4

25K 2.6K 160
                                    

"Kenapa kayak gak percaya? Selain asap sama dosa, komposisi tubuh gue juga termasuk otak pintar sama muka ganteng," balas Aga.

"Gak nyangka aja. Aku kira sel otak kamu udah gak berfungsi karena ketutup asap rokok," sindir Xena.

Aga tertawa. Bayangkan kalau Haris atau Ale yang ngomong, pasti udah habis dengan pukulan brutal dan tatapan mematikan Aga.

"Lo ngomongnya lembut tapi nyakitin juga ya?"

"Aku cuma ngomong apa adanya."

"Nyebelin juga. Bawel juga," tambah Aga.

Xena ganti menatap Aga dengan raut wajah kesal yang menurut Aga malah cowok dengan bentuk wajah gadis ini. "Kamu mau lanjut ngerjain tugas atau lanjut ngeledekin aku?" tanyanya sarkas.

"Belajar sambil ngeledekin lo. Boleh?"

"Pilih salah satu. Kamu serakah."

"Kalau bisa 2 kenapa harus 1?"

Tidak lama perdebatan receh itu berlangsung, Naren muncul dengan tatapan kosong. Naren berasa liat setan di balkon gara-gara tingkah Aga. Aga yang tanpa rokok di sela-sela jarinya, Aga yang duduk ngerjain tugas bukannya malah jongkok di sudutan balkon buat ngerokok, sama Aga yang ketawa gara-gara Xena.

Fix, Aga kesurupan, batin Naren.

"Kamu kenapa?" Xena menghamburkan lamunan Naren tentang setan Aga yang barusan ia lihat.

"Xen, lo gak merinding-merinding gitu duduk disana?"

"Merinding? Enggak," jawab Xena menggeleng.

Naren menunjuk ke arah Aga ragu-ragu. "Lo yakin dia orang?"

Aga diam aja, memperhatikan dua orang aneh bercengkrama. Aga tahu betul kalau Naren pasti kaget dan punya banyak pertanyaan setelah melihatnya disini. Ia harap sahabatnya tidak bertanya karena ia sendiri tidak punya jawabannya.

Xena spontan mencubit lengan Aga kecil, keras dan rasanya perih.

"Aw! Sakit woi!" pekik Aga kesakitan.

Xena menatap Naren bangga. "Orang," jawabnya.

Setelah meyakinkan Aga yang nampak saat ini benar-benar seorang manusia, Naren berjalan santai dan mengambil posisi di sebelah Xena.

"Ga, bagi rokok dong," pinta Naren.

"Di kamar. Ambil aja," balas Aga cuek.

Naren membelalak. "Hah? Gak bawa rokok? Ga, mending kita ke dukun deh sekarang. Lo kesurupan," seru Naren, nadanya panik.

"Emang kalau Aga gak bawa rokok tandanya dia kesurupan?" tanya Xena ke Naren.

Naren mengambil ancang-ancang duduk dengan posisi menjelaskan. "Dengerin gue ya, Xen. Gini, Aga sama rokok itu udah kayak pantat, ada 2 tapi jadi 1. Jadi kalau Aga tanpa rokok itu aneh," jelas Naren.

Xena udah siap menyela karena menurutnya penjelasan Naren tidak masuk akal sama sekali.

"Emangnya orang gak boleh kalau dia milih gak bawa rokok? Harus selalu bawa rokok? Aku gak bawa rokok, berarti aku kesurupan?"

"Marahin aja, Xen," kompor Aga, menahan senyumnya dengan kepala tertunduk karena sambil mengerjakan tugasnya.

Naren menggeleng. "Ini kasusnya khusus Aga doang."

"Tetep aja. Kamu gak boleh menyeratakan pemikiran kayak gitu."

Naren menatap Aga meminta pertolongan. "Ga, emang bawel gini ya anaknya?"

Alcohol, Cigarettes, You ✔Where stories live. Discover now