50

2.8K 259 141
                                    

NSFW! Chapter kali ini berisi adegan yang tidak cocok dibaca untuk orang dibawah umur delapan belas!

Pangeran Permaisuri refleks mendongak ketika ciuman Jongseong merambat turun menuju garis lehernya. Jongseong kemudian menjulurkan lidah, menjilati permukaan kulit Pangeran Permaisuri sebelum menyesapnya kuat-kuat, meninggalkan tanda kemerahan yang sulit hilang. Pangeran Permaisuri menggeliat-liat, matanya terpejam erat dan erangan lirih keluar dari mulutnya.

Suara itu membuat panas dalam tubuh Jongseong semakin membara. Jongseong merasa bahwa dirinya adalah tungku api sedangkan Yang Jungwon adalah minyak yang dilemparkan padanya. Setiap kali dia mencicipi minyak itu, apinya akan menyala-nyala dengan gila dan mengubah suhu udara menjadi panas.

Gerakan mencium Jongseong menjadi semakin ganas. Lidahnya menjelajah naik, menyesapi sepanjang leher Pangeran Permaisuri. Mata Jungwon terbuka lebar, berikut dengan mulutnya yang mengeluarkan desahan lembut.

"Ah ... ah .."

Tidak berhenti sampai di situ, tangan Baginda Raja mulai bergerak selihai mulutnya; membuka jubah tidur Pangeran Permaisuri lalu memberi elusan di sepanjang lekukan pinggangnya; naik turun begitu lambat, tetapi dengan tekanan yang cukup bertenaga.

Gelenyar aneh muncul di punggung Pangeran Permaisuri. Rasanya seolah ada sengatan listrik yang menjalar dari punggungnya hingga membuat otaknya mati rasa. Dia tanpa sadar melengkungkan punggungnya yang indah. Tatapan Baginda Raja kemudian turun, menatap pada dada Pangeran Permaisuri yang mengintip malu-malu dari balik jubah.

"Y-yang Mulia," Jungwon berusaha berbicara di tengah-tengah napas kacaunya. Ujung mata lelaki itu memerah karena rangsangan yang Jongseong berikan, "Kau ... apakah kau akan melakukannya?"

Pangeran Permaisuri saat ini masih duduk menghadap tembok. Dia disentuh dengan tidak berdaya di atas kursi roda pemberian Pangeran Yeonjun. Tangan-tangan lihai menggerayangi kulitnya, menyentuh dadanya, menekan-nekan bagian itu sebelum memijatnya. Pangeran Permaisuri tidak bisa menahan untuk tidak mengerang; jakunnya bergerak naik-turun.

Jongseong mengembuskan napas panas tepat di telinganya, kemudian dia berkata dengan seringai berbahaya yang tidak bisa dilihat Pangeran Permaisuri, "Mengapa perkataanmu terdengar seperti penolakan? Bukankah sebelumnya kau sangat menginginkan air maniku?"

Jungwon tertegun. Kata-kata yang berniat dia ungkapkan tertelan begitu saja seolah-olah tersapu ombak menuju samudera. Dia tidak berani menoleh ke belakang. Dia tidak bisa membayangkan seperti apa rupa suaminya ketika dia tenggelam dalam keinginan. Hawa serigala di belakangnya sudah mampu membuat Pangeran Permaisuri merinding. Dia tidak siap jika Jongseong membuat mereka saling berhadapan.

Sayang sekali sedetik setelah Jungwon berharap, kursi roda yang dia duduki bergerak, mengubah pemandangan di hadapannya dalam sekejap. Mata Jungwon memantulkan refleksi wajah suaminya. Jongseong saat itu tersenyum miring. Terlihat sangat senang, tetapi di sisi lain juga terlihat lapar.

"Yang Mulia ... aku," Jungwon tersedak. Kepalanya mendadak pusing. Dia lalu berkata panik, "Kakiku, bagaimana dengan kakiku?"

"Ah ... kau benar," Jongseong mendesis menghentikan kegiatannya. Dia tiba-tiba saja menoleh ke arah pintu yang tertutup, "Mereka pasti sedang mengutukku di luar sana."

Gerakan komat-kamit Dayang Lim dengan tangan mengadah ke langit untuk meminta pertolongan pada dewa terhenti. Entah kenapa sekujur tubuhnya tiba-tiba saja merinding. Dia jelas-jelas duduk di depan pintu tanpa ada seorangpun selain Huin Sunoo. Penjaga pintu yang sebelumnya ditugaskan bahkan telah di usir olehnya lalu dari mana perasaan merinding itu muncul?

The Shadow ; jaywon auOnde histórias criam vida. Descubra agora