19. The Day

14.7K 2K 186
                                    

Selamat membaca!!

🔷________________________🔷
📚__________________📚
🔷____________🔷
🐨

.

Hari ini adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh semua orang di Brilliant School. Hari dimana sebuah perayaan besar akan diadakan di Sekolah elit paling bergengsi ini. Perayaan berdirinya Brilliant School memang paling ditunggu tiap tahunnya, karena akan ada begitu banyak orang-orang penting yang akan hadir di sana. Ditambah dengan adanya hiburan dari penyanyi ibu kota dan berbagai acara yang sudah di siapkan oleh para murid. Itulah kenapa para wartawan juga ikut meliput acara besar ini.

Meski acara utama masih diadakan sore nanti, namun pada pagi hari pun suasana Sekolah sudah terlihat ramai. Para murid hari ini tidak perlu memakai seragam, hanya anggota Osis yang masih memakai seragam. Mereka yang ikut andil menyiapkan segala sesuatu untuk acara sore nanti terlihat begitu sibuk, terutama Kairav. Dia sedang mengecek tempat bazar yang berada di lapangan sepak bola. Beberapa tenda sudah ada yang terpasang, bahkan ada yang baru memulai mendirikan tenda untuk tempat dagangan mereka. Di ujung sebuah panggung juga sudah berdiri cukup megah. Laki-laki itu sedikit berbincang dengan orang yang membuat panggung, demi memastikan jika panggung akan aman untuk penyanyi tampil nanti. Disamping itu Adam dan Ian tengah berbincang dengan anak yang sedang mengecek sound.

"Eh udah belum? Temen gue mau nyanyi nih, untuk menghibur teman-teman kita yang berjuang mendirikan tenda!" ujar Ian sambil merangkul Adam.

"Adam mau nyanyi? Tapi kita gak punya lagu qosidah,"

Adam berdecak singkat. "Yang mau qosidahan siapa?!"

Gibran yang berdiri di belakangnya pun terkekeh diikuti oleh Ian. Karena semua orang di Brilliant School tahu jika Adam lebih sering mendengarkan ceramah, solawatan, atau lagu qasidah di HP-nya dari pada lagu-lagu populer saat ini. Itulah kenapa image alim selalu melekat padanya.

"Ya maaf kirain mau qosidahan, emang lo bisa nyanyi lagu lain selain itu?" ujar Laki-laki itu sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.

"Wah ngeremehin temen gue lo?!" seru Gibran.

"Ayo Dam tunjukkan suara emasmu!" Ian menepuk pundak Adam beberapa kali lalu mendorongnya untuk maju ke panggung. Sebelum itu dia meminta stand mic dan gitar, lalu Adam pun mulai bersiap di tengah panggung. Setelah mengecek suara gitar dan mic, tanpa menunggu lama dia mulai memetik gitarnya. Petikan gitar yang membuat perhatian langsung tertuju padanya. Sementara Gibran dan Ian memberi tepuk tangan dengan semangat di bawah panggung.

I've been seeing lonely people in crowded rooms
Covering their old heartbreaks with new tattoos
It's all about smoke screens and cigarettes
Looking through low lights at silhouettes
But all I see is lonely people in crowded rooms

This city's gonna break my heart
This city's gonna love me then leave me alone
This city's got me chasing stars
It's been a couple months since I felt like I'm home
Am I getting closer to knowing where I belong?
This city's gonna break my heart
She's always gonna break your heart, oh...

BRILLIANT SCHOOL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang