Bagian 14

49.7K 3.4K 203
                                    

Author POV

Semangat Adinata untuk memulai lembaran baru dengan bekerja di restoran menjadi begitu besar. Dia sudah memutuskan untuk berusaha dari awal lagi berbekal dengan keahlian yang dia punya. Tidak masalah jika bekerja sebagai pelayan, Adinata menerima pekerjaan dalam bentuk apapun asalkan halal baginya dan keluarga.

Pagi itu, Nayra menyiapkan sarapan dan mengantar suaminya ke depan pintu. Mereka berciuman lembut dan saling mendoakan.

"Hati-hati di jalan ya, mas? Kalo ada apa-apa, telepon Nayra aja."

"Iya, sayang. Kamu juga di rumah hati-hati. Hari ini gak kuliah ya?"

Nayra menggeleng. "Gak ada jadwal, tapi besok bakal padat banget."

"Ya udah kalo gitu, mas berangkat dulu ya?"

Nayra melambaikan tangannya, dia tersenyum manis sampai mobil yang dikendarai Adinata hilang di tikungan. Sebelum menutup pintu, dia melihat ada beberapa ibu-ibu yang sepertinya baru dari pasar. Karena memang Nayra terbiasa menyapa para tetangga, maka pagi ini dia kembali melakukannya.

"Selamat pagi, ibu-ibu. Baru dari pasar ya?"

"Eh Nayra... Iya nih, kita-kita abis dari pasar. Kamu jarang keliatan ya Nay?"

"Hehe, iya soalnya Nayra kadang kuliah, bu. Jadi jarang di rumah, mana suami juga kan kerja," jawabnya sopan. Dia berdiri di depan pagar kecil itu sambil tetap tersenyum manis.

"Nayra, dengar-dengar ada kasus ya di rumahnya keluarga Handoko? Itu loh, tempat kerja suamimu. Katanya anaknya masuk penjara karena pelecehan," sahut seorang ibu. Nayra menggigit bibirnya, sudah dia duga kalau masalah ini pasti tersebar ke mana-mana, tapi untungnya mereka tidak tahu alasan semuanya terjadi.

"Ah itu... Nayra juga denger dari suami, Bu Heni. Tapi Nayra gak tau sih kenapa, suami Nayra juga udah gak kerja di situ lagi."

"Oh gitu ya? Jadi kerja di mana Mas Adinata sekarang?" tanya wanita muda di sebelahnya.

"Ehm Mas Adi lagi coba cari kerja, Mbak Tria. Doain aja dapet kerjanya," jawab Nayra.

"Huh, enak suamimu giat banget cari nafkah. Beda sama Mas Adam, udah pengangguran tapi banyak maunya," celoteh Tria. Nayra menanggapi itu dengan senyum tidak enak. Dia tidak berniat untuk membahas masalah suami di sini.

"Makanya Tria, cari suami yang bener. Si Adam cuma mokondo," ledek ibu Heni.

"Huss! Ngomongnya dijaga, Nayra masih halus banget, kasian nanti otaknya terkontaminasi," potong ibu lainnya. Mereka hanya tertawa-tawa saja, menyisakan Nayra yang kikuk sendirian di tengah-tengah perempuan berusia 30 tahun ke atas itu.

"Hehe, ya udah Nayra masuk dulu ya? Mau beresin rumah. Kalo ada waktu, silakan mampir aja, ibu-ibu. Jarang juga Nayra kedatangan tamu soalnya."

"Iya, Nay. Kapan-kapan deh ya kita kumpul biar makin akrab kamu sama ibu-ibu komplek sini."

Selepas itu, mereka pun berpisah. Nayra mengunci pintu pagar dan pintu kontrakan. Hari ini dia akan membereskan kontrakan dulu, mencuci baju yang mulai menumpuk dan menyiapkan makan untuk nanti siang.

Rencananya juga, Nayra ingin mengunjugi ibunya. Dia ingin memberikan kabar kepada sang ibu kalau masalah mereka kini sudah usai dan hidup mereka akan aman. Nayra ingin ibunya merestui pernikahan Nayra dan Adinata karena Nayra sendiri sudah mencintai suaminya. Dia ingin melanjutkan pernikahan mereka.

...

Adinata berhenti di sebuah restoran yang kemarin dia lihat sedang mencari lowongan pekerjaan. Pria itu turun dari mobil pemberian keluarga Handoko lalu melangkah pasti ke dalam restoran yang diisi oleh beberapa pelanggan.

Terjebak Bersamamu [TAMAT] REPOSTWhere stories live. Discover now