Bagian 37 (21+)

114K 2.9K 106
                                    

Nayra POV

Tetesan hujan di malam ini membuat aku sedikit risau. Tak henti-hentinya aku menatap jendela dan berharap suamiku lekas pulang karena jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Ini rekor terbaru dia pulang malam, sebelumnya Mas Adi paling lambat pulang jam sembilan.

Entah apa yang sedang dia lakukan di restoran tempat dia bekerja, tapi terakhir kali dia memberiku informasi kalau malam ini memang urusan sedang pelik dan kemungkinan dia lembur bersama Pak Rino, atasannya.

Selama beberapa bulan ini Mas Adi sering diajak Pak Rino dalam rapat khusus di dalam restoran, ditemani oleh beberapa asisten lainnya dan aku menduga ada hal baik yang akan didapatkan oleh suamiku. Mungkin Pak Rino sedang mengusahakan jabatan baru untuk Mas Adi? Siapa yang tahu?

Kecemasanku akhirnya berakhir begitu suara mobil kami terdengar di halaman rumah. Itu mobil yang sama yang diberikan oleh Om Jaya, Mas Adi pernah berkata kalau dia tidak akan menjual mobil itu karena banyak kenangan bersamanya.

"Ya ampun Mas akhirnya pulang juga," ucapku lega sembari mendekap tubuhnya erat. Mas Adi mengecup kepalaku sambil balas memeluk. Sepertinya dia juga lega karena telah pulang ke rumah.

"Iya, sayang. Maaf ya, kamu jadi nunggin Mas," balasnya kemudian aku mengajak Mas Adi masuk ke dalam karena hujan mulai turun semakin deras.

Aku mengunci pintu, ku bantu dia membuka kancing kemejanya lalu meletakkannya di keranjang kotor.

"Anak-anak udah pada tidur, sayang?"

"Iya Mas, Barra agak rewel, ini belum lama dia tidurnya."

Anak keduaku berhasil aku lahirkan di akhir bulan Mei. Dia lahir dengan selamat dan tentu saja sehat tanpa kekurangan sedikitpun. Sekarang putra kecilku telah berusia tiga bulan. Dia tumbuh menjadi bayi yang gemuk dan menggemaskan.

Suamiku duduk di sofa tamu sambil mengusap pundaknya yang kemungkinan terasa kaku. Dia pasti sangat kelelahan sekali setelah lama bekerja hari ini.

Aku berinisiatif untuk mencari handuk kecil lalu aku celupkan ke dalam air hangat kemudian aku memberikannya kepada Mas Adi agar dia bisa sedikit melepas lelahnya.

"Sini, Nayra bantuin ya? Papa pasti capek banget kan kerjanya," kataku lembut. Mas Adi menurut, dia duduk membelakangi ku dan membiarkan aku mengusap pundaknya dengan handuk hangat tadi sambil sesekali memijat di beberapa bagian yang terasa kaku.

"Udah makan malem belum, Mas? Kalo belum, nanti Nayra siapin dulu," tanyaku selagi memijat pundaknya.

"Tadi diajak Pak Rino makan kok, Nay. Capek banget, hari ini Mas banyak ikut Pak Rino nemuin beberapa orang penting sambil ngenalin Mas ke pegawai-pegawai lain di beberapa restoran cabang. Terus Pak Rino juga minta Mas untuk masuk ke rapat khusus, rasanya aneh banget karena Mas masih belum terbiasa apalagi harus tukar pikiran kayak gitu," curhatnya. Aku menjadi pendengar yang baik, hampir setiap hari Mas Adi menceritakan mengenai pekerjaannya yang semakin hari semakin berat, tapi aku merasa dia sangat senang dan menikmati perannya yang sekarang.

"Berarti banyak yang Mas kenal ya sekarang? Mereka pada baik kan sama mas papa? Gak ada yang ngejek?"

"Syukurlah mereka semua baik, sayang. Hmm, kadang Mas ngerasa gak pantas di antara orang-orang itu, tapi mereka pada dasarnya orang baik jadi Mas betah," jawabnya. Aku tetap memijatnya seraya tersenyum kecil, Mas Adi pantas disandingkan dengan orang-orang seperti itu. Aku tahu kalau suamiku punya karisma tersendiri, jadi dia harus percaya diri.

Mas Adi memilih untuk berbaring di atas pahaku. Kepalanya menghadap ke perutku lalu dia memejamkan mata. Aku meletakkan handuk tadi di atas meja kemudian beralih untuk mengusap rambut Mas Adi. Sekarang dia berubah menjadi suami manja yang aku kenal.

Terjebak Bersamamu [TAMAT] REPOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang