34

1.9K 286 27
                                    

8 tahun lalu yang lalu, pada masa pemerintahan Raja Taehyung.

Huin Goongmin menaiki tangga dangau menuju Putra Mahkota yang tengah duduk tegap sembari menggerakkan kuas di atas buku. Melihat bahwa cairan tinta di atas meja mulai berkurang, Huin Goongmin pun sesegera mungkin menggerus tinta, mencegah dirinya agar tidak terkena omelan Putra Mahkota.

Park Jongseong hanya melirik sedetik sebelum kembali menulis. Jarinya bergerak luwes dan ringan, menciptakan karakter huruf yang tegas namun penuh detail. Gerakan menggerus Huin Goongmin tanpa sadar melambat saking terpesonanya dia pada tulisan Putra Mahkota.

Jongseong menyadari hal itu. Dia mendongak dan menatap tajam, "Enyah!"

Huin Goongmin berkata melantur "Yang Mulia, apa yang salah? Hambamu yang rendahan ini tidak melakukan apapun selain menggerus tinta. Haruskah aku menggerus sembari menari agar kau merasa terhibur?"

Mendengar itu, maka semakin murkalah Park Jongseong, "Kalau kubilang enyah ya enyah! Kau ini menghambat pekerjaanku!"

Huin Goongmin hanya menggeser duduknya menjauh satu langkah, "Yang Mulia, kelas sudah berakhir sejak satu jam yang lalu, tidakkah Yang Mulia merasa lelah menyalin buku ritus? Bagaimana jika kita melihat peserta seleksi Pangeran Pendamping dari jauh?"

"Tidak tertarik," Jongseong menjawab dengan wajah cemberut, kembali menenggelamkan diri dalam tumpukan buku.

"Kudengar ada satu peserta yang sangat menonjol karena kecantikannya! Peramal mengatakan bahwa dia memiliki aura seorang Pangeran Pendamping. Tidakkah Yang Mulia merasa penasaran?"

Konsentrasi Park Jongseong terganggu karena ocehan tidak berguna Huin Goongmin. Memang apa menariknya lelaki cantik? Dunia ini tidak akan pernah kekurangan orang-orang cantik, lantas mengapa dia harus membuang-buang waktu untuk melihat itu?!

Jongseong melempar bukunya hingga menimbulkan suara benturan yang cukup mengejutkan. Kemudian dia membentak marah, "Enyah!"

Huin Goongmin berjengit terkejut. Sebenarnya dia ketakutan, tetapi karena hal ini menyangkut pasangan Putra Mahkota, dia tidak akan menyerah.

"Seleksi Pangeran Pendamping hanya terjadi satu kali dalam seumur hidupmu," Huin Goongmin berkata dengan nada mengeluh, "Setidaknya Yang Mulia harus melihat seperti apa wajah-wajah yang tengah berusaha untuk menjadi Pendampingmu."

Tiba-tiba saja seseorang menyeletuk.

"Perkataan Huin Goongmin ada benarnya."

Seluruh pasang mata menoleh ke sumber suara, menatap pada sosok pria dewasa bertubuh jangkung dengan jubah merah yang melekat pada tubuhnya. Benang emas yang membentuk simbol matahari tersulam rapih di bagian dadanya.

Park Jongseong segera berdiri untuk memberi hormat, "Apa yang membawa Ayahanda berkunjung kemari?"

Tatapan Taehyung lembut, "Ayah tadinya sedang berjalan-jalan, lalu tanpa sengaja melihatmu sedang serius belajar dari kejauhan. Jadi ayah putuskan untuk menghampirimu."

Wajah Jongseong tanpa emosi, tetapi sorot matanya dingin, "Lebih baik ayah menghabiskan waktu bersama Pangeran Heeseung. Tidak ada hal menarik yang bisa Ayah temukan jika bersamaku."

Huin Goongmin menggigit bibirnya cemas. Dia melirik Kepala dayang yang sama-sama memasang ekspresi tidak enak. Hubungan ayah dan anak ini sejak awal memang sudah berjarak, lalu jarak itu merenggang semakin jauh bagai dua pulau yang terpisah oleh samudera sejak Pangeran Permaisuri Jihoon meninggal.

Kepala Dayang adalah seorang wanita. Dia tidak memiliki anak, tetapi dia telah membantu mendiang Pangeran Permaisuri Jihoon membesarkan Putra Mahkota, melihatnya tumbuh dari seorang anak kecil yang lembut, menjadi sosok yang dingin dan acuh tak acuh seperti sekarang.

The Shadow ; jaywon auWhere stories live. Discover now