Dua Delapan. I'm sorry.

514 125 17
                                    

Warning!
Chapter ini buat yang udah 16+ aja ya..

🤗😊

_________________________________________

Hari Selasa
Jam 6.15 pagi

.
Suara alarm singa mengaum mengusik ketenangan pagi.
Entah kenapa kayaknya mager banget buat bagun pagi ini, jadi alarm aku matikan aja.

Ahh.. pengen rebahan sebentar, 5 meniiit aja..

Udah bisa ditebak, sedetik kemudian aku pun ketiduran lagi.

Sekitar 20 menit berjalan, aku terbangun karena suara alarm. Tapi itu bunyi alarm Heeseung yang menembus partisi dari arah kamar sebelah.

Aku meloncat bangun dan panik karena jarum jam sudah di angka 6. Secepatnya aku keluar kamar dan menuju kamar Bang Heeseung buat ngecek, dia kebangun apa engga. Tapi kamar dia tumbenan terkunci, jadi aku memutuskan buat langsung ke kamar mandi.

Suasana di ruang TV membuatku semakin ter-kamcagiya. Semua jendela tertutup dan lampu downlight doang yang nyala.

Ya Tuhan, ini aku udah ditinggal pergi apa gimana???

Ternyata enggak, semua kru masih ngorok di tempat tidur masing-masing. Ini pasti gara-gara tadi malem mabar sampe pagi!

Aku dengan cepat merundukkan kepala masuk ke area bunkbed Bang Jay. Berusaha menyadarkan dia dari mimpinya.

"Bang, udah jam 6 lewat..!" Bisikku sambil mengguncang kakinya yang menjulur, nyaris keluar bunkbed, sementara kepalanya jauh dipojok sana.

Aku menarik separuh selimutnya. Ga ngaruh apa-apa, aku terpaksa merangkak mendekat lagi untuk menjangkau bahunya.

" Bang Jay, bangun..." Aku berbisik. Mengguncang bahunya sekuat tenaga.

Masih ga ngaruh juga, aku terpaksa masuk lebih jauh dan menepuk-nepuk pipinya.

Bang Jay membuka mata sedikit dan menatap kosong. Bukannya bangun, dia malah mengunci tangan kananku yang menepuk pipinya.

Aku meringis kaget dan memukul bahu dia dengan tangan kiri yang masih bebas. Bang Jay balas melawan dan menarik tanganku yang satu lagi.

Sekarang kedua tanganku ditarik olehnya.

Aku hilang keseimbangan.
Terjerembab ke depan dan mendarat di atas tubuhnya!

Udah persis kayak adegan drama.

Aku menahan keinginan buat menjerit karena itu cuma memperkeruh suasana. Sunghoon di sebelah bisa kebangun dan bakal overthinking ngeliat kita.

"Bangun..!" Desisku sambil bergerak panik berusaha turun dari bodynya. Tapi ga bisa karena lenganku dikunci tangannya.

"Lo ngapain masuk kesini?!" Jay balas mendesis.

"Abang susah banget dibangunin," aku balas menyalahkannya, " udah jam 6,.kita nanti telat."

" Laen kali, jangan sembarang naik ke tempat tidur orang," omelnya lagi sambil  mengguncang lenganku, "ngerti?"

"Ampun bang.." Aku sekarang meringis kesakitan.

Jay bukannya kasian malah makin menjadi. Apa tadi malem dia mimpi buruk jadi pas bangun ngambekan kek gini?

Aku bergerak panik memukul-mukul lututku ke lututnya. Aku balas mengguncang lengannya berusaha melepaskan diri.

Jay menatap tajam, lalu tiba-tiba aja meringis,"..Jangan..." Bisiknya.

Lantai 13 : A Complicated Diary I ENHYPENWhere stories live. Discover now