06

2.2K 408 30
                                    

Pangeran Permaisuri. Jongseong selalu ingin tertawa sarkas ketika mendengar panggilan agung itu. Sudah bodoh, tetapi memilih jalan murahan untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Tidak heran mengapa Paduka Agung menjadikannya sebagai Pangeran Pendamping.

Cinta? Jongseong lagi-lagi tersenyum remeh. Sebagai seorang Raja, Jongseong tidak membutuhkan perasaan itu. Yang ia butuhkan adalah seorang Pangeran Permaisuri dengan dukungan kuat yang mampu membantunya mempertahankan tahta.

Huin Goongmin masuk sembari membawakan meja kecil berisi teko keemasan, "Baginda Raja, Pangeran Permaisuri menyiapkan air rebusan jagung untuk Anda."

"Pangeran Permaisuri?" Jongseong mengangkat satu alisnya. Beberapa detik kemudian, ia menggeleng tidak percaya, "Kukira aku sudah mematahkan sayapnya. Ternyata Pangeran Permaisuri cukup keras kepala. Buang itu."

Jawaban itu lantas membuat huin Goongmin membelakakan matanya terkejut, "Maafkan kelancangan Saya, tetapi bukankah Yang Mulia tidak suka membuang makanan atau minuman secara percuma? Apalagi air rebusan jagung ini merupakan minuman kesukaan Yang Mulia."

"Mulai sekarang aku hanya menghargai makanan yang dibuat langsung oleh pegawai dapur. Selain daripada itu kau harus membuangnya."

"Yang Mulia. Mohon pertimbangkan keputusan Anda. Pangeran Permaisuri rela terjaga untuk membuatkan air rebusan jagung ini."

Rahang Jongseong mengeras. Netranya berkilat emosi, "PANGERAN PERMAISURI MEREPOTKAN DIRINYA SENDIRI DAN ITU BUKANLAH URUSANKU!"

"SUNGHOON!" Sang pemilik nama langsung  menghampiri panggilan Rajanya. Sutera hitam pekat yang Sunghoon kenakan berkobar seiring dengan gerakannya yang begitu gesit.

"Hamba di sini Baginda Raja."

"Kurung dia di gudang semalaman. Jangan biarkan dia  muncul di hadapanku selama tiga hari," Jongseong menendang kaki Huin Goongmin hingga dia jatuh tersungkur. Dalam hati Sunghoon bertanya-tanya, kesalahan apa yang huin Goongmin perbuat? Raja tampak marah sekali.

Sunghoon mencengkram kerah belakang huin Goongmin lalu menyeretnya pergi begitu saja.

"Baginda Raja! Tolong maafkan aku!" Huin Goongmin mengerucutkan bibir ke bawah. Lambat-laun rengekannya mulai terdengar samar sebelum benar-benar menghilang. Kamar Jongseong kembali sepi.

Jongseong membaringan diri di tempat tidur. Bersiap untuk mengistirahatkan tubuhnya. Kedua netra setajam elang itu sudah disembunyikan oleh kelopak mata. Akan tetapi, mengapa dirinya belum terlelap juga?! Jongseong mendengus kesal. Memejamkan mata memang mudah. Namun, terlelap itu justru hal yang sulit.

"Baginda Raja. Apakah Anda sudah tidur?" tanya kepala Dayang istana. Dayang tertua yang bahkan telah melayani mendiang Jihoon sejak Appanya menjadi Pangeran Pendamping.

"Ada masalah apa?"

Hening sejenak. Jongseong berdecak, "Kubilang ada masalah apa?! Cepatlah! Aku harus tidur sebelum hari berganti!"

"Pangeran Heeseung ada di sini, Baginda Raja. Beliau ingin menemani tidur Anda dengan permainan serulingnya."

Di bagian kamar terluar, tubuh tegap Heeseung menjulang tinggi dengan seruling putih yang kini ada pada genggamannya. Seruling itu bagai ornamen pelengkap yang selalu ada di sekitar pinggang Sang Pangeran.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Shadow ; jaywon auWhere stories live. Discover now