Bagian 36

31.8K 2.5K 109
                                    

Author POV

"Nay, bentar aja ya..."

"Enghh, mas... Nayra ngantuk banget."

Nayra menjauhkan telapak tangan suaminya yang tidak berhenti mengusap-usap pinggangnya di malam itu. Sumpah, dia benar-benar mengantuk dan hanya ingin tidur tapi suaminya ini tetap saja egois ingin meminta jatah padahal beberapa jam sebelumnya Nayra sudah memberikannya.

"Mas gak tahan banget, sayang," balasnya sedikit memaksa. Telapak tangannya kembali merayap dari belakang tubuh istrinya menuju perut buncit Nayra karena ingin menggoda istrinya lagi, tapi Nayra tetap tidak mau.

"Mas Adi tidur aja deh, Nayra capek Mas," tolaknya. Adinata menghela napas berat, dia menggeser tubuhnya sedikit menjauh lalu menutupi wajahnya dengan bantal. Sulit sekali menahan gairah saat berada di dekat Nayra apalagi wanita itu kian seksi dengan perut hamilnya. Beberapa Minggu terakhir, Nayra juga lebih sering meminta duluan. Entahlah, nafsunya terkadang muncul tiba-tiba.

Nayra berbalik pelan ke belakang, suaminya berbaring terlentang dengan bantal di atas wajahnya. Kasihan sebenarnya, tapi Nayra masih mengumpulkan tenaga. Dia masih terlalu lelah untuk melanjutkan ronde kedua.

"Mas papa marah ya?"

Adinata menjauhkan bantalnya dari wajah, dia terlihat terkejut ketika Nayra bertanya seperti itu. "Nggak marah kok, sayang. Kamu takut ya kalo Mas marah?"

Dia beringsut mendekat sehingga wajah mereka berdekatan. Telunjuk pria itu bergulir dari kening menuju bibir Nayra yang merah. Bagaimana mungkin dirinya bisa marah karena penolakan kecil? Tidak ada yang merugikan juga.

"Iya, Nayra takut di diemin gitu sama papa. Tapi beneran, Nayra capek..."

"Ya udah, mas gak maksa lagi kok sayangku. Kamu tidur aja ya, dedek bayi kan juga capek pengen tidur," katanya lembut. Dia mengusap perut Nayra yang kini hamil enam bulan itu.

Waktu bergulir cepat, sebentar lagi pun mereka akan kedatangan anggota keluarga yang baru. Nayra semakin gugup dan tidak sabar menantikan anak keduanya yang dipastikan berjenis kelamin laki-laki, sesuai dengan harapan mereka berdua.

"Mas, bentar lagi Nayra wisuda. Tapi Nayra takut, apa nanti jadi omongan orang ya?"

"Kenapa harus takut sama orang? Gak penting juga, Nay. Lagian kamu hamil ada suami, ngapain takut?"

Nayra menekukkan bibirnya, dia selalu dihantui oleh perasaan malu. Bukan berarti Nayra malu telah menikah, tapi karena kasusnya waktu itu. Pasti ada saja orang yang membicarakannya dari belakang. Itu yang membuat Nayra malu.

"Bukan itu Mas, tapi nanti ada yang ngomongin soal--"

"Ya diemin aja. Kan gak ngaruh sama kamu, yang penting itu kamu sendiri bukan orang lain. Ayo dong Nay, udah mau wisuda jadi harus seneng terus. Kan ada Mas sama Adira yang nemenin kamu," terangnya. Nayra kembali melebarkan senyum, dia pun mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir sang suami tanpa berkata lagi.

"Seneng deh soalnya Nayra ada yang jagain, hehe..."

"Hmm, kalo gitu Mas mau minta imbalan ya? Kan udah jagain kamu, masa gak dibayar sih?" candanya. Nayra mencubit pelan hidung mancung sang suami, dia kembali menggeleng sebagai jawaban.

"Capek ih, udah jam dua pagi ini mas," katanya. Netra hitam Nayra bergulir ke arah boks bayi di mana Adira berada. Bisa dilihat kalau putrinya itu terbangun dan mencoba untuk keluar dari boks nya sendiri. Untuk meminimalisir hal-hal yang berbahaya, Adinata memasang karpet tebal dan juga bantal-bantal di dekat boks bayi agar apabila Adira mencoba untuk memanjat boks bayinya, dia baik-baik saja.

Terjebak Bersamamu [TAMAT] REPOSTDonde viven las historias. Descúbrelo ahora