43. Diversion Of Issues

5.1K 745 114
                                    

⚠ Perhatian!! ⚠

Bab ini mengandung kata-kata, dan perilaku yang tidak pantas untuk di tiru.
Dimohon kebijakannya dalam membaca.

Terima kasih!

Dan

Selamat membaca!!

🔷________________________🔷
📚__________________📚
🔷____________🔷
🐨

.

Cakra pada akhirnya memilih untuk menghadiri pertemuan para donatur itu. Dipertemuan itu, dia sengaja datang terlambat agar tidak terlalu lama di sana. Tapi meski begitu dia sudah dibuat tidak nyaman, karena dia beberapa kali memergoki Martha tengah melirik ke arahnya. Dan seperti sebelum-sebelumnya dia selalu mengabaikan wanita itu. Adanya para donatur lain di sana, setidaknya membuat pria itu sedikit merasa lega, karena mantan kekasihnya ini tidak akan bisa berbuat macam-macam di sini.

Pertemuan yang berlangsung kurang dari satu jam ini pun berakhir dengan lancar. Tepat saat pertemuan berakhir, Cakra langsung beranjak dari duduknya sambil berpamitan dengan beberapa orang yang ia kenal secara singkat. Dia tidak mau jika Martha mendapat kesempatan untuk bicara dengannya. Namun niatnya untuk menghindar langsung gagal, begitu suara dari seorang wanita terdengar tepat saat dia berada di ambang pintu.

"Pak Cakra, bisa kita bicara sebentar?"

"Maaf nona Martha, tapi pekerjaan saya sudah menung-"

"Saya ingin membicarakan tentang Kiara, anak anda," potong Martha dengan senyum penuh arti.

Mendengar nama putrinya di sebut, sontak Cakra langsung bereaksi. Pria itu lalu menoleh ke arah Martha dengan pandangan jengah, karena Cakra tahu jika itu adalah sebuah alasan sekaligus ancaman. "Memangnya ada apa dengan putri saya?" tanyanya berusaha sopan. Namun dalam hatinya dia mengumpat. Martha sialan! Dia selalu tahu kelemahannya.

"Saya akan jelaskan nanti, jadi mari ikut saya!" Martha kemudian berjalan lebih dulu melewati Cakra yang masih berdiri di ambang pintu.

Karena tidak mau membuat wanita itu bertindak nekat dengan melibatkan Kiara, dia pun mengikutinya sampai di ruang Kepala Sekolah tanpa ada rasa curiga sedikitpun. Dia fikir wanita itu tidak akan berbuat nekat di area Sekolah, tapi nyatanya dia salah. karena begitu Cakra memasuki ruangan itu, Martha langsung merengkuhnya secara paksa dan memberinya ciuman panas. Gerakan yang tiba-tiba ini membuat Cakra tertegun beberapa saat. Namun begitu dia sadar dengan apa yang dilakukan Martha, dia langsung mendorong wanita itu menjauh.

"Martha kamu sudah gila ya?! Ini masih di Sekol-"

Belum sempat Cakra menyelesaikan kalimatnya Martha kembali merengkuh tengkuknya dan memberikan kecupan beberapa kali. Lalu dia memperdalam ciumannya lagi, seakan tidak ingin melepaskan pria itu begitu saja. Martha bahkan mulai memainkan lidahnya demi memancing Cakra agar membalas ciumannya, namun pria itu tetap tidak membalas. Bahkan dia mendorong Martha lebih kuat dengan mencengkeram kedua lengannya, agar wanita itu tidak bisa merengkuhnya kembali.

"Martha stop!! Ini masih di area Sekolah, sebagai Kepala Sekolah seharusnya kamu bisa berperilaku sopan pada orang tua muridmu!"

"Kalau kamu keberatan kita melakukannya di sini kita bisa melakukannya di apartemen ku. Kita bisa melakukan hal yang lain di sana," tangan Martha kemudian membuka satu kancing kemeja yang ia kenakan dengan gerakan menggoda. "Kamu masih ingat sandi apartemenku kan?"

BRILLIANT SCHOOL (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora