64

906 126 35
                                    

Warning! Berdarah-darah!


Jiurong Suan memaksa Jiurong Jaeyun menaiki punggung kuda. Akan tetapi, Jiurong Jaeyun menolak, menggeleng dengan air mata yang bercucuran. Dia bersikeras ingin menolong Pangeran Heeseung dan hal itu membuat ayahnya marah.

"Apa yang bisa kau lakukan?! Prajurit istana bahkan tumbang oleh mereka! Ayah tidak ingin kau mati!" telapak tangan Jiurong Suan basah oleh keringat, begitu pula punggungnya.

Ketika dia berbicara, suaranya bergetar. Jelas bahwa orang tua itu ketakutan setengah mati. Saat ini, dia hanya ingin menjauh dari kekacauan untuk memastikan keselamatan Jiurong Jaeyun. Namun, anak bodoh itu justru malah mengkhawatitkan orang lain!

Jiurong Jaeyun terisak hebat. Dia terus-terusan menoleh ke belakang, memandangi punggung Pangeran Heeseung dengan sorot cemas. Orang-orang berpakaian hitam ada di sekelilingnya. Tangan mereka yang mengenggam pedang terus mengerahkan senjata itu untuk melukai Pangeran Heeseung.

Terdapat racun pada setiap bilah senjata mereka. Jika terkena sedikit saja goresan, maka tubuh seseorang akan dibuat lumpuh dan kaku, persis seperti yang dialami oleh prajurit istana. Tidak ada yang tahu apakah mereka masih memiliki kesempatan untuk hidup atau tidak.

"Aku! Aku telah berlatih seni bela diri dengan Keponakan Tertua! Ayah, biarkan aku pergi! Biarkan aku pergi!"

Jiurong Suan mengabaikan permohonan itu. Dia lalu dengan paksa mendorong Jiurong Jaeyun ke atas punggung kuda sebelum dirinya sendiri naik. Segera, kuda hitam pekat melesat melewati genangan darah yang tersebar di salju.

Kekhawatiran Pangeran Heeseung awalnya sedikit berkurang. Namun, raut wajah Park Heeseung berubah jelek ketika seseorang dari pihak musuh mengejar sepasang ayah dan anak itu.

"Berhenti!" Park Heeseung berteriak marah, menjadikan kekuatan pedangnya bertambah dua kali lipat.

Tanpa ampun, dia menebas leher musuh yang mendekatinya, membuat sebuah kepala terlempar ke udara sebelum akhirnya jatuh menggelinding dengan darah yang menetes deras.

Para pembunuh ini tidak hanya menargetkan Pangeran Heeseung. Jika tidak, mengapa mereka mengejar klan Jiurong? Identitas mereka hanyalah tabib biasa. Mengapa pembunuh itu begitu mempedulikan nyawa tabib kecil jika tujuannya bukanlah untuk memberantas orang-orang yang berhubungan dengan Pangeran Heeseung?

"Pangeran!" Hyunjin berseru ketika Park Heeseung memacu kudanya menyusul pembunuh yang baru saja pergi.

Park Heeseung menoleh, berseru tegas, "Tahan sisanya untukku!"

Di sisi lain, Jiurong Suan berusaha menjaga fokusnya. Di ambang kepanikan, dia terus menjepit perut kuda untuk menambah kecepatan selagi tangannya mengendalikan kekang. Kuda yang ditungganginya berlari ke kanan dan kiri, menghindari panah yang dilepas oleh pembunuh.

Saat ini, Jiurong Suan hanya ingin bertahan hidup. Dia harus pulang untuk memeluk pendampingnya. Dia harus membaca surat yang dikirimkan oleh cucu-cucunya. Dia juga harus memilih calon menantu yang baik untuk anak bungsunya.

Dia tidak boleh meninggalkan dunia ini sebelum harapan-harapan itu terpenuhi!

Ketika memikirkan ini, mata Jiurong Suan memerah. Diam-diam dia lalu mencium puncak kepala Jiurong Jaeyun, menyalurkan bentuk kasih sayang yang selalu sulit terungkap oleh kata-kata.

Di belakang mereka, pria berpakaian hitam menarik busur. Jari-jarinya menjepit anak panah dan dalam hitungan detik, panah itu terbang membelah angin, menciptakan suara yang membuat burung-burung terbang menjauh.

The Shadow ; jaywon auحيث تعيش القصص. اكتشف الآن