28

16K 1.7K 137
                                    

Minggu, Camping

"Ini kagak perlu gitaran sambil nyanyi Ingatlah Hari Ini, kan?" ledek Ale.

Haris ngakak.

"Kagak, ogah. Kenyang gue setiap perpisahan sekolah nyanyinya itu mulu," tolak Haris.

"Lagi emang ada gitar?"

"Kagak," jawab Ale gamblang.

Gubrak! Emang Haris sama Ale gak pernah bener kalau ngobrol tuh.

Jam 2 pagi dan emang belum ada yang tidur kecuali Jidan yang katanya sempet pilek.

Ita gak lama keluar dari tenda nyamperin rombongan di depan yang gak tidur-tidur.

"Ga-

Ita baru mau nanya keburu di sela sama Aga.

"Pake jaket, Ta. Ambil dulu," potong Aga.

Ita mendengus kesal lalu kembali ke dalam tendanya hanya untuk keluar lagi setelah itu dan sudah dalam keadaan menggunakan jaket.

Ita menatap Aga lebih yakin sekarang.

"Jidan anget badannya. Minum apa ya?" tanya Ita.

"Lo ada paracetamol?"

Ita menggeleng. "Apaan tuh?" tanya Ita.

"Kasih itu aja. Kalau gak ada, entar gue ke warung depan aja harusnya banyak yang jual," ujar Aga.

Ita mengangguk setelah itu. "Titip ya, Ga. Kasian Jidan sat sot sat sot terus ingusnya."

"Yah, itu mah lo cium aja, Ta. Nanti sembuh langsung," goda Haris.

"Ogah. Nular..." tolak Ita galak lalu masuk kembali ke dalam tenda.

Api unggun di tengah-tengah hasil usaha Naren dan Bima barusan sudah berhasil menyala. Kecuali Jidan dan Ita, mereka berkumpul untuk menghangatkan tubuh.

Dini hari ini suhunya 16 derajat, jadi otomatis semuanya menggigil walaupun sudah pakai jaket tebal.

"Seru juga ya kayak gini," ujar Naren.

"Mana seru! Menggigil!" protes Ale si paling gak bisa tahan dingin. Ale boleh paling jago berantem, tapi Ale kalau kedinginan dikit langsung ciut.

"Preman mah takutnya sama mati, Le. Bukan dingin," ejek Haris.

"Sialan lo."

Ponsel Xena terus menerus berdering tanda ada yang memanggil, gadis itu sesekali mengecek tapi tidak ia angkat.

Berdering lagi, tapi tidak diangkat.

Begitu terus sampai yang ke-empat kali.

"Siapa sih, Xen? Nelponin lo subuh-subuh. Gak bener banget," tanya Tara.

Xena menggeleng. "Aku gak tau," jawabnya singkat.

Aga merasa ada yang salah tapi ia enggan berkomentar, membiarkan Xena melakukan apa yang ingin gadis itu lakukan dulu sembari ia amati.

Ponsel Xena berdering lagi. Untuk yang kali ini Aga memperhatikan gerak-gerik Xena lekat sampai Aga tahu kalau Xena setelah itu langsung menonaktifkan ponselnya. Jika dia tidak tahu bukan baiknya di angkat saja untuk memperjelas?

Cara Xena mematikan ponsel pun juga cukup mencurigakan untuk Aga.

"Siapa yang nelponin lo? Mau gue angkat?" Aga akhirnya angkat bicara.

Alcohol, Cigarettes, You ✔Where stories live. Discover now