48. Thank You

5.1K 709 108
                                    

Selamat membaca!!

🔷________________________🔷
📚__________________📚
🔷____________🔷
🐨

.

"Udah ku bilang kan, dia gadis yang menarik!" sahut seorang pria di dalam bilik toilet.

"Ya sekarang saya mengerti." Wendy kemudian menoleh pada bilik itu. "Pak Hugo."

Bilik toilet nomer tiga yang Wendy berusaha tutupi itu pun terbuka, menunjukkan seorang pria tinggi dengan penampilan yang berantakan. Dua kancing dari kemeja putihnya terbuka, dan dasi berwarna hijau yang seharusnya rapi kini terlihat tidak berbentuk. Dengan keringat yang menetes di pelipisnya karena terlalu lama bersembunyi di sana, Hugo pun keluar. Dia berjalan sambil mengancingkan kemejanya, dan mendekat ke arah wastafel. Tepatnya di belakang Wendy, yang masih menghadap ke arah pintu yang baru saja dilewati Kiara.

"Makin hari dia makin membuatku tertarik," gumam Hugo. "Ngomong-ngomong kenapa kamu gak kasih video itu? Martha udah buat nama kamu jelek kan, dan karena itu orang tuamu gak berhenti mukulin kamu. Apa kamu gak mau balas dendam? Video itu gak akan kamu simpan selamanya kan?" tanyanya sambil membenarkan dasinya sendiri melalui kaca yang ada di wastafel.

Gadis itupun menoleh ke arah cermin, di mana matanya dan Hugo saling bertemu melalui pantulan cermin. "Selama itu bisa buat saya tetap Sekolah di Brilliant School sampai lulus, saya akan tetep simpan video itu. Lagi pula video itu saya buat, bukan untuk cari gara-gara sama orang berpengaruh seperti Cakra Pramujaya."

"Iya tapi akan menarik kan kalau putrinya langsung yang menyebarkan video itu? Dan lagi, bukannya kamu suka melihat Keluarga orang lain hancur?" ujar Hugo sambil tersenyum penuh maksud saat menoleh ke arah Wendy. Lalu dia kembali melihat cermin untuk membenarkan dasinya kembali. "Toh kamu juga gak akan bisa dikeluarkan dari Sekolah, karena Martha udah bilang di depan semua orang buat melindungi kamu dan gadis-gadis lainnya. Jadi apa yang kamu takutin?"

Wendy pun menghadap ke arah Hugo sambil bersedekap. "Memang Bu Martha udah bilang di depan semua murid, buat melindungi saya dan para cewek yang terlibat prostitusi ini. Tapi kalaupun dia ingkar janji, dia gak akan dirugikan karena anak-anak lain gak akan peduli! Bahkan mungkin mereka akan senang lihat saya dikeluarkan dari Sekolah."

"Wendy..." panggil Hugo lembut. Satu tangannya pun mulai melingkar di pinggang gadis itu, membawa salah satu muridnya itu semakin dekat dengannya. "Kamu tenang aja, kan ada aku yang bisa buat semua nilaimu bagus. Dengan begitu Kakekku gak akan setuju, kalau Martha ngeluarin gadis sepintar kamu dari Brilliant School. Apa lagi kamu salah satu korban prostitusi ini, pasti dia akan sangat berempati ke kamu."

Mendengar itu tangan Wendy yang bersedekap, kini berpindah melingkar di leher Hugo dengan menggoda. Membuat kedua tangan pria di depannya ini leluasa memeluk, bahkan mengelus pinggangnya. "Pak Hugo segitu sukanya ya sama Kiara, sampai bujuk saya kayak gini?"

Hugo terkekeh. "Bukan suka, ini lebih seperti rasa tertarik untuk mendapatkan bunga mawar segar yang baru mekar."

"Jangan lupa, bunga mawar yang baru mekar itu punya duri yang tajam. Belum lagi dia di kelilingi pagar besi tinggi, yang susah buat ditembus."

"Maksudmu Dirga dan Kairav?" tebak Hugo sambil mengangkat satu alisnya.

"Iya, dan Cakra Pramujaya."

"Ah iya, aku hampir ngelupain orang berpengaruh itu! Orang yang udah nolak kamu mentah-mentah, tapi justru selingkuh sama Martha."

Dalam sesaat pria itu merasa kesal saat kembali mengingat ketidak berdayaannya, menghadapi ancaman dari Martha. Karenanya dia harus merelakan Sera dipecat dari Brilliant School. Mungkin itu lebih baik dari pada menjebloskannya ke penjara. Terlebih nama Hugo akan ikut terseret jika polisi sudah ikut campur, karena otak dari kebakaran asrama guru adalah dirinya. Dia tidak mau membuat posisinya yang mulai stabil ini goyah, atau bahkan runtuh.

BRILLIANT SCHOOL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang