Bagian 10

63.4K 3.7K 195
                                    

Nayra POV

Kejadian hari ini cukup membuat energi ku terbuang percuma. Pada akhirnya Mama diam saja saat aku mengusir Kaffa dari rumah kami bahkan setelahnya dia tidak berani berkata-kata kepadaku sampai aku pulang sendiri ke kontrakan tanpa menunggu suamiku menjemput.

Aku duduk diam di kursi ruang tamu, melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul lima sore. Biasanya di jam seperti ini Mas Adi pulang karena jadwalnya memang sampai jam lima di rumah keluarga Handoko.

Kudengar pintu utama terbuka dan tertutup, Mas Adi masuk dengan wajah penuh tanyanya karena hari ini aku tidak minta untuk dijemput.

"Kenapa pulang sendiri, Nay?"

"Mas, di rumah mama tadi ada Kaffa. Nayra benci banget jadi Nayra sudah jelasin ke mama soal kejadian yang sebenarnya. Nayra... Nayra..."

"Udah udah, jangan diterusin, sayang. Kamu lupain pernah liat dia, Mas ada di sini untuk melindungi kamu." Perkataan Mas Adi sungguh semakin membuat pertahanan ku runtuh. Aku menangis di dalam dekapannya seraya meminta maaf karena membuatnya harus terjebak di sini bersamaku dalam kesalahan yang sama sekali tidak dia perbuat.

"Maafin Nayra... Ini semua salah Nayra." Aku merasakan tangannya mengusap puncak kepalaku dan mencium ku. Mas Adi tidak mengatakan apa-apa selain mendekap ku erat dan memberikan aku ciuman di kepala.

"Jangan minta maaf ya, Nay? Mas sangat cinta sama kamu, apapun yang kita lewati, biarin aja berlalu. Sekarang kita udah jadi suami-istri, jadi fokus sama apa yang penting aja ya?"

Dia menangkup kedua pipiku, perlahan memberiku ciuman lembut di bibir. Ya Tuhan, Mas Adi sangat baik. Dia selalu berusaha menyadarkan ku kalau semua ini bukanlah urusan kami lagi. Dia ingin aku percaya bahwa pernikahan kami pun adalah takdir Tuhan.

"Iya, Mas papa... Nayra cuma takut..."

Senyum Mas Adi sedikit membuatku tenang. Dia menyuruhku untuk duduk di atas pangkuannya seperti seorang anak yang tengah merengek dengan ayahnya. Aku menyandarkan kepalaku di bahunya dan memejamkan mata. Untuk saat ini yang aku butuhkan adalah sebuah pelukan hangat dan itu bisa aku dapatkan dari suamiku.

"Kalo kamu dalem bahaya, cepet-cepet hubungin Mas ya Nayra? Mas gak mau kamu sampe disakitin orang lagi."

Aku mengangguk seperti anak kecil. Berada dalam dekapannya, aku merasa jauh lebih tenang. Entahlah sekarang apa yang aku rasakan kepada Mas Adi? Semuanya terasa campur aduk, aku seperti mencintainya di suatu waktu tapi kemudian aku menyangkal rasa itu. Aku bukannya tidak ingin berusaha, tapi aku ingin memastikan kalau aku memang jatuh cinta. Jangan sampai aku salah menangkap perasaan yang aku punya sehingga hanya memberi harapan palsu kepada Mas Adi.

"Mau makan malem gak? Mas yang siapin makan ya?" tawarnya.

"Nayra lagi gak pengen makan, mas. Nayra mau istirahat aja," jawabku. Seleraku sudah hilang, aku hanya ingin berbaring dan tidur.

"Hmm, ya udah deh. Kita ke kamar ya?" ajaknya dan kali ini aku mengangguk. Kubiarkan dia menggendongku sambil melangkah ke dalam kamar kami yang berukuran sedang.

Maya pernah mengomentari tentang kontrakan ini. Katanya aku bisa mendapatkan rumah yang lebih layak dan juga dibelikan barang-barang mahal. Maya beranggapan kalau Mas Adi tidak akan mampu membiayai kebutuhan ku, jadi aku tidak mungkin bisa tahan.

Namun aku menepis tanggapan Maya, bagiku semuanya sudah cukup. Meski harus tinggal di kontrakan yang lebih kecil pun, aku tetap bersyukur. Mas Adi memang bukan orang kaya, tapi dia memiliki sesuatu di dalam hatinya yang sangat mewah. Itu yang aku cari dari Mas Adi dan aku bersyukur bisa mendapatkannya.

Terjebak Bersamamu [TAMAT] REPOSTWhere stories live. Discover now