19

2.2K 334 21
                                    

"Kawan seperguruanku dari Dinasti Guan memberikan referensi resep obat. Memang belum sempurna, tetapi kami telah melakukan identifikasi pada beberapa tanaman herbal dan membuat formula baru," Heeseung menghela, "Sayangnya ramuan itu belum cukup berpengaruh."

Tatapan setenang air itu mengarah pada berpuluh-puluh kotak kayu yang sedang diangkut ke kapal. Di dalamnya terdapat tanaman dan bahan-bahan herbal langka dengan harga setinggi langit. Sebelumnya Heeseung dan Sunghoon sudah memeriksanya satu persatu.  Tidak ada masalah. Bahan herbal tersebut dalam kondisi baik.

Sunghoon juga tidak menemukan pergerakan mencurigakan. Selain orang-orang Pangeran Heeseung dan dirinya, tidak ada yang mendekati kapal.

Mereka melewatkan kesempatan mencuri tanaman langka berharga fantastis. Itu berarti, misi rahasia Sunghoon mungkin telah bocor. Jika tidak, kapal pengangut barang itu pasti sudah mengalami bencana di tengah jalan.

Dugaan lainnya, mungkin ada mata-mata di antara pengikut Pangeran Heeseung. Namun, hal tersebut hanya dapat dibuktikan jika ada tanaman obat yang hilang setelah tiba di Sonjang.

"Lalu apa yang akan Anda lakukan dengan semua tanaman itu?"

Heeseung tertawa kecil, "Pertanyaan konyol. Tentu saja aku akan melakukan identifikasi ulang dengan tambahan bahan herbal baru."

Wajah Sunghoon dalam sekejap menjadi jelek. Dia tidak suka dibilang konyol.

"Maaf-maaf, perkataanku sangat tidak pantas," Heeseung menampilkan raut menyesal, "Setelah tiba di Sonjang, kami akan berfokus untuk menemukan penawar dengan menjadikan bahan utama dari resep tabib Dinasti Guan sebagai acuan."

Sunghoon mengangguk paham, "Dinasti Guan sangat banyak membantu."

Pangeran Heeseung menatap gelombang ombak rendah yang datang bergantian. Suhu menjadi semakin dingin begitu malam tiba.

"Itu karena Baginda Raja memiliki hubungan yang baik dengan Raja Guanlin," Heeseung kemudian berbisik pada dirinya sendiri, "Akan sangat bagus bila Pangeran Permaisuri juga akrab dengan Pangeran Permaisuri Renjun. Sayangnya Yang Mulia takut melihat wajah garangnya."

Sunghoon menyipitkan mata, "Maaf, Yang Mulia mengatakan sesuatu?"

Heeseung tidak menjawab. Dia malah menarik  seruling giok putihnya. Tak lama kemudian, alunan melodi dari napasnya mulai mendominasi dermaga yang semula hanya diisi oleh suara alam.

Seseorang pernah berkata, musik mampu menyelami emosi seseorang . Membawa plot-plot cerita yang terbagi dalam setiap nada, lebih dalam dari frasa puisi, lebih jauh dari kepingan paragraf yang membentuk novel.

Sunghoon tidak begitu menyukai musik. Terdengar aneh di telinganya. Mungkin Sunghoon tidak terbiasa karena sejak kecil, indera pendengarnya hanya menangkap dentingan senjata yang saling beradu.

Meskipun begitu, entah kenapa lagu ini terdengar…

Menyedihkan.

Heeseung berhenti bermain setelah beberapa saat, "Panglima Lee, Baginda Raja masih memerlukan orang di sampingnya. Dia adalah laki-laki yang plin-plan. Aku mengenal wataknya dengan baik."

"Dulu, adalah aku yang menempati posisi itu, tetapi tak lama kemudian Baginda Raja memutar badan dan tak mau melihatku lagi," Heeseung tersenyum sedih, "Hyungku itu … aku tidak bisa lagi menebak jalan pikirannya. Terkadang dia berkata 'b adalah salah', tetapi di hadapan orang lain dia malah mengatakan bahwa 'b itu benar"
 
Panglima Lee mengangguk ringan. Dia sudah melayani Raja selama bertahun-tahun, tentu dia mengerti bagaimana sikap Raja setiap dia mengambil keputusan.

"Anda tidak perlu mencemaskan Baginda Raja. Yang Mulia Pangeran Permaisuri selalu ada di sisinya."

Sunghoon tidak tahu, kalimatnya barusan telak menampar Heeseung. Membuatnya menapaki kenyataan yang menyedihkan. Senyum Heeeseung semakin pahit. Dadanya terasa sakit. Heeseung tahu dia bodoh karena menanggung perasaan ini. Namun, seberapa kuat pun dia mencoba , dia tidak bisa berhenti mencintai orang itu.

The Shadow ; jaywon auWhere stories live. Discover now