78

709 112 53
                                    

Seluruh pejabat berkumpul di aula pengadilan. Gemuruh percakapan terdengar memantul dari dinding ke dinding, mendiskusikan topik hangat yang mengejutkan semua orang.

Pertama-tama, mereka melihat Pangeran Heeseung diseret dengan tidak bermartabat. Kedua, mereka mendengar bagaimana sipil penjara begitu berlaku kejam terhadap seorang Pangeran.

Terakhir, mereka mendengar bahwa Pangeran yang sangat transparan---baik hati maupun perilakunya itu, jatuh cinta pada Pangeran Permaisuri. Rumor berkata, itu sudah berlangsung bertahun-tahun dan itulah yang menjadi alasan terbesar mengapa Park Heeseung belum menikah hingga saat ini.

Jangan tanya bagaimana keadaan Jung Hoseok. Dia sangat terkejut hingga sempat jatuh tidak sadarkan diri. Tabib memintanya beristirahat, tetapi dia bersikeras datang ke pengadilan dengan duduk di kursi roda---berjaga-jaga jika sewaktu-waktu dia pingsan lagi.

"Dimana Penasihat Jung? Aku perlu mendengar cerita yang lebih jelas. Takutnya, ada banyak campur tangan rumor yang merusak reputasi Pangeran Kedua."

Seseorang tertawa mengejek, "Bah! Jangan berlindung dari balik kata rumor! Kenaifan Pangeran Heeseung selama ini adalah kepura-puraan. Berani sekali dia diam-diam menyimpan perasaan pada Pangeran Permaisuri."

"Jika perasaan Pangeran Kedua tidak terungkap, aku khawatir dia tidak akan pernah menikah. Dia sudah berniat mempermainkan Mentri Peperangan sedari awal."

Di antara keributan itu, Kim Jinseong diam dan memasang wajah paling tenang. Faksinya jelas diuntungkan jika Pangeran Heeseung benar-benar tiada. Dia tidak perlu lagi khawatir mengenai ketamakan Paduka Agung atau kelicikan Jung Hoseok.

Selama tidak ada yang menganggu jalannya pengadilan, Kim Jinseong dapat tidur nyenyak malam ini.

Berbeda dengan Kim Jinseong, Kim Namjoon justru berpikir bahwa Pangeran Permaisuri pasti akan melakukan sesuatu untuk mengangkat hukuman mati pada Pangeran Heeseung. Bagaimanpun, Pangeran Permaisuri sangat menghargai Pangeran Heeseung.

Namun, bukannya mengikuti jalan yang lurus, mengikuti logikanya, Pangeran Heeseung justru jatuh dalam perangkap hati, tenggelam dalam perasaan yang tak akan pernah terbalas---selamanya merasakan sakit.

"Pangeran Permaisuri mengandung," Kim Jinseong berbisik rendah, "Dan sekarang, Pangeran Heeseung disingkirkan. Faksi Paduka Agung melemah. Lihatlah betapa cerahnya masa depan keturunanku."

Kim Namjoon tidak ingin mengacaukan suasana hati ayahnya, jadi dia mengikuti alur, "Semua ini tidak akan berjalan mulus tanpa rencana ayah."

Pujian putranya membuat Kim Jinseong senang. Dia hendak tersenyum, tetapi langsung mengurungkan niatnya ketika melihat Jung Hoseok yang menatap lurus ke arahnya.

Kim Jinseong mendecih, "Ingin tetap terlihat angkuh di saat kau kalah? Sungguh tidak tahu malu."

Penjaga pintu mengumumkan kedatangan Baginda Raja. Segera, hiruk-pikuk yang semula meramaikan aula mereda hingga tidak terdengar suara apapun kecuali tarikan napas.

Jung Sangwook mengikuti di belakang. Terlihat patuh ketika menunduk dalam diam.

Sesaat setelah mendudukan diri di singgasana, Park Jongseong langsung membuka suara, "Aku yakin kalian telah mendengar beritanya. Pangeran Heeseung menyimpan perasaan pada Pendampingku. Itu memang benar."

Pernyataan Baginda Raja membuat bisikan para pejabat menjadi semakin gaduh.

Park Jongseong melambaikan tangannya, mengintruksi beberapa prajurit untuk membagikam salinan puisi milik Pangeran Heeseung.

"Aku tidak sanggup membacakannya pada kalian. Silakan baca sendiri," Park Jongseong bersandar lalu menumpukan keningnya pada tangannya sendiri, "Jika kalian benar-benar menggunakan otak kalian selama hidup di dunia ini, kalian pasti tahu sesuatu mengenai puisi itu."

The Shadow ; jaywon auWhere stories live. Discover now