58

1.4K 184 23
                                    


Udara menjadi semakin dingin begitu malam tiba. Tidak ada penginapan ataupun rumah yang di bangun di sekitar mereka sehingga rombongan tabib pencari rebung Duan Xu terpaksa membangun tenda di alam terbuka.

Beruntung meskipun dingin, angin tidak terlalu ganas. Setidaknya, mereka bisa terhindar dari bencana berupa tenda yang tertiup angin.

Jiurong Jaeyun berjongkok di sebelah prajurit istana yang sedang sibuk membuat api. Anak itu tampak sangat tertarik seolah-olah hal itu baru untuknya. Prajurit istana merasa heran, tetapi memilih diam. Dia tidak ingin berhubungan dengan orang cerewet.

Total ada tiga api unggun yang berhasil dibuat. Para prajurit membuat lingkaran, berbaur dengan para tabib. Mereka memisahkan diri dari Penatua Jin Qiyan, Pangeran Heeseung serta dua orang asing yang memiliki rambut keemasan.

Jiurong Sui membuka obrolan, "Yang Mulia, kulihat kau cukup dekat dengan anakku. Aku minta maaf jika anak bebal ini sering merepotkanmu."

"Ayah!" Jiurong Jaeyun menggembungkan pipinya kesal, menatap ayahnya marah. Jiurong Sui balas memelototinya tajam.

Pangeran Heeseung tertawa kecil, "Dia masih anak-anak. Tidak perlu paman berkata demikian."

Penatua Jin Qiyan menggeleng kecil mendengar jawaban Pangeran itu. Gerakannya yang semula ingin menyeruput teh, terhenti saking herannya pada Pangeran Heeseung.

"Bah!" Jiurong Sui berdecak, "Dia sudah memasuki usia dewasa! Sudah sepatutnya dia menjaga sikap. Ini salahku karena gagal mendidiknya. Jika bukan karena tanggung jawabnya terhadap Baginda Raja dan Pangeran Permaisuri, aku pasti sudah menyeret anak nakal ini pulang!"

Kening Penatua Jin Qiyan mengerut. Dia lalu meminta Jiurong Sui untuk menjelaskan maksud dari perkataannya. Kemudian, setelah dia mendengar penjelasan Jiurong Sui, dia tidak bisa untuk tidak memberikan tatapan tajam pada Jiurong Jaeyun.

Bahkan Pangeran Heeseung yang paling bersikap hangat dan terbuka pada Jiurong Jaeyun pun memberikan tatapan kecewa.

Itu karena Jiurong Jaeyun pergi ke ibu kota tanpa seizin ayahnya. Dalam artian, Jiurong Jaeyun kabur dari rumah.

Jiurong Sui memiliki seorang laki-laki Pendamping bernama Jiurong Jiang. Dia sangat cantik dan lembut, rapuh dan berbudi. Namun, sejak melahirkan Jiurong Jaeyun, dia jadi memiliki semacam gangguan mental sehingga Jiurong Sui khawatir jika harus meninggalkannya sendirian.

Sebelumnya, Jiurong Sui memang sering turun gunung untuk mencari bahan herbal yang kemudian akan dia jual. Dia sudah berpesan pada Jiurong Jaeyun bahwa dia harus menemani dan menjaga appanya baik-baik. Kalaupun ingin pergi bermain, putranya harus sering pulang untuk mengecek keadaan appanya.

Jiurong Sui kira, putranya akan menurut seperti tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi, siapa sangka ketika dia pulang, dia justru tidak menemukan Jiurong Jaeyun di sekitar Pendampingnya?

"Jaeyun merindukan keponakannya," Jiurong Jiang menjelaskan, "Dia juga berkata, dia ingin menyelamatkan orang-orang."

"Menyelamatkan orang-orang?" Jiurong Sui mendekat, menatap bingung Pendampingnya, "Aku tidak mengerti apa maksudmu."

"Wabah cacar," Jiurong Jiang menjawab seperlunya.

Jiurong Sui merasakan sengatan listrik di kepalanya. Dia merasa bisa mati karena terkejut, "A-apa? Maksudmu, dia turun gunung karena ingin menyelamatkan orang yang terkena wabah?"

Kini, Jiurong Jiang tersenyum. Sama sekali tidak terganggu dengan raut Jiurong Sui yang pucat seperti habis melihat hantu, "Jaeyun berkata, setelah selesai dia akan membawa Jiurong Jieun bersama suami dan anak-anaknya ke rumah kita. Bukankah itu akan menyenangkan?"

The Shadow ; jaywon auWhere stories live. Discover now