "kasih Jay waktu lagi, Daddy.." dia memohon pada ayahnya.

ShinYe melirik jam dinding dan menyela percakapan mereka, "Jay, kalau kamu harus ke apartemen dulu, sekarang waktu yang tepat sebelum jadi terlambat."

"Thank you, Eomma..." Jay tersenyum lega. Lalu pamit pada ayahnya.

Sebelum Jay bangkit, ayahnya lalu berkata singkat, "Jay-ah, apa pun yang terjadi antara kamu dan anaknya Miska, Daddy harap kalian ga terlalu serius."

Jay menatap ayahnya dengan nanar. Lalu tanpa menjawab apa pun, dia bangkit dan menghilang di balik pintu.

Jam sudah menunjukkan pukul 18.05 sore, Jay bergegas menghidupkan mesin mobil nya lalu menatap ke tempat duduk di belakang. Menatap setangkai bunga yang dibalut rapi membentuk buket mungil yang indah, ini terlalu old fashion tapi Jay ga bisa memikirkan apa pun yang lebih relevan daripada setangkai bunga mawar merah.

Dia selalu bisa merancang pesta dengan desain yang unik dan kreatif, tapi kali ini idenya buntu. Dia lebih sibuk meyakinkan dirinya apakah ini saat yang tepat atau bukan.

Dia memajukan kendaraan dengan pikiran yang bercabang. Seumur hidup Jay selalu berusaha menyenangkan orangtuanya, sampai pernah menerima perjodohan antara dia dengan Lisa. Walaupun akhirnya gagal karena orangtua Lisa mengajukan pembatalan pertunangan.

Lantai 13 : A Complicated Diary I ENHYPENHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin