Bagian 25

34.5K 2.7K 135
                                    

Author POV

Pagi hari Nayra terbangun dengan rasa lega yang tidak pernah dia bayangkan. Ketika dia menoleh ke kanan, dia melihat bayinya yang terlelap di samping sang suami. Tangan Adinata mendekap Adira, terkesan melindunginya dari bahaya. Pemandangan itu membuat Nayra benar-benar terharu sekali.

"Hmm... Mas papa, udah pagi."

Kedua mata Adinata perlahan terbuka. Nayra tampak sedang duduk di ranjang dan mencoba untuk menggendong Adira karena bayi itu sudah terlihat lapar.

"Kamu udah lama bangunnya, Nay?"

"Baru aja kok. Dira keliatan laper tuh," jawabnya. Dia mengeluarkan sebelah payudaranya dan mengarahkan mulut Adira ke putingnya yang sudah siap untuk memberikan ASI.

Untuk beberapa saat Nayra meringis, masih terasa ngilu dan sensitif sekali tapi syukurlah ASI nya keluar sehingga Adira tidak sulit mendapatkan asupan susu.

Adinata yang masih berbaring menghadap Nayra kemudian tersenyum. Pemandangan pagi yang indah karena kebersamaan istri dan anaknya. Dia rela memberikan semuanya demi keluarga kecilnya ini.

Pria itu beringsut mendekat, dia mencium pipi gemuk Adira yang masih asyik menyusu. "Gemes banget liat Adira. Nenen nya lahap ya?"

Nayra mengangguk. "Wajar lah, mas papa. Bayi kan suka laper hehe," balasnya.

"Ya udah, mas mandi duluan ya? Gak enak sama ibu kamu pasti dia udah sibuk di dapur," ucapnya. Nayra mengangguk kecil, dia membiarkan suaminya pergi keluar kamar dan benar saja, suara ibunya sudah terdengar di dapur. Mereka sepertinya sedang mengobrol kecil lalu tidak lama kemudian Hanna masuk ke dalam kamar.

"Udah bisa kasih nenen Nay?"

"Iya, ma. Posisi nyusuinnya gini kan?" tanya Nayra. Meski dia pernah bilang kalau persiapannya sudah sangat matang untuk menjadi ibu, tapi Nayra tetap membutuhkan bantuan dengan yang lebih berpengalaman.

"Iya, pastiin mulutnya persis di puting biar gak kesusahan dia ngisepnya. Jangan nenen di sebelah kiri terus ya, usahakan kiri-kanan dapet biar gak kayak gede sebelah," sarannya. Nayra mengangguk mengerti, untung ada ibunya yang langsung memberitahu.

"Tapi kenapa agak perih-perih gitu ya, Ma? Ngilu tiap kali si Dira ngisep," tanyanya.

"Emang gitu kok, namanya baru pertama kali jadi tubuh masih beradaptasi tapi lama-lama nanti terbiasa. Kan ada alat pompa ASI, nanti mama ajarin pakeknya biar ada stok di kulkas," jelasnya. Nayra lagi-lagi mengangguk, ibu adalah guru pertama jadi dia harus mendengarkan.

"Kalo udah nenen, kita jemur dulu Adira. Matahari pagi bagus untuk kulitnya." Hanna mengusap lembut buntalan selimut berisi bayi perempuan itu. Dia meninggalkan kamar karena hendak menyiapkan sarapan di dapur untuk mereka semua di dalam rumah.

Hanna benar-benar takjub sekali, semua kebutuhan Nayra dan bayinya sudah sangat lengkap di rumah ini. Popok, peralatan mandi, sabun mandi bayi, pakaian bayi, alat pompa ASI, semuanya sudah siap di rumah. Bahkan sudah ada boks bayi dan gendongan bayi. Dari sini saja Hanna tahu kalau menantunya benar-benar sudah siap sejak jauh-jauh hari. Dia memang menjalankan peran sebagai suami dan ayah yang sempurna.

"Dira laper ya? Nenen nya lama sama mama ya, nak? Abis ini kita jemuran bareng nenek. Terus kamu mau ditemenin bobok sama papa?" bisiknya kecil. Tentu saja bayi yang baru lahir semalam itu tidak bisa menjawab apapun. Matanya tetap terpejam sambil menikmati ASI dari Nayra.

"Nay, kamu mau Mas bantu buat mandi?"

Adinata menutup pintu kamar, dia berjalan mendekat dengan handuk yang berada di pinggangnya setelah dari kamar mandi.

Terjebak Bersamamu [TAMAT] REPOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang