15

19.6K 2K 179
                                    

Hari Minggu

Biasanya hari Minggu adalah hari tersantai di muka bumi dengan mengesampingkan fakta bahwa besoknya hari Senin. Kontrakan siang ini masih sepi, tidak ada tanda-tanda kehidupan karena penghuninya masih tidur. Selain, kamar Aga dan Ita yang udah kosong.

Gak ada yang tahu hidup akan membawa mu kemana setiap harinya, misteri demi misteri terkuak sesuai berjalannya waktu. Satu menit kamu bahagia, tapi menit berikutnya kamu bisa saja sedih. Selucu itu semesta mempermainkan perasaan dan tidak ada yang bisa mencegah selain manusia dewasa yang menjalani hidup bukan sebagai beban tapi sebagai tantangan. Percayalah hidup yang biasa-biasa saja bukan sesuatu yang baik juga.

Contohnya kayak sekarang, orang tua Aga dan Ita mendadak ada di Bandung.

Memaksa anak kembarnya untuk menghampiri, bertukar cerita seakan tidak terjadi apa-apa diantara mereka. Seakan-akan jalan yang anaknya pilih saat ini penuh dukungan dari orang tua mereka, walaupun nyatanya tidak sama sekali. Karena lagi-lagi yang dibahas di pertemuan keluarga itu adalah keinginan sang orang tua untuk menjadikan sang anak sesuai kehendak mereka.

Sagara memang berasal dari orang tuanya, tapi bukan berarti hidup Sagara bukan miliknya.

"Aga kemana ya?" tanya Xena.

Xena sebenarnya sudah bangun, tapi dia urung niatnya untuk keluar dari kamar karena masih malas bergerak. Hari Minggu kan hari yang tepat untuk bersantai dan mengulur waktu. Kapan lagi kan bisa membuang-buang waktu kecuali hari Minggu?

Xena memang sengaja melemparkan pertanyaan itu pada Jidan yang terlihat baru keluar dari kamarnya juga persis dengan dirinya.

"Bokap nyokapnya dateng. Jadi pergi makan deh sama Ita juga," jawab Jidan.

"Gakpapa emangnya Aga sama Ita ketemu orang tua mereka?"

"Pasti kenapa-kenapa, Xen. Entar lo liat sendiri aja dah, kita-kita mah udah kenyang ngadepin Aga kalau abis ketemu bokapnya," ungkap Jidan.

Xena sejujurnya penasaran walaupun turut khawatir. Aga dan segala emosinya adalah tantangan yang belum Xena hadapi. 

Sebelum pindah ke kontrakan dan bertemu Aga, masa lalunya menuntut Xena untuk berada di zona amannya. Tapi, sejak pindah kesini dan bertemu Aga, adrenalinnya berteriak-teriak memaksa Xena melampaui zona amannya. Xena gak tahu ini termasuk keadaan yang buruk atau baik. 

Ia tidak ada pilihan lain selain jalanin.

"Kamu pernah ketemu sama orang tua mereka, Ji?" tanya Xena, penasaran.

"Pernah kok, cuma sekali tapi. Setelah itu Aga larang gue katanya dia malu nunjukin ke gue contoh orang egois."

"Emangnya se-egois itu ya, Ji, mereka?"

Jidan mengangguk. "Tipikal orang tua  yang mau jadiin anak semau-mau mereka. Aga gak ada niat kurang ajar sebenarnya tapi Aga juga bukan tipe yang nyerah kalau udah milih. Apalagi udah dia jalanin."

"Kedokteran kan maksud kamu?"

"Iya, Xen. Bokapnya kan kontra banget tuh. Ita bahkan pernah sujud depan bokapnya demi ngebiarin Aga ambil kedokteran, tapi gitu aja gagal. Aga ngamuk dan mereka pindah kesini."

Xena setidaknya sedikit tahu jalan cerita hidup Aga sebelum dia, yang dimana tidak akan ia tahu dari cowok itu sendiri. Xena juga gak berniat bertanya karena itu hanya akan menggali lubang luka lebih dalam lagi. 

Alcohol, Cigarettes, You ✔Where stories live. Discover now