45. Ranking Retest

5.8K 772 237
                                    

Selamat membaca!!

🔷________________________🔷
📚__________________📚
🔷____________🔷
🐨


.

"...Oleh karena itu, pihak sekolah memutuskan untuk tidak mengeluarkan Wendy Amora dari Brilliant School."

Sorakan langsung terdengar riuh begitu Martha, sang Kepala Sekolah menyelesaikan kalimatnya. Para murid yang sengaja dikumpulkan di Aula, saling melontarkan protes atas keputusan yang disampaikan wanita itu. Bahkan beberapa murid yang berbaris di dekat Wendy mulai mengintimidasinya dengan kalimat kasar dan tatapan sinis. Namun gadis itu tidak bereaksi, dia tetap diam sambil tersenyum puas dan menatap Martha yang mulai melanjutkan pidatonya lagi.

"Tenang semuanya!! Ini sudah menjadi keputusan Sekolah, dan keputusan Sekolah tidak bisa di ganggu gugat!"

"Tapi dia kan udah buat nama baik Sekolah buruk Bu! Apa pihak Sekolah akan diem aja?!" protes salah seorang murid laki-laki yang ada di barisan kelas 11. Semua murid pun kembali bersorak keras menyetujui.

"Memang nama Wendy yang tersebar di salah satu akun gosip itu sudah membuat nama baik Sekolah kembali buruk di mata publik. Tapi itu bukan kesalahannya, karena bukan dia yang menyebarkannya. Dan pihak Sekolah juga sudah memutuskan untuk melindungi para korban prostitusi yang dibuat Kepala Sekolah sebelumnya. Yaitu dengan tetap membiarkan mereka bersekolah di sini sampai lulus, dan tanpa menyebar identitas mereka," jelas Martha dengan tenang.

Namun seorang gadis mulai melontarkan protes lagi. "Maksudnya tanpa kita tahu identitas mereka, kita bakal satu Sekolah bahkan satu kelas sama mereka?!"

"Gak adil dong Bu! Seharusnya para pelacur itu di keluarin, mereka gak pantes Sekolah di sini!" timpal gadis lainnya.

Dengan nada yang penuh ketegasan Martha kembali membalas. "Sebagai seorang siswi di Brilliant School tolong jaga ucapannya, ini masih di area Sekolah. Dan mereka bukan pelacur, mereka adalah korban dari kecurangan yang dibuat Pak Rustaf selama beliau menjabat sebagai Kepala Sekolah di sini. Dan sebagai kepala Sekolah yang ditunjuk langsung oleh pemilik Brilliant School, yaitu Pak Haris Ghanesa. Saya bertugas untuk menyelesaikan semua masalah yang ada, mulai dari adanya indikasi jual beli kursi sekolah, sampai para siswi yang menjadi korban prostitusi."

Mendengar adanya jual beli kursi Sekolah para murid mulai saling berbisik dan berdiskusi, kecuali ke lima Inti Salvatore dan Kiara. Dari data yang pernah di cari Leon, Salvatore memang sudah tahu jika Kepala Sekolah lamanya itu juga menjual kursi kosong dari murid yang menolak terlibat di prostitusinya. Namun bedanya Kiara mengetahui ini dari web novel yang ia baca. Dan fakta ini juga yang ia gunakan untuk mengancam Odelia tempo hari. Tapi dari mananya Martha dapat informasi itu,  membuat inti Salvatore dan Kiara mengerutkan kening mereka bingung.

"Karena itu saya juga memutuskan untuk melakukan tes ulang pemeringkatan, demi menentukan peringkat dan kelas para murid sesuai dengan nilai yang mereka dapatkan. Dan para murid yang nilainya tidak mencapai target untuk bisa diterima di Brilliant School, akan dikeluarkan dari Sekolah."

"Huuuuuu................!!!" seru para murid dengan kompak. Sementara di tengah sorakan para murid, Kiara berbisik ke arah Lena yang ada di sampingnya.

"Memang berapa nilai yang dibutuhin buat bisa diterima di sini?"

"Minimal harus dapet nilai 93 di tiga pelajaran inti. Kalau salah satunya dapet nilai 92 lo udah gak bisa masuk Brilliant School," jawab gadis berkulit coklat itu.

"Meski cuma satu pelajaran yang dapet 92 tetep gak bisa masuk? Padahal itu kan udah tinggi nilainya."

"Bagi Sekolah lain nilai segitu mungkin udah tinggi, tapi bagi Brilliant School itu nilai terendah kalau lo mau diterima di sini."

BRILLIANT SCHOOL (END)Where stories live. Discover now