6

23.2K 2.5K 183
                                    

Aga memang akan selalu menjadi yang terakhir selesai merokok dibandingkan dengan yang lain. Kalau yang lain 4 batang, maka Aga akan dikali 2.

"Kanker paru-paru, penyakit jantung, penuaan dini, stroke, hipertensi, dan lain-lain. Cuma kasih tau aja kok kalau kamu belum tau," sindir Xena dari belakang.

Xena berjalan menuju tempat duduk yang ada di balkon, Aga dengan posisi menyender pada tiang balkon masih asik mengisap rokoknya.

"Udah tau, ini yang kedua kalinya lo ngomong," balas Aga sambil ketawa ringan. Tangannya reflek mematikan rokoknya walaupun belum habis total.

"Kalau masih kurang jelas, kadang-kadang di billboard pinggir jalan ada kok walaupun kecil banget dibawah tulisannya."

"Iya, iya. Liat udah gue matiin," ujar Aga sambil mengangkat puntung rokok tidak bernyawanya kearah Xena.

"Lho, emang aku ngomongin dampak ngerokok ya?" sindir Xena lagi.

Aga jadi ketawa. "Tajem banget, Xen, sindirannya," balas Aga.

"Habis kamu gak sayang sama badan kamu sendiri."

"Gak semua orang ngerokok karena gak sayang badan, Xena," ujar Aga mengelak.

"Cari inspirasi? Butuh inovasi? Pemecah masalah atau peningkat kebahagiaan? Tapi gak setiap saat kayak kamu juga. Ini udah rokok ke berapa?"

"8."

Xena menggeleng tidak percaya. "Kenapa harus sebanyak itu sih? Ada yang bikin kamu kepikiran?" tanya Xena hati-hati.

"Ada," jawab Aga.

"Apa?"

Aga menatap Xena jahil lalu menjawab.

"Lo."

Xena mengerjap, menatap Aga dengan curiga. "Bohong," elaknya.

"Lo cakep," lanjut Aga.

Rokok sudah bukan jadi prioritas Aga kalau Xena-nya sudah muncul. Rokok bukan lagi pelarian Aga dari kenyataan kalau sudah ada Xena yang mengajaknya bicara.

Xena setengah mati nahan senyumnya biar cowok di hadapannya tidak tau seberapa porak poranda perasaannya saat ini. Jika Xena boleh memberikan penilaian, menurutnya Aga itu termasuk salah satu cowok yang hanya perlu satu detik untuk menggilai cowok itu.

Dan, sepertinya Xena sudah menjadi korban hukum alam itu.

"Terus?"

"Hidung lo mancung."

"Terus?"

"Mata lo lucu," lanjut Aga memuji-muji Xena.

Aga tahu kalau gadis dihadapannya senang dengan puji-pujian tulus yang ia lontarkan. Terlihat bagaimana rahang gadis itu sedikit bergetar karena mati-matian menahan senyumnya.

"Terus?" Xena diam-diam juga menikmati obrolan kosong yang dilengkapi dengan terpaan angin sore Bandung.

"Gue suka sama lo," ungkap Aga tiba-tiba.

Xena bukannya tersipu malah tertawa. "Kalau itu 100% aku yakin kalau kamu bohong," balas Xena.

"Coba jelasin darimana lo yakin gue bohong?" tantang Aga.

Xena menatapnya dalam dengan sedikit tatapan merendahkan. "Karena kamu aja gak sayang sama diri kamu sendiri. Gimana bisa sayang sama orang lain?"

"Tidur kurang. Mabuk terus. Merokok. Apalagi? Belum ditambah belajar sama nongkrong," lanjut Xena.

"What if I could show you that I can love myself too?"

Xena mengardikkan bahunya. "Gak tahu. Coba aja kasih lihat dulu," jawabnya.

Alcohol, Cigarettes, You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang