25

2.3K 359 83
                                    

Butuh waktu sekitar dua jam sebelum akhirnya Jungwon tiba di pasar, tepatnya di sebuah desa bernama Liaoling. Mereka pergi menggunakan gerobak kerbau yang sebelumnya Haksan sewa, naik-turun perbukitan di sekitar hutan bambu, lalu melintasi rawa-rawa dengan sebaran tumbuhan ilalang berwarna kekuningan. 

Desa Liaoling berada luar lingkup ibu kota. Tidak terlalu jauh, Hanya saja medan yang ditempuh untuk sampai ke desa ini cukup sulit. Tidak ada jalan terbuka. Kau harus melewati dataran landai dan menyeberangi arus sungai deras. Dengan menggunakan kuda, Jungwon mungkin bisa menghabiskan setengah hari perjalanan atau mungkin seharian penuh sebelum menginjakkan kaki di ibu kota.

"Kapan kau akan kembali ke rumahmu?" Haksan melipat kedua tangan di  belakang leher, menjadikannya sandaran kepala. Tebu seukuran sumpit tersemat di sudut bibirnya.

Jungwon menatap profil Haksan dari samping. Anak laki-laki ini sebenarnya memiliki wajah manis seperti beruang kecil, tetapi pesona itu lenyap oleh sikapnya yang berapi-api dan sembrono. Kesan bocah keras kepala akan melekat dalam pikiran siapapun begitu kau tidak sengaja berpapasan dengan Haksan di tengah jalan.

Haksan sama sekali tidak tampan. Meskipun dia selalu memasang wajah garang, itu tidak benar-benar menunjukkan kesan pria perkasa, melainkan beruang kecil yang  mudah mengamuk karena madunya dikerubuni lalat.

Kulit Haksan berwarna kecoklatan, tetapi tidak terlalu gelap. Rambutnya dibuat menjadi simpul rapih di puncak kepala, diikat menggunakan pita rambut selebar tiga jari. Jubah dengan kerah silang yang dikenakan Haksan hanya sebatas paha, berwarna biru sama seperti celana panjangnya.

Jungwon mengalihkan pandangan pada jalan setapak di depannya. Rumah-rumah warga mulai terlihat, "Apakah penghuni Shou Wen Nuan sudah melebihi batas hingga kau tidak bisa menyisakan satu tempat lagi untukku?"

"Pikirkan keluargamu yang mungkin sekarang sudah menjadi gila karena berpikir anaknya sudah mati," Haksan menarik tebu menggunakan dua jari seolah-olah tengah menarik rokok, "Lagipula, Shou Wen Nuan bukanlah tempat untuk menampung bangsawan!"

Suara anak ini penuh dendam saat menyebutkan 'bangsawan',

"Sepertinya kau sangat membenci kaum bangsawan," Jungwon berkata tenang, "Alasan macam yang membuat mereka pantas dibenci?"

"Karena mereka menciptakan standar, berbuat seenaknya, dan membuat orang-orang yang tidak berdaya menderita," Haksan mendengus kasar, "Bahkan mereka membuat Nyonya Shou menderita ....." 

Haksan berkata sangat lirih di akhir kalimat, jadi Jungwon tidak bisa mendengar ucapannya dengan jelas. Meskipun penasaran, Jungwon tidak ingin menuntut.

"Kau tahu aku adalah seorang bangsawan, tetapi kau memiliki nyali untuk menjelek-jelekkan statusku tepat di depan wajahku."

Remaja berkulit madu itu menyeringai, memberi Jungwon tatapan mengejek, "Aku tidak akan mengubah sikapku hanya karena kau adalah keluarga dekat Pangeran Permaisuri. Jangan memandang dirimu terlalu tinggi. Di mataku, status kalian tidak ada gunanya jika enggan memanusiakan manusia."

Jungwon merasa anak ini memiliki dendam kesumat hingga memandang bangsawan dengan sebelah mata, "Anak muda, tidak semua bangsawan itu buruk."

Haksan kembali menggigit tebunya, "Tidak sedikit bangsawan yang bajingan seperti anjing. Liur mereka mudah menetes ketika melihat tulang emas."

Jungwon tidak bisa untuk tidak tersenyum, "Maksud dari perkataanmu adalah mudah tergiur pada kekayaan dan kedudukan. Haksan, bagaimana kau mengetahui ungkapan semacam ini? Bukankah kau tidak tertarik? Aku ingat saat itu kau mengataiku orang biadab."

"Lalu kenapa?! Kau mau balas mengataiku babi?! Bangsawan macam apa kau? Bahkan anjing lebih terpelajar darimu!" Haksan melotot geram.

Yang Jungwon, "..."

The Shadow ; jaywon auWhere stories live. Discover now