Ekstra Part

55.1K 2.5K 112
                                    

Nayra POV

Lima tahun kemudian

Berperan menjadi istri dan seorang ibu bukan suatu pekerjaan mudah yang bisa dilakukan. Para pria mesti sangat bersyukur karena memiliki istri yang mampu mengerjakan dua hal tersebut dengan sepenuh hati bahkan terkadang sampai melupakan kebutuhan dirinya sendiri demi mengurus anak dan suami.

Itulah yang aku rasakan selama aku menjadi istri dan ibu. Setiap hari tugasku padat, bangun pagi-pagi untuk menyiapkan sarapan lalu menyiapkan pakaian kerja untuk suamiku, memandikan anak-anakku dan mengurus rumah. Semuanya aku kerjakan segenap jiwa sementara Mas Adi sibuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah.

Tanpa terasa pernikahan ku dan Mas Adi sudah memasuki tahun ke sembilan. Banyak sekali hal yang terjadi selama sembilan tahun bersamanya dan aku senang bisa berdiri di sampingnya untuk mendengar segala keluh kesah ataupun berita-berita bahagia yang dia ceritakan.

Sembilan tahun membina rumah tangga bersamanya, kami dikaruniai empat orang anak. Anak bungsuku merupakan kejutan yang sama sekali tidak pernah aku bayangkan akan mendapatkannya. Jadi, saat itu aku dinyatakan hamil dua bulan ketika anak ketiga ku berusia dua tahunan. Kebobolan adalah satu-satunya alasan yang kuat, tapi lagi-lagi aku dan Mas Adi bersyukur telah diberikan seorang anak untuk yang keempat kalinya. Kamar kosong yang disiapkan Mas Adi pun akhirnya bisa terpakai.

Kami dikaruniai dua anak laki-laki dan dua anak perempuan yang mana anak ketiga ku bersama Kalea Almeera lalu anak bungsuku dinamai Arsakha Fairel oleh mama ku. Mama ku berkata kalau kami benar-benar harus hati-hati agar tidak hamil tanpa rencana seperti ini. Oleh karena itu, aku dan Mas Adi sepakat untuk tidak merencanakan kehamilan lagi. Bagi kami sudah cukup dengan empat orang anak. Aku sudah kerepotan juga mengurus mereka.

Minggu ini Mas Adi mengajakku dan anak-anak untuk liburan karena bulan ini Adira dan Barra juga libur sekolah, jadi ada kesempatan bagi kami untuk berlibur selama beberapa hari.

Liburan kami tentu bukan pergi ke luar kota, tapi menikmati beberapa wisata di tempat tinggal kami saja. Anak-anak tetap senang diajak pergi setiap hari mengunjungi beberapa tempat. Aku bersyukur mereka bisa menikmati hari libur dengan jalan-jalan bersama keluarga.

"Mama, Kalea gak nemuin kaos kaki barbie punya Kalea. Mama bantuin Kalea, ya?"

Aku yang sedang menata makanan yang akan dibawa untuk piknik lantas menoleh ke arah kiri begitu Kalea berbicara. Bibirku tersenyum kecil, aku jongkok di depannya lalu mengecup pipinya yang gemuk itu. Wajah sedih Kalea begitu menggemaskan, dia mirip sekali dengan Adira kalau sedang merajuk.

"Nanti mama cariin ya, nak. Kamu main dulu sama kakak-kakak kamu, mama lagi nyiapin makanan buat kita piknik," ucapku lembut. Kalea mengangguk cepat, dia berlari dengan kaki kecilnya itu untuk menyusul kedua kakaknya di halaman belakang rumah kami.

Setelah menyelesaikan urusan di dapur, aku melangkah ke kamar Kalea lalu mencari kaus kaki yang dia pinta.

"Sayang, Sakha nangis nyariin kamu. Tadi Mas coba kasih dot tapi dia gak mau," lapor Mas Adi yang menyusul ku ke kamar. Setelah Kalea yang mencari ku, kini Mas Adi pula. Suamiku ini pun mulai terlihat kerepotan jika ku suruh mengurus anak-anak.

"Loh? Perasaan tadi diem-diem aja kok tiba-tiba nangis? Ya udah, Mas tolong ambilkan kaus kaki Kalea di lemari itu. Dia nyariin yang gambar Barbie gak nemu katanya," balasku. Kami berganti tugas, aku sibuk mendiamkan putra bungsuku ini sedangkan Mas Adi mencari barang milik Kalea.

"Adek Sakha maunya nenen ya, nak? Gemes banget pagi-pagi nyariin mama," ucapku sembari mencium gemas pipinya yang basah karena air mata.

"Yang ini ya, Nay?"

Terjebak Bersamamu [TAMAT] REPOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang