7. The Salvatore

27.7K 3K 93
                                    

🎵 Backsound 🎵
Payton - Rich Boy

~~~

Selamat membaca!!

🔷________________________🔷
📚__________________📚
🔷____________🔷
🐨

.

Pagi itu saat semua siswa/siswi Brilliant School tengah menerima pelajaran, segerombolan pemuda baru saja memasuki halaman Sekolah dengan motor mereka masing-masing. Meski jam sudah menunjukkan pukul 7.30 yang berarti mereka benar-benar terlambat. Tapi satpam Sekolah sama sekali tidak berani, untuk tidak membukakan gerbang untuk mereka. Terlebih salah satu di antaranya adalah cucu dari pemilik Brilliant School. Kelima motor dengan berbagai model itu terparkir di tempat parkir dengan rapi. Jika biasanya murid yang terlambat akan langsung mendapat hukuman, kali ini para Guru juga tidak ada yang berani untuk menegur atau memberikan hukuman pada mereka.

Kelimanya bahkan melewati sekumpulan murid yang juga terlambat saat itu dengan santai. Mereka tengah mendapat hukuman push up atau berlari keliling lapangan. "Semangat dek!" seru salah satunya di ikuti suara tawa dari yang lain.

Para murid yang sedang dihukum itu tidak ada yang mengeluh atau protes, karena mereka tahu kedudukan mereka tidak sebanding dengan kelima inti geng Salvatore ini. Setelah itu Apa mereka akan langsung ke kelas? Tentu tidak! dengan antusias mereka justru memasuki ruang BK, untuk meminta hukuman pada guru favorit mereka.

"Assalamu’alaikum Pak Diro!" salam kelima pemuda itu. Mereka langsung masuk dengan semangat dan mengambil tempat duduk di sofa maupun di depan meja Pria berkemeja biru muda itu. Kelimanya duduk dengan santai, seakan ruangan BK adalah tempat tongkrong mereka.

"Wa’alaikumus Salam Warahmatullahi Wabarakatuh. Kali ini kalian ke sini karena apa lagi?" tanya Pak Diro santai, dia sudah terbiasa mendapati kelima muridnya ini keluar masuk ruang BK.

"Seperti bisa pak, Telat!" Jawab sang ketua Salvatore setelah duduk di kursi depan Pak Diro. Laki-laki berwajah tampan dengan tinggi badang 185 cm itu tersenyum, seakan kata telat adalah hal biasa untuknya.

Pak Diro menatap dua laki-laki yang ikut datang tadi. "Adam sama Leon yang tinggal di Asrama juga telat? Perasaan jarak Asrama ke Sekolah dekat?!"

"Tadi kita mampir ke rumahnya Gibran dulu pak numpang sarapan," jawab Adam jujur, sementara Leon hanya membenarkannya dengan satu kali anggukan saja.

Sebagai seseorang yang tinggal di Asrama mereka kadang merindukan masakan rumahan yang selalu tersedia di rumah temannya itu. Bahkan terkadang Mamanya Gibran memberikan mereka cemilan agar bisa mereka makan di Asrama. Itu juga alasan kenapa keduanya memiliki motor meski tinggal di Asrama Sekolah.

Pak Diro berdecak. "Ck..ck..ck terus bukannya Pak Rudi udah biarin kalian masuk, kenapa kalian masih ke Ruang BK?" tanyanya. Pria ini tahu betul bagaimana semua teman seprofesinya di sini begitu memberikan privilege bagi kelima muridnya ini, karena orang tua mereka termasuk donatur tetap di Sekolah. Terlebih Dirga adalah cucu kesayangan dari pemilik Brilliant School.

"Karena kita kangen Bapak, sumpah pak kemarin gak denger omelan Bapak tuh hidup saya gelisah," jawab Gibran sedikit mendramatisir.

"Iya gelisah karena diputusin Luna" sindir Ian. Gelak tawa pun pecah dari ke tiga pemuda yang lain, sementara Leon pemuda dengan rambut gondrong itu hanya tersenyum tipis.

"Diem lo!" bentak Gibran, kembali di ingatkan dengan kisah cintanya yang kandas membuat pria bertubuh kekar itu kesal. Ia beberapa kali ingin meraih laki-laki bernama lengkap Brian Erlangga itu. Namun karena duduknya cukup jauh terlebih di halangi oleh Leon dan Adam, dia cukup kesulitan.

BRILLIANT SCHOOL (END)Where stories live. Discover now