32

15.3K 1.6K 53
                                    

Satu bulan semenjak kepergian Xena, meninggalkan Aga dan seisi kontrakan tanpa penjelasan lengkap dan hanya disertai dengan ketakutan yang menggebu-gebu. Jangan tanya Aga bagaimana karena ingat bagaimana Aga sendiri pernah mengatakan bahwa jangan pernah mengambil Xena darinya jika tidak mau melihatnya berubah gila?

"Lo cek dah, Ji. Gue kemarin udah. Sama aja bentukannya," ujar Haris.

Haris berkumpul bersama Ale dan Jidan bak piket di depan kamar kontrakan Aga alih-alih mencegah sang sahabat melakukan hal-hal yang tidak akan pernah mereka inginkan mengingat kewarasan Aga sudah hilang.

"Gak tega gue," ujar Jidan.

"Ya, sama, Sat. Gue kemarin juga udah. Lo deh," lempar Ale ikut-ikutan.

"Suit gimana?" tawar Haris seperti biasa.

Suit adalah jalan ninja pemecah masalah dalam siapa yang akan melakukan apa, no hurt feelings dan semuanya berakhir dengan adil.

"Oke," jawab Ale setuju.

Hasilnya Jidan kalah dan akhirnya cowok itu dengan segala empatinya masuk ke dalam kamar Aga.

"Ga.." panggil Jidan hati-hati dan tidak ada jawaban dari Aga. Jidan bisa melihat Aga hanya meratapi ke satu titik ruangan yang mungkin memiliki bayangan Xena di sana.

"Ga, cium!" pinta Xena.

Satu gerakan dan Aga mencium pipi Xena singkat.

"Yah, masa pipi sih?" rengek gadis itu.

Aga menatap Naren yang ada di sebelahnya dengan ragu lalu menatap Xena enggan.

"Cium aja udah gakpapa. Gue udah biasa kok," sela Naren.

Aga masih ragu. Aga suka cium Xena tapi bukan di tempat umum dan sudah jelas Naren akan melihat semuanya.

"Ya udah kalau kamu gak mau cium aku. Aku ciuman sama Naren aja."

Bahkan Xena udah ancang-ancang buat beranjak ke sebelah Naren, namun Aga dengan cepat menahan lengan gadis itu dan mencium bibirnya lembut.

"Nah, gitu dong," sela Xena di tengah-tengah ciumannya.

Semua kenangan manis dan liar itu sekarang hanya bisa berputar di kepala Aga sembari menyayat perasaannya.

"Mau sampai kapan lo kayak gini, Ga?" tanya Jidan yang tiba-tiba muncul di kamar sahabatnya, membuat Aga sempat tersontak kaget.

Jidan dan teman-teman lainnya jadi saksi bisu semua malam gelap dan kesengsaraan sahabatnya sejak Xena memilih pergi meninggalkannya.

"Sampai Xena balik, Ji," jawab Aga, nadanya frustasi.

Jidan juga ikut frustasi melihat keadaan sahabatnya sekarang. Duduk merana di sudut kamarnya sendiri, menangis, meneguk bersih semua koleksi alkoholnya, menghisap belasan bungkus rokok dalam sehari. Kondisi Aga sekarang tentu tidak bisa dipertontonkan ke Xena alih-alih gadis itu kembali.

"Balikin Xena ke gue ya? Please," mohon Aga.

Aga yang di bawah pengaruh alkohol akan mengatakan kata-kata bak template kepada semua orang yang menghampirinya untuk mengembalikan Xena kepadanya.

"Xena udah pergi, Ga."

"Jangan begini. Tolong."

"Ita sampe gak mau nemuin lo karena keadaan lo kayak gini. Lo gak takut Xena tiba-tiba balik dan milih buat pergi lagi karena keadaan lo kayak gini?"

Alcohol, Cigarettes, You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang