10. Unexpected Moment

22.6K 2.8K 62
                                    

Selamat membaca!!

🔷________________________🔷
📚__________________📚
🔷____________🔷
🐨

.

Sorakan yang di dominasi oleh suara para gadis terdengar begitu riuh di pinggir lapangan. Mereka berteriak menyemangati tiga nama yang tengah bermain sepak bola. Meski yang bermain lebih dari tiga orang, para gadis tetap lebih dominan menyemangati tiga inti Salvatore itu. Bagi mereka melihat Dirga, Leon, dan Ian yang tengah menggiring bola dengan bermandikan keringat, merupakan pemandangan indah yang sayang untuk mereka lewatkan. Terlebih dengan hadirnya Adam dan Gibran di pinggir lapangan membuat suasana semakin ramai.

Kebetulan adik kelas mereka juga sedang melakukan pelajaran Olahraga di Lapangan Basket, tapi merela justru memenuhi pinggir lapangan demi bisa melihat kakak kelas mereka yang tengan bermain sepak bola dan mengobrol dengan Gibran dengan akrab. Ini membuat Adam yang ada di sebelahnya menggeleng.

"Astaghfirullahalladzim bukan muhrim adik-adik!" Adam menarik paksa Gibran yang tengah di kerumuni para Adik kelas menjauh.

"Kalau gitu sama kak Adam aja gimana?"

Dengan cepat Adam langsung mengembalikan posisi Gibran seperti semula. Bukannya Adam tidak suka pada seorang gadis, sungguh dia laki-laki normal. Tapi dia memang tidak tertarik untuk berpacaran. Terlebih pada adik kelasnya yang agresif seperti ini, baginya itu jauh lebih menakutkan dari pada bertemu hewan buas.

Secara tidak sengaja, Adam memergoki Gibran yang curi-curi pandang ke sudut lapangan lain. Dia mengerti sekarang! "Jauh-jauh kesini ternyata pengen buat mantan cemburu toh?" cibir Adam.

"Enggak! Gue kan pengen nyemangatin Mereka bertiga," sangkal Gibran lalu bertepuk tangan menyemangati. "Ayo Leon!"

Dan apa Adam akan percaya? Tentu saja tidak! Mereka tengah bertanding biasa bukan bertanding untuk turnamen atau sejenisnya. Tidak mendapat dukungan dari Gibran pun tidak akan masalah. Dia justru terlihat jelas ingin membuat mantannya cemburu dengan dikelilingi para gadis seperti ini.

Gibran merangkul salah satu adik kelas yang juga ikut melihat di pinggir lapangan, sambil sesekali tertawa bersama. Adam hanya menggeleng sambil berdecak, pandangannya beralih kearah lain. Seorang gadis dengan baju Olahraganya tengah menatap Gibran dengan tajam, Adam bisa melihat kilatan cemburu di matanya.

"Udah kali, lo gak liat Luna dari tadi melotot ke sini?!"

Tapi Gibran tetap tidak menggubris ucapannya dan kembali tertawa dengan para gadis itu. Tak lama Dirga, Leon, dan Ian berjalan ke arah mereka, mengabaikan beberapa gadis yang memberikan mereka minum ataupun handuk. Gibran, dan Adam yang hafal jika mereka akan menolak itu semua pun, sudah membeli sebotol minuman untuk mereka sebelum kemari.

"Nih minum!" Adam menyodorkan air mineral dan handuk ke arah Dirga, disusul Gibran yang memberikannya untuk Leon dan Ian juga. Ketiganya menerimanya dengan senang hati, lalu mulai menengguknya dengan cepat. Para gadis yang mengerumuni mereka mulai sedikit menjauh, meski mereka beberapa kali melirik ke arah ke lima pemuda itu.

"Tumben kalian kesini? Lagi jam kosong?" tanya Ian setelah menengguk air sampai setengah botol.

"Iya, ada yang pengen buat mantan cemburu juga soalnya!" sindir Adam sambil melirik Gibran. Ian pun menyeringai tanda jika dia mengerti maksud temannya itu.

"Oh yang alasan putusnya karena si cewek terlalu baik itu ya?!" ujar Ian sedikit mengeraskan suaranya. Gibran langsung merubah ekspresinya datar, dia sudah tahu kalau sebentar lagi dia akan menjadi bulan-bulanan temannya ini.

BRILLIANT SCHOOL (END)Where stories live. Discover now