Bagian 16

60.6K 3.1K 230
                                    

Author POV

Hari ini merupakan hari kedua Adinata bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran yang memang belum lama ini berdiri. Pekerjaan yang dia lakukan selalu berulang-ulang seperti membersihkan meja setelah para pelanggan selesai makan, membawa piring kotor ke tempat pencucian piring dan juga mengepel lantai. Semuanya dia kerjakan mengingat hanya ada tiga pelayan termasuk dirinya yang bertugas.

Dalam dua hari ini juga pemasukan restoran tidak terlalu naik karena tidak sering pelanggan datang untuk memesan makanan.

Restoran ini menjual berbagai menu makanan khas nusantara yang kelihatannya memang enak dan higienis. Dalam dua hari ini, Adinata melihat sendiri bagaimana koki menyediakan makanan dengan rapi dan terbebas dari bakteri. Belum lagi dengan interior restoran yang tampak seperti rumah sehingga membuat pengunjung pasti merasa nyaman berada di sini.

Adinata menaruh alat pel di dapur, dia mencuci tangannya yang kotor lalu mengambil kesempatan untuk beristirahat sejenak di ruang khusus istirahat para pekerja.

Adinata membuka kotak bekal yang disiapkan Nayra, dia tersenyum melihat surat kecil yang diletakkan Nayra di atasnya. Istrinya memang wanita yang manis sekali.

"Wah Pak Adi bawa bekal lagi ya? Kirain mau mesen makanan kayak yang lain," ucap seorang pegawai lelaki yang duduk di seberangnya. Adinata mengangguk kecil, dia menyodorkan bekal makanannya, bermaksud untuk berbagi ke sesama pelayan di restoran.

"Makan juga, Ilham. Kebetulan istri saya juga bawainnya banyak, jadi bisa kita makan sama-sama," tawarnya.

Ilham mengibaskan tangan, dia merasa tidak enak telah mengganggu Adinata makan. "Gak apa-apa, Pak. Makan aja, saya udah pesan makan di tempat lain bareng Santi. Paling nanti bentar lagi sampe," tolaknya.

Adinata mengiyakan, dia pun izin makan duluan karena Adinata sudah lapar. Jam makan siang mereka sebentar, jadi Adinata tidak mau sampai mengulur waktu.

"Oh iya, Pak Adi dulu sebelum mulai kerja di sini, Pak Adi kerja di mana? Saya denger dari yang lain kalo bapak berhenti kerja."

"Saya dulunya supir. Sudah 12 tahun kerjanya tapi mutusin buat berhenti ya karena mau cari suasana baru. Untungnya di sini buka lowongan, jadi saya coba kerja di sini," jawab Adinata setengah jujur. Dia tidak mungkin menjelaskan detil tentang mengapa dia berhenti bekerja.

"Wow, lama juga ya 12 tahun... Pasti udah di tahap bosen banget ya pak, makanya mutusin berhenti. Kalo saya sih gak bakal selama itu, ini aja kerja di sini baru masuk dua bulan udah bosen," keluhnya.

Adinata mengunyah makanan sambil mendengarkan cerita Ilham yang sering pindah-pindah pekerjaan. Ternyata Ilham merupakan seorang duda beranak tiga. Istrinya menceraikannnya dua tahun yang lalu karena Ilham tidak memiliki pekerjaan yang tetap.

Adinata merasa bersyukur, istrinya merupakan wanita yang selalu merasa cukup. Tidak pernah tercetus keinginan untuk cerai karena keadaan ekonomi yang kurang baik.

"Kalo bapak udah lama nikahnya?"

"Saya menikah dua bulan lalu. Jodohnya baru dateng sekarang, jadi agak ketinggalan," jawabnya. Ilham tertawa bersamanya, ya memang takdir manusia berbeda-beda. Tidak ada yang perlu dibanding-bandingkan.

"Gak apa-apa lah pak, semua mesti disyukuri biar hidup makin berkah," tukasnya. Adinata setuju dengan pendapat Ilham. Bersyukur adalah kunci kebahagiaan dalam hidup. Apapun yang didapat, haruslah selalu disyukuri daripada tidak sama sekali.

Setelah makan bersama dan berbincang-bincang, restoran kembali menjalankan bisnisnya. Ada setidaknya dua atau tiga pelanggan yang datang, itu pun patut untuk disyukuri.

Terjebak Bersamamu [TAMAT] REPOSTजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें