35

14.9K 1.9K 127
                                    

Malamnya Ravi sesuai janji muncul untuk menjemput Xena, sedangkan Xena tertidur. Gak tega bangunin, akhirnya Ravi mengikuti saran Aga untuk mencari cowok itu lewat perawat disini.

"Sus, boleh minta tolong panggilin Dokter Sagara?"

"Boleh. Ditunggu sebentar ya."

Ravi mengangguk dan menunggu. Perawat itu menghubungi seseorang yang ia yakini sudah pasti Aga lewat telepon.

"Dokter Aga sedang turun ya," seru sang perawat ketika mengakhiri panggilan telpon tadi.

Ravi mengangguk lagi dan menunggu lagi.

Aga muncul dengan balutan jas dokter yang masih sama dengan tadi siang membuat Ravi tersenyum tipis dan menyapa lagi cowok itu.

"Oit, Ga."

"Kok gak nyamper Xena langsung?"

"Anaknya tidur, jadi gue mending ngobrol sama lo dulu. Gak tau lagi ketemu lo bakal kapan," ujar Ravi.

Aga mau merasa ini hanya basa-basi Ravi belaka tapi tidak ada perasaan basa-basi itu sedikit pun. Aga hanya bisa merasakan perasaan tulus Ravi menyapanya.

"Lo masih ngerokok?" tanya Ravi.

Aga menggeleng. "Tapi gakpapa, rooftop aja ngobrolnya biar gak basi-basi banget kalau di kantin," ajak Aga.

"Boleh." Ravi setuju.

Sejak Xena memilih meninggalkannya 10 tahun lalu dan tekad 2 hari yang Aga miliki untuk merubah hidupnya. Aga berhenti merokok dan minum alkohol. Jika ditanya apa alasan dibaliknya itu semua karena perkataan Tara dan Ita.

Gimana kalau Xena balik terus pergi lagi gara-gara ngeliat lo kayak gini?

Aga mempersiapkan the best version of himself jika suatu saat gadis itu kembali, tapi sayangnya ia benar kembali namun dengan tidak dalam keadaan yang Aga dambakan. Pertama, Xena kecelakaan. Kedua, Xena punya pacar. 

Lebih baik mengubur hidup-hidup impian belaka dan penyesalan panjang yang ia simpan selama 10 tahun bukan? Anggap Aga mendapat pembelajaran hidup dan tamparan keras dari sang pencipta karena dulu terlalu naif atas keinginan diri sendiri dan kontrol emosi yang buruk. Atau karma karena selama ini ia hidup sebagai anak kurang ajar?

Anggap saja seperti itu maka Aga lebih mudah menerima semua runtutan kejadian ini.

Ravi menyalakan rokoknya sembari menatap malam kota Jakarta dari rooftop rumah sakit, menertawakan Aga yang tidak memegang sebatang rokok. Mengingat ulang momen pertemuan mereka pertama kali yang dibumbui dengan asap rokok.

"Aneh gue, ngeliat lo tanpa rokok, Ga," ujar Ravi.

Jika Ravi tahu bahwa kekasihnya yang membuat Aga menjadi sedemikian rupa seperti ini apa cowok itu tidak akan tertawa sembari berbicara kepadanya? Bisa jadi, tapi Ravi sepertinya bukan orang kayak gitu.

"Lebih aneh lagi gue sama lo disini berduaan. Mau ngapain coba?"

"Yang jelas gak cipokan," ledek Ravi.

"Gak lucu," omel Aga.

Terlepas kekalahan Aga yang mutlak terhadap Ravi, mereka tidak punya masalah di antara mereka berdua. Jadi, Aga akan memposisikan sebagai teman Ravi disini bukan siapapun yang menyangkut hidup Xena.

"Boleh nanya gak, Vi?" tanya Aga tiba-tiba.

Angin malam menerpa dua wajah tampan itu mengisi telinga mereka dalam volume kecil karena desiran angin serta membantu me-reset kembali satu hari melelahkan. Rooftopnya juga tidak terlalu tinggi, ada di lantai 18 saja tapi anginnya cukup untuk membawa mereka terhanyut. Aga dan Ravi bahkan perlu fokus lebih agar tidak terlena pada terpaan angin.

Alcohol, Cigarettes, You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang