Bagian 28

42.7K 2.7K 198
                                    

Author POV

Sore hari seperti ini biasanya Nayra melakukan beberapa kesibukan dengan bayinya. Memandikan Adira, menyusuinya, terkadang juga bermain-main dengan Adira. Di usia tiga bulan, Adira sudah bisa melakukan beberapa macam hal. Contoh kecilnya seperti tertawa-tawa, mengeluarkan suara khas bayi yang menggemaskan. Inilah kesibukan Nayra selama bersama Adira.

"Apa sayang? Dira mau lanjut nenen ya? Iya nak? Nenen lagi hmm?" candanya. Nayra mengangkat tubuh Adira lalu dengan gemas menciumi pipi gembulnya. Suara tawa Adira lantas memenuhi seisi rumah.

Bunyi mesin mobil di pekarangan membuat Nayra menoleh. Dia tersenyum kecil lalu bergegas membuka pintu untuk menyambut kepulangan suaminya.

"Tuh nak, papa udah pulang," sapanya sembari menunjuk seorang pria yang baru keluar dari mobil.

Adinata tersenyum lebar, sedari tadi tidak sabar bertemu dengan keluarga kecilnya ini. Setiap hari, di mana pun dia berada, anak dan istrinya selalu hinggap di pikirannya.

"Halo, anak papa! Hemm, udah wangi ya?"

"Iya dong, Papa. Tadi Dira mandi bareng mama," jawab Nayra seolah-olah Adira yang menjawab. Adinata tertawa kecil, dia pun mengajak anak dan istrinya untuk masuk ke rumah karena hari sudah hampir gelap.

"Mas, mandi dulu aja terus baru makan malem. Nayra udah masak," titah Nayra. Pria itu mengangguk kecil, dia mengambil handuk lalu berjalan ke kamar mandi untuk lekas membersihkan diri. Kalau tubuhnya tidak bersih, dia takut mendatangkan penyakit kepada Adira. Bayi kecil juga rentan terkena penyakit dari dunia luar, jadi dia mesti menjaga kebersihan.

"Loh kenapa Dira mewek? Papa cuma ke kamar mandi doang, nak. Hehe, kamu tuh ya suka drama emang." Nayra tersenyum geli melihat tingkah putrinya yang tiba-tiba menangis saat Adinata masuk ke kamar mandi. Ikatan batin antara Papa dan anak itu memang sangat kuat, bahkan Adira yang sulit tidur ketika malam, bisa langsung terlelap setelah merasakan pelukan Adinata dalam sekejap.

Sepuluh menit kemudian, Adinata pun selesai mandi dan lekas berpakaian. Sedari tadi dia sudah merasa kalau putrinya ingin dipeluk, jadi Adinata akan langsung menemui Adira dulu sebelum menyantap makan malam.

"Uhh, si cantik mewek lagi ya? Cup cup cup, bener-bener gak bisa ya kamu pisah dari Papa?" tukasnya. Adira mengembangkan senyum sehingga giginya yang belum tumbuh itu terlihat. Telapak tangan kecilnya menggapai wajah sang Papa, merasakan kehangatan yang selalu dia dapatkan sejak lahir.

Nayra membiarkan suaminya bermain dengan Adira, dia lekas ke dapur untuk menyiapkan piring dan nasi karena sudah waktunya makan malam.

"Mas, makan dulu yuk. Nayra udah siapin nasinya," ajak Nayra. Dia menghampiri sang suami dan buah hati yang masih asyik bercanda ria berdua. Memang inilah kebiasaan Adinata jika sudah berada di rumah. Sesering mungkin dia mengajak Adira bermain dan berkomunikasi. Tidak heran mengapa Adira sangat lengket dengan Papanya.

"Iya, Nay. Mas juga laper banget," keluhnya. Adinata membaringkan Adira di kereta bayi lalu membawanya ke ruang makan. Sepi memang karena cuma mereka berdua yang makan di meja. Adira tentunya belum bisa, dia masih bayi yang membutuhkan susu.

"Gimana kerjaan hari ini, Mas? Restoran ramai?" tanya Nayra sembari mengisi piring sang suami dengan nasi hangat.

Wajah Adinata terlihat masam saat Nayra bertanya. Dia jadi teringat soal tadi siang di mana bos nya tiba-tiba bersikap seperti perempuan aneh dan berbahaya.

"Baik sih, gak terlalu ramai."

Nayra melirik sang suami yang sepertinya tidak sedang dalam kondisi yang bagus untuk membahas soal pekerjaan. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi. "Kenapa, Mas? Kok mukanya jutek?" tanya Nayra.

Terjebak Bersamamu [TAMAT] REPOSTWhere stories live. Discover now