Epilog. Versi 1

700 109 46
                                    

Brisbane, di hari libur di musim panas..
Matahari bersinar hangat..

.
Alarmku menyala, bunyi bel berdentang 7 kali.

Tujuh sekarang adalah lambang keberuntunganku yang baru. Karena aku punya tujuh saudara yang menyayangiku. Aku ingin terbangun setiap pagi dan mengingat kebaikan hati ketujuhnya.

Aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan pelan keluar. Bang Jake ketiduran semalaman di ruang TV. Tadi malam dia pulang sangat larut dan sudah kehabisan tenaga buat sekedar berjalan ke kamar tidur.

Aku membuka jendela apartemen dan membiarkan udara segar masuk. Mencuci muka lalu beralih ke dapur dan mulai menyiapkan sarapan pagi.

Jake menggeliat dan mengubah posisi tidurnya di sofa, "masak apa Nuna..?" Erangnya.

"Japchae." Jawabku. Sambil mematikan kompor.

" Ga ada yang laen? Udah mabok dijejelin japchae mulu ama Bang Sunghoon dari dulu."

"Ya udah aku bikinin nasi besok."

"Ga usah, besok kita nginep di rumah, nyokap pengen ketemu.."
Jake bangkit dari sofa, dengan lunglai menghampiriku. Tangannya terulur ke wajan.

"Sikat gigi dulu Bang ! Jorok banget sihhh..." Aku menepuk lengannya dan mendorongnya ke kamar mandi.

Jake berjalan malas dengan mata setengah terpejam, aku mendorongnya masuk, memaksanya menghadap ke wastafel, "...cuci muka dulu..."

Jake mencuci mukanya.

"Sebelom pulang tadi malem, udah mandi belom di rumah sakit?"

Dia mengangguk pelan lalu menggosok giginya. Aku bersandar di dinding mengawasinya melakukan itu semua.

Plis, kok bisa-bisanya si tukang tidur ini nekat masuk ke sekolah kedokteran?

Jake berkumur lalu mengusap wajahnya, dia menatap bayangan kami berdua di kaca, " Nuna, kita mirip ya?"

"Eh? Mirip apanya?"

"Mukenya.."

"Hmm..iya sih, dikit... Beda warna aja."

".. pantesan tetangga nyangkain kita beneran adek kakak.."

"Tapi kulit aku pucet dikit ya tinggal disini?"

"..kayaknya sih, tapi nambah cakep juga.." Jake tersenyum.

"Kursus buaya sama siapa?" Aku menatapnya dengan nista.

Jake terkekeh dan merapikan rambutnya yang kecoklatan diterpa cahaya, "kalo jodoh itu katanya mirip lho.."

"Masa sih??" Aku meraba pipiku dengan panik, "lesung pipi aku mirip banget sama Jungwon, tapi males bangatz kalo jodoh sama dia !"

Jake terbahak mendengarnya. Lalu menghadap ke arahku, "jodoh itu kalo mirip figur wajahnya, Nunaa.." dia mencubit hidungku. Lalu berjalan keluar dari kamar mandi.

"Pasti hasil riset ngawur si Jungwon lagi kan?" Aku menyusulnya.

"Bukan. Gue baca di google."

"Ya liat aja nanti jodoh aku kayak apa mukanya. Beneran mirip ga.."

" Itu juga kalo ada yang mau nikah sama lo.." Gumamnya sambil mengambil mangkuk makan di lemari.

"Ya dari dulu juga ada kali.. Akunya aja yang ga ready..."

"Lo ngomongin siapa, sih? Bang Heeseung ya? Apa Bang Jay?"

"Engga. Lupain aja." Aku berbalik dan pura-pura membereskan tumpukan gelas. Walaupun udah lama berlalu, tapi setiap mendengar nama mereka... terasa ada lubang di hatiku.

Lantai 13 : A Complicated Diary I ENHYPENWhere stories live. Discover now