9. Rare

23.2K 2.8K 48
                                    

Selamat membaca!!

🔷________________________🔷
📚__________________📚
🔷____________🔷
🐨

.


"Dirga, gue mau ngomong sama lo!" Ujar Kairav, kemudian berjalan menjauh. Dirga tidak mengiyakan, namun dia tetap mengikuti Kairav dari belakang.

Dari kejauhan inti Salvatore, dan anggota Osis yang masih ada disana melihat interaksi mereka. Tidak ada yang aneh mareka benar-benar hanya berbicara. Suatu hal yang langka, mengingat mereka lebih sering menggunakan kekerasan dari pada bicara. Itulah kenapa para anggota inti Salvator masih menatap mereka dari kejauhan, takut jika keduanya mulai melakukan kekerasan.

"Gak apa-apa nih biarin mereka berdua?" tanya Ian.

"Kayaknya gak apa-apa," jawab Gibran yang masih menatap keduanya dari jauh. Meski keduanya menunjukkan ekspresi serius.

Danish yang masih ada disana menatap Ian dengan pandangan aneh. Lebih tepatnya dengan apa yang laki-laki berwajah oriental itu kenakan sekarang.

"Eh bang Ian lo kenapa-"

"Jangan di bahas, ini rencananya Adam. Emang kampret itu anak, bisa-bisanya dia buat stategi beginian," potong Ian mengomel. Sebagai ahli Strategi memang Adam lah yang membuat ide seperti ini. Selama ini dia memang tidak masalah dengan strategi yang dibuat Adam, tapi tidak kali ini.

Gibran, Danish, anak Salvatore bahkan anak Osis tertawa cukup keras. "Tapi lo cocok banget kok pake rok, buktinya Alan sampe ngira lo cewek kan?" timpal Gibran sambil melanjutkan kembali tawanya. Dan seperti biasa Leon hanya menarik sudut bibirnya sedikit.

"Sialan lo!"

"Terus bang Adam sekarang dimana?" tanya Danish.

"Paling lagi main catur sama pak satpam," tebak Gibran. Karena tugas Adam adalah menjaga gerbang luar agar tidak ada yang lewat sana saat mereka menangkap Alan. Semuanya yang datang dialihkan ke gerbang belakang, mungkin itulah kenapa Kairav langsung memeriksa ke sini.

"Ngomong-ngomong kenapa ya selama ini Kairav nyembunyiin fakta kalau dia punya saudara kembar?" tanya Danish.

"Ya mana gue tahu dia kan Ketua lo," jawab Ian.

"Gue deket sama dia juga baru-baru ini pas dia jadi ketua Osis, selama kelas 10 kan dia gak berniat punya teman." Itu memang benar, meski Danish dan Kairav teman sekelas tapi dia seakan menutup diri untuk berteman dengan siapapun. Sekarang pun sebenarnya masih, tapi tidak separah dulu.

"Iya juga, dia niatnya nyari musuh sampai-sampai dia dulu selalu berantem sama anak kelas XII," ujar Ian setuju.

Danish menimpali, "sama kalian juga kan?" Ian mengangkat kedua bahunya tak acuh.

Mereka masih ingat bagaimana tak bisa diaturnya Kairav saat itu. Meski masih kelas 10 dia bahkan berani menantang anak kelas XII untuk berkelahi dan berkali-kali masuk ruang BK karena masalah itu. Mungkin jika Kairav tidak menyandang nama Pramujaya dia akan langsung di keluarkan, namun mana berani Kelapa Sekolah melakukan itu? Orang bodoh mana yang akan membiarkan donatur tetapnya pergi begitu saja.

Telebih setelah menjadi ketua Osis entah kenapa membuat Kairav berubah menjadi lebih baik. Meski saat ia mencalonkan diri banyak yang menganggap remeh dirinya. Tapi siapa sangka sekarang dia justru menjadi murid kesayangan para guru, karena ketegasannya dalam mengatur anak-anak bandel di Brilliant School.

"Mungkin karena itu juga dia nyembunyiin fakta kalau dia punya kembaran. Bayangin aja kalau mereka tahu Kairav punya kembaran, udah pasti bakal di gangguin itu cewek!" ujar Gibran yang membuat Danish dan Ian manggut-manggut setuju.

BRILLIANT SCHOOL (END)Where stories live. Discover now