Bagian 27 (21+)

137K 3.2K 344
                                    

Author POV

"Jadi gitulah, mas. Maya juga minta maaf sama Mas Adi karena udah nuduh yang nggak-nggak," tukas Nayra di malam itu. Dia menceritakan kejadian hari ini di mana Dian Handoko mendatangi rumah mereka untuk mencari pertolongan. Tidak banyak yang bisa Nayra lakukan, tapi dia jadi agak lega karena masalahnya perlahan usai.

"Ya udah, Mas juga udah maafkan semuanya kok. Mas gak mau berlarut-larut karena masalah yang sama jadi bagusnya kita emang mengalah dan memaafkan aja."

Nayra menarik selimut, dia menggeser tubuhnya menjadi lebih dekat dan mencari pelukan Adinata yang nyaman.

"Tapi mas bangga sama kamu, Nay. Kamu baik banget dan gak pendendam. Itu yang Mas sukai dari kamu," pujinya. Adinata berbaring menyamping menatap istrinya dengan rasa cinta yang semakin bertambah besar setiap hari.

Setiap dia bersama Nayra, ada rasa geli sendiri di hatinya dan rasa itu adalah sesuatu yang dia sukai. Tidak ada habis-habisnya dia memuji betapa mempesonanya wanita yang telah menjadi istrinya ini. Kalau bisa, Adinata ingin sekali membuat puisi yang isinya khusus hanya memuja Nayra.

"Ehm... Apa lagi yang mas papa suka dari Nayra?" tanyanya penasaran. Adinata terlihat seperti pura-pura berpikir, dia mengusap dagunya yang mulai ditumbuhi bulu-bulu halus karena Adinata belum sempat bercukur beberapa hari ini.

"Apa ya? Kayaknya gak ada deh."

"Heh, kok gitu sih Mas? Masa gak ada yang mas sukai lagi?" balasnya mulai protes. Dia kira Adinata akan mengatakan sesuatu yang bisa membuat Nayra melayang karena senang.

"Hehe, ada kok. Mas suka kalo kamu lagi bugil," jawabnya tidak lupa dengan seringai mesum yang mulai terlihat.

Pipi Nayra memerah malu, dia berdecak sebal karena itu menganggap itu bukan sesuatu yang berupa pujian melainkan ajakan bercinta.

"Jangan gitu dong, masa aneh banget."

"Loh? Mas serius, sayangku. Coba kamu bugil sekarang, Mas seneng banget."

Tangan Adinata merayap dari ujung daster yang dipakai Nayra sehingga dasternya terangkat sampai pinggang dan membuat paha mulus Nayra terlihat ke mana-mana.

"Ah! Papa... Jangan suka tiba-tiba!" rengeknya sambil berupaya menjauhkan telapak tangan Adinata yang sibuk meremas payudara kanannya yang tidak ditutupi bra. Adinata terkekeh, tatapannya semakin membara penuh gairah yang sudah berkumpul menjadi satu. Dengan gemas dia mencari-cari ujung payudara Nayra lalu mulai dia cubit kecil sampai Nayra tersentak antara kaget dan nikmat.

"Emhh... Kok gini, Papa... Ahh!" Nayra menggigit bibir bawah, dia menahan desahannya sendiri karena malu jika sampai suaminya tahu dia telah diselimuti gairah yang sama.

"Gini apanya, Mama? Suka ya dipencet kayak gini putingnya?" tanyanya mesra.

Nayra merapatkan kedua pahanya begitu merasakan sensasi geli di pusat tubuhnya. Sialan sekali, tubuhnya mulai bereaksi karena sentuhan panas itu dan Nayra yakin sekali celana dalamnya basah.

"M-mas, geli..." adunya dengan suara kecil. Adinata berhenti memainkan puting payudara Nayra tapi tangannya tetap berada di sana. Ditatapnya wajah Nayra yang terasa panas dan merona, istrinya mudah sekali terpancing oleh rayuan dan sentuhan kecil.

"Geli? Geli di mana, sayang?"

Nayra menggeleng malu, dia mengambil bantal lalu menutup wajahnya yang sangat malu karena ketahuan.

"Kenapa mukanya ditutup sih? Ngomong yang jelas dong, Ma. Apanya yang geli? Memek yang geli?" tanyanya kian frontal. Adinata menjauhkan bantal dari wajah Nayra. Wajah mereka berdekatan dengan bibir yang nyaris saling menyentuh.

Terjebak Bersamamu [TAMAT] REPOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang