38

1.9K 250 70
                                    

Petugas kantor peradilan datang lagi untuk memaksa dayang Haeyong membuka mulut, tetapi dayang Haeyong tidak memberikan jawaban yang memuaskan. Akhirnya mereka menyiksa dayang Haeyong sampai dia tak sanggup berdiri. Luka baru yang dia dapat semakin memperparah kondisinya.

Wanita itu tidak bisa asal mengungkapkan keterlibatan Na Jaehyun dalam rencananya. Kematiannya bisa saja datang lebih cepat dari yang seharusnya.

Tidak ada alasan bagi Na Jaehyun untuk bekerja sama dengan dayang Haeyong. Di mata orang-orang, dia berteman baik dengan Kim Jinseong. Ketika Kim Jinseong kehilangan putranya, yaitu mendiang Pangeran Permaisuri Jihoon, Na Jaehyun-lah yang menghiburnya.

Shim Shugeun telah membunuh calon mertua Na Jaemin. Dalam kondisi ini, justru pihak Na Jaehyun-lah yang dipersulit karena Jeon Jungkook akan menjadi Pangeran Permaisuri pengganti. Jelas laki-laki itu akan melakukan segala cara agar Na Jaemin tidak menjadi Pangeran Pendamping.

Dayang Haeyong hanya bisa berharap pada tindakan Pangeran Permaisuri Jungwon. Yi Yu adalah kunci kehancuran Na Jaehyun. Menyembunyikan masalah calon selir yang berhubungan dengan orang lain merupakan penghinaan besar bagi Sang Raja. Na Jaehyun tidak akan selamat.

Ketika memikirkan ini, dayang Haeyong mendengar suara langkah kaki. Ada orang yang sedang menuju kemari dengan langkah cepat—cenderung berdentum-dentum, menggambarkan emosi yang tengah ditahan dengan susah payah.

Siapa lagi yang akan menemuinya? Apa mungkin orang itu adalah suruhan Na Jaehyun? Kalau begitu, tidak lama lagi dirinya akan mati.

Setidaknya dayang Haeyong telah membeberkan rahasia Na Jaehyun kepada Pangeran Permaisuri. Dia akan mati dengan perasaan puas.

Namun, semua pikiran itu buyar ketika sosok Haksan muncul di hadapannya. Dayang Haeyong tidak bisa melihat ekspresinya dengan jelas, tetapi dia bisa merasakan amarah anak itu.

"... kau di sini," dayang Haeyong berkata susah payah.

Gigi Haksan bergemelatuk marah. Tanpa bersusah payah menahan diri, dia menjulurkan tangannya di antara jeruji besi untuk mendudukkan paksa dayang Haeyong.

"Kau bajingan! Kembalikan Shou Wen Nuan! Kembalikan Chaegyung!" Haksan berteriak penuh emosi tepat di depan wajah dayang Haeyong.

Seakan belum cukup melampiaskan amarahnya, dia kembali menarik-narik kerah dayang Haeyong lebih kuat hingga kepala wanita itu terbentur-bentur. Suara benturan besi mengiringi teriakan Haksan yang disertai isak tangis. Dayang Haeyong hanya mampu menggigit bibir, menahan rasa sakit.

"Mengapa setelah kejadian itu, Dewa masih memberikan kesempatan bagimu untuk bernapas?!"

"Kau gagal membalaskan dendamu! Kau gagal membunuh Pangeran Permaisuri! Sekarang kau harus mengembalikan hidup Chaegyung! Aku ingin Chaegyung kembali! Hidupkan dia kembali!"

Dayang Haeyong telah mengenal Haksan selama bertahun-tahun, tetapi dia tidak pernah melihatnya dikuasai oleh amarah sampai hilang akal seperti ini. Wanita itu memejamkan mata, darah segar mengalir turun dari kepalanya, melewati kening, lalu menetes-netes di ujung hidungnya.

"Anak bodoh," wanita itu tersenyum sedih penuh rasa bersalah, "Jika aku memiliki kekuatan untuk menghidupkan orang mati, aku tidak perlu bersusah-payah membunuh Pangeran Permaisuri."

Haksan terisak-isak. Suaranya bergema di penjara bawah tanah. Dia bertelungkup menyedihkan; tangannya menggenggam pita biru bernoda darah yang Chaegyung buatkan untuknya sebelum menekan benda rapuh itu kuat-kuat ke dadanya.

Dayang Haeyong melihat pita biru itu.

"Chaegyung ... dia selalu memperhatikanmu. Tidak peduli seberapa buruk perlakuanmu padanya, dia tidak pernah membenci atau benar-benar marah padamu. Hatinya sangat murni."

The Shadow ; jaywon auWhere stories live. Discover now