Bagian 24

34.6K 2.9K 134
                                    

Author POV

Rumah di mana Nayra lahir dan dibesarkan memang dari dulu selalu seperti ini. Dulu biasanya mendiang ayah Nayra selalu mengganti cat rumah setiap satu tahun sekali, tapi sejak ayah Nayra meninggal, cat rumah mereka tidak pernah lagi diganti. Hanna hanya hidup berdua bersama putrinya dan karena kini Nayra pun sudah menikah, sekarang dia tinggal sendirian di rumah penuh kenangan ini. Tapi paling tidak Hanna tahu kalau sekarang putrinya tidak merasa kesepian lagi. Nayra sebentar lagi akan memiliki keluarganya sendiri.

"Udah di cek, Nay? Kamu ke sini aja, mama mau liat USG nya juga," tanya Hanna di telepon. Beberapa menit yang lalu Nayra menghubunginya untuk mengabari hasil tes pemeriksaan di dokter kandungan. Sepertinya mereka sudah tahu jenis kelamin bayi di kandungan Nayra.

"Iya ma, udah cek. Nayra dan Mas Adi dapet anak cewek, ma! Nayra makin gak sabar banget nunggu bayi Nayra lahir!" jelasnya. Hanna menutup bibir dengan penuh rasa haru. Sebagai seorang calon nenek, dia sungguh bahagia. Hanna akan membelikan semua yang cucunya butuhkan. Pakaian, mainan, aksesoris bayi, semua akan dia belikan dengan uang yang dia punya dari hasil toko.

Hanna memang punya toko kecil-kecilan di samping rumah. Meski pendapatan tidak sebesar swalayan, tapi cukup untuknya sendirian. Dia masih punya tabungan, jadi Hanna bisa gunakan itu untuk membeli keperluan calon cucunya.

"Syukurlah, Nayra. Mama seneng dengernya. Kamu ke rumah gak? Kalo nggak nanti mama yang mampir ke tempat kamu," tanyanya lagi.

"Nayra sama mas Adi lagi di jalan ke rumah mama kok. Soalnya kan Mas Adi kerja dan Nayra juga gak ada jadwal ujian hari ini jadi Nayra mampir ke tempat mama."

"Ya udah, mama tunggu nak."

Sambungan pun terputus. Hanna bangkit dari sofa ruang tamu, dia mengeluarkan wadah berisi ayam yang sudah dibumbui dari dalam kulkas karena nanti dia ingin menyiapkan makan siang.

Tidak lama berselang, suara mobil pun terdengar di depan pagar. Hanna membuka pintu rumah, senyum terpatri di bibirnya saat dia melihat wajah bahagia Nayra menghampirinya.

"Mama!" Nayra mendekap sang ibu dengan erat.

"Kalian masuk dulu, mama mau nyiapin makan siang," ajaknya. Adinata menggeleng kecil, dia harus kembali ke tempat kerja.

"Maaf, Bu Hanna. Saya harus ke restoran soalnya masih jadwal kerja. Tapi nanti sore saya mampir ke sini," tolaknya.

Hanna mengangguk mengerti. "Oh ya udah gak apa-apa."

"Nay, Mas berangkat kerja dulu ya? Kamu baik-baik di sini," pamitnya terhadap Nayra. Wanita hamil itu mengangguk kecil, mereka berciuman singkat lalu Adinata pun berangkat menggunakan mobilnya menuju restoran.

Hanna mengajak putrinya masuk ke dalam. Dia bertanya mengenai kehamilan Nayra dan apakah ada gejala-gejala aneh.

"Semuanya baik, Ma. Dokter bilang bayi Nayra kuat dan sehat," jawab Nayra ketika ditanya-tanya soal kondisi bayinya.

"Dapet anak cewek berkah banget, Nay. Apalagi anak pertama, dulu mama pengen banget anak cewek. Eh terus pas hamil, dikabulin sama Tuhan. Mama harap kamu juga sama bahagianya kayak Mama dulu."

"Iya dong, ma. Nayra seneng banget! Kayak dikasih rezeki berkali-kali lipat. Mas Adi tadi aja sempet nangis, katanya gak nyangka dia dapet anak cewek," balasnya. Nayra duduk sambil mengusap-usap perutnya. Perasaan bahagia ini tidak bisa dihilangkan, dia semakin merasa menggebu-gebu.

"Tapi mama sebenarnya udah duga sih kalo anak kamu cewek. Soalnya bentuk perut kamu lonjong gitu."

"Ah, mama kemakan mitos mulu. Nggak lah, ini kan ada bahasa medisnya," sanggah Nayra dan itu menimbulkan sedikit tawa dari Hanna. Ya mau bagaimana lagi, jaman dulu memang penuh dengan mitos. Hanna tumbuh bersama mitos-mitos itu.

Terjebak Bersamamu [TAMAT] REPOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang