29. The Dark Side Of Brilliant School

11.5K 1.4K 199
                                    

Selamat membaca!!

🔷________________________🔷
📚__________________📚
🔷____________🔷
🐨

Perhatian!! ⚠

Bab ini mengandung kata-kata kasar dan perilaku yang tidak pantas untuk di tiru. Dimohon kebijakannya dalam membaca.

Terima kasih..

.

"FUCK!!!" umpat Leon yang baru saja memasuki markas Salvatore. Dia langsung mengambil asal botol minum yang ada di meja sementara ke empat temannya yang lain hanya bisa menatapnya heran. Pasalnya mereka sangat jarang mendengar Leon mengumpat, jangankan mengumpat berbicara dengan kalimat panjang saja jarang. Kecuali saat dia menerangkan informasi yang ia dapat untuk Salvatore.

"BRENGSEK!!! SIALAN!!!" umpatnya lagi setelah menghabiskan sebotol air mineral yang dia sendiri tidak tahu siapa pemiliknya.

"Wo...wooo kenapa lo dateng-dateng udah emosi gitu? lagi kesambet?" tanya Ian yang sedang duduk di salah satu kursi yang ada di meja panjang bersama Ian dan Gibran. Sementara Dirga sedang berbaring di sofa sebelahnya sambil memainkan HP-nya, pandangannya pun ikut beralih ke arah Leon.

"Emang bangsat si Rustaf!!" balas Leon yang sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari Ian.

Mendengar nama Pamannya di sebut Dirga langsung mendudukkan tubuhnya di sofa. Setelah Asrama yang kebakaran dan hilangnya daftar nama itu, dia memang menugaskan Leon untuk mencari tahu tentang prostitusi yang di buat Rustaf dengan melibatkan siswi-siswi Brilliant School. Dilihat dari reaksi laki-laki berambut gondrong itu sekarang, sepertinya dia menemukan sesuatu. Dan pasti yang ia temukan, bukanlah sesuatu yang bagus. Dirga jadi penasaran apa yang membuat Leon yang biasanya sangat menjunjung tinggi kesopanan tiba-tiba mengumpat, bahkan menyebut Rustaf tanpa embel-embel 'Pak'.

"Emang kenapa Pak Rustaf? Duduk dulu, duduk dulu!" suruh Adam agar laki-laki itu bisa sedikit tenang. Tapi dia tidak mengindahkannya.

"Yang dibilang Pak Tirta ternyata benar, Rustaf dan Hugo ngejual para siswi ke orang-orang penting yang terlibat sama Brilliant School. Dan kalian tahu berapa siswi yang dana Beasiswanya diambil dan disuruh ngelakuin hal hina itu?!" keempat temannya kompak menggeleng. "11 orang, dan itu di ambil dari kelas 11 dan 12 Brilliant Class."

Mata Ian langsung membulat seakan menyadari sesuatu. "Berarti di kelas kita-"

"Yup, di kelas kita juga ada siswi yang dijual sama dia," potong Leon membenarkan.

"Tapi kenapa cuma dari Brilliant Class?" tanyanya Adam.

Dirga yang dari tadi ikut menyimak pun menyahut, "Karena ambisi anak-anak Brilliant Class." Keempat laki-laki itu langsung menoleh padanya yang masih duduk di sofa. "Kalian tahu sendiri gimana gila dan ambisnya mereka, apa lagi kalau menyangkut nilai. Mereka bisa aja ngelakuin apapun agar bisa tetap bersekolah di sini, dan Pak Rustaf manfaatin ambisi mereka untuk rencana busuknya ini."

"Itu bener, memang di kelas 10 mereka masih dapat beasiswa, tapi setelah naik ke kelas 11 mereka udah gak nerima beasiswa lagi dengan alasan prestasi mereka yang menurun, padahal itu cuma akal-akalan Rustaf sama Hugo aja! Dan yang lebih gila lagi tempat para siswi yang milih keluar dari sekolah, dari pada ngelayani pria-pria brengsek itu, justru di jual ke orang-orang kaya yang pengen anaknya Sekolah di Brilliant School!!" papar Leon menggebuh-gebuh. Dadanya naik-turun menahan emosi dari setiap informasi yang ia berikan. Mungkin ini juga kalimat terpanjang yang pernah ke empat temannya dengar dari Leon.

BRILLIANT SCHOOL (END)Where stories live. Discover now