Bagian 23

33.5K 2.6K 90
                                    

Author POV

Nayra bisa bernapas lega karena pihak fakultas mengizinkan dia untuk mengikuti ujian secara terpisah di ruang prodi jurusan daripada harus turun naik tangga untuk mengejar jadwal ujian. Alasan lainnya ialah karena Nayra tidak mau bertemu dengan Maya, itu hanya akan mengganggu konsentrasi dan keamanannya selama berada di lingkungan kelas. Jadi lebih baik dia sendiri di sini toh dia juga sudah sangat terbiasa sendirian tanpa orang lain yang membantunya.

Hari ini dia sedang menjalani salah satu ujian yang memang terlihat sulit, tapi untungnya Nayra sudah belajar hari-hari sebelumnya. Meskipun tidak berasal dari keluarga mampu, tapi Nayra adalah wanita yang cerdas. Tidak perlu meragukan kepintarannya untuk urusan akademik seperti ini.

"Kamu mau minum sesuatu, Nayra? Saya liat daritadi kamu fokus sama kertas. Kasian bayi kamu itu," tawar seorang dosen perempuan yang usianya sudah menginjak lima puluh tahunan. Nayra menatapnya kemudian menggeleng sopan, tidak enak rasanya apabila dia merepotkan dosennya itu.

"Gak apa-apa, Ibu Sari. Saya baik-baik aja," jawabnya sopan.

Wanita itu mengangguk kecil kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya, tapi tiba-tiba terdengar suara gedoran di pintu.

Nayra ikut menoleh, iris matanya sedikit melebar saat melihat seorang wanita yang cukup dia kenal telah berdiri di depan sana dengan wajah masamnya. Akan tetapi, sepertinya dia tidak menyadari Nayra di dalam sini.

"Bu Amanda?" bisiknya kaget.

"Nay, saya keluar dulu. Ada anak saya menunggu," pamit Ibu Sari seraya berjalan terburu-buru keluar ruangan. Nayra sejenak terdiam, dunia sangat sempit sekali. Ternyata bos dari suaminya itu merupakan anak dari dosen yang mengajar di kampus ini.

Di luar ruangan, Amanda tampak berdiri berjauhan dari Sari tanpa sedikit pun meliriknya.

"Ada apa, Amanda? Kamu gak bilang ke tante kalo mau dateng ke sini?"

"Saya gak mau basa-basi ya, Tante. Ini cek yang harus Tante cairkan di bank terus kasih ke ayah saya. Kabarin kalo anaknya sudah jauh lebih sukses tanpa bantuan dari dia. Saya udah buktikan bahwa saya mampu dan dalam waktu satu bulan, saya ingin semua aset dan bisnis diubah atas nama saya. Oh dan jangan lupa, Tante dan anak Tante itu tolong keluar dari rumah Bunda saya karena itu juga bukan hak milik kalian. Saya gak pernah setuju tante nempatin rumah yang semestinya punya Bunda saya," titahnya tanpa mau diinterupsi.

Sari sempat menatap cek di tangannya dengan pandangan nanar. Tidak mengerti mengapa ini menjadi kesalahannya pula padahal selama ini Sari telah bersikap sebaik mungkin terhadap Amanda dan keluarganya, tapi tetap saja dia tidak mau menerima keberadaan Sari dan anaknya.

"Tante lagi sibuk di kampus, ada mahasiswi yang lagi ujian di ruangan prodi jadi gak bisa dibicarakan sekarang. Kamu mau kita ketemuan di rumah kita--"

"Rumah saya!" tekannya.

Sari menganggukkan kepalanya. "Baik, rumah kamu? Kita selesain secara kekeluargaan. Ayah kamu pasti bisa ngerti dan tante gak akan menyela."

Amanda menatap pintu kaca ruang prodi yang menampilkan sesosok wanita di dalam sana. Tidak jelas rupanya, tapi memang ada orang yang sedang menjalani ujian. Dia kembali menatap Sari kemudian mengangguk. "Oke, kita ketemuan di rumah saya besok siang. Kabarin ke anak Tante itu untuk nggak kabur-kaburan atau saya kasih pelajaran," ancamnya.

Sari mengangguk pasti. Dia membiarkan Amanda pergi begitu saja lalu dia pun kembali ke ruang prodi.

Nayra meliriknya takut-takut. Memang tidak terdengar apa yang mereka bicarakan tapi sepertinya itu sedikit menyakiti perasaan Sari karena raut dosen paruh baya itu tampak sangat pucat dan sedih.

Terjebak Bersamamu [TAMAT] REPOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang