52

1.4K 222 21
                                    

Dia telah berani menunjukkan taringnya!

Pangeran Permaisuri kedatangan tamu di siang hari bolong. Dia sekiranya bisa menebak maksud dari kedatangan Paduka Agung Jeon Jungkook. Terlebih, ada seorang tabib yang mengekor di belakangnya.

Yang Jungwon melambaikan tangan, memberi kode pada Huin Sunoo untuk membantunya berdiri; hendak mempersilakan Paduka Agung duduk di kursi utama, sementara dirinya akan pindah ke kursi tamu.

Paduka Agung melihat pergerakan Pangeran Permaisuri, "Tidak perlu bersikap terlalu formal. Aku takut kakimu kenapa-napa jika terlalu banyak bergerak. Diam saja di sana."

"Aku meminta maaf karena tidak bisa memberikan sambutan yang selayaknya," Yang Jungwon menunduk, menyembunyikan seringaian yang lenyap begitu dia menegakkan kepala.

Selanjutnya, mereka berdua berbasa-basi sejenak. Menanyakan kabar satu-sama lain. Jungwon memaksakan senyum sopan hingga kedua pipinya terasa sakit. Ketika akhirnya menemukan celah, Jungwon langsung menyerang ke inti pembicaraan.

"Jadi, mengapa Yang Mulia repot-repot membawa Tuan Tabib ke sini?"

Jeon Jungkook baru saja menerima kabar bahwa Baginda Raja dan Pangeran Permaisuri telah menyempurnakan pernikahan mereka semalam. Paduka Agung awalnya tidak memiliki kekhawatiran. Dia justru merasa kasihan kepada Pangeran Permaisuri karena tahu Pendamping Raja itu tidak akan pernah bisa melahirkan seorang Pewaris.

Pada saat itu, dayang Choi memasang wajah khawatir, "Yang Mulia, entah kenapa ... hatiku merasa tidak senang."

Paduka Agung hanya meliriknya, "Jangan berbagi kecemasan yang tidak berguna padaku. Itu bisa meluruhkan aura positif."

"Tadi pagi aku bertemu cenayang istana. Dia sedang menatap langit dengan sangat serius. Bibirnya komat-kamit seperti sedang membaca mantra. Kemudian, dia tiba-tiba saja menunjuk ke arah Kediaman Putra Mahkota."

Sampai di sini, Paduka Agung langsung memasang wajah waspada, "Menunjuk Kediaman Putra Mahkota katamu? Apa alasannya? Kediaman itu sudah lama kosong sejak Jongseong menjadi Raja."

Keringat dingin meluncur di kening dayang Choi, "Cenayang itu berkata; jiwanya penuh dengan kebajikan. Berkarakter lurus seperti pedang. Kata-katanya lembut bak gerimis. Namun, dapat berubah menjadi deras hingga menimbulkan rasa sakit.  Langit telah menjanjikan seorang Putra Mahkota yang memiliki tanggung jawab tinggi untuk Tanah Penunjang."

Ujung mata Jeon Jungkook memerah. Rahangnya mengeras karena amarah. Dia melotot pada dayang Choi, "Berhenti berkata omong kosong! Katakan apa maksud dari cenayang itu sekarang!"

Dayang Choi sangat ketakutan. Dia menabrakkan keningnya pada permukaaan lantai, bersujud dengan tubuh kegemetaran, "Yang Mulia, cenayang itu menyebutkan tanda-tanda pembentukan jiwa seorang Putra Mahkota! Dan kebetulan sekali, Baginda Raja dan Pangeran Permaisuri telah menyempurnakan pernikahannya! Aku khawatir, usaha kita untuk membuatnya mandul gagal karena kehendak langit!"

Jeon Jungkook tidak menghabiskan waktu lagi. Dia sesegera mungkin memanggil cenayang istana itu ke hadapannya. Namun, karena cenayang itu tidak mampu menahan kekuatan spiritual yang tiba-tiba bangkit di tubuhnya, dia pingsan di tengah jalan sehingga Jungkook bertemu dengan Kepala Cenayang sebagai gantinya.

Kepala Cenayang mengatakan bahwa kekuatan spiritual anak didiknya itu masih belum stabil dan seringkali hilang-timbul. Apa yang dia lihat, belum tentu merupakan petunjuk dari langit, melainkan pengaruh dari roh jahat.

The Shadow ; jaywon auWhere stories live. Discover now