10

2.5K 426 64
                                    

Sunghoon tidak mengerti mengapa akhir-akhir ini Kim Sunoo sering memberikan tatapan permusuhan padanya, padahal Sunghoon yakin dirinya tidak mencari gara-gara atau bahkan mengusik huin dari kediaman Pangeran Permaisuri itu. Sunghoon berniat mengabaikan, tetapi lama-lama dia merasa risih.

Seperti saat ini contohnya. Sunghoon sedang mengantri tenang untuk mengambil jatah makan siang. Laki-laki itu tetap membawa pedangnya meskipun berada di gazebo memanjang—tempat di mana para dayang, huin, serta tentara mengisi perut mereka.

Ia membawanya hanya untuk berjaga-jaga saja jika ada keadaan mendesak. Namun, Sunoo yang mengantri tepat sebelahnya malah memandang Sunghoon sinis dari atas ke bawah. Sunghoon menyadari hal itu dan berniat mengabaikan sebelum Sunoo membuka suara.

"Dasar pencari perhatian. Sok keren," Sunoo memutar bola mata malas.

Alis Sunghoon terangkat satu. Ia tidak salah dengar 'bukan? "Maaf?"

"Kenapa menyahut? Oh? Kau merasa tersindir?" balasan Sunoo yang tidak santai membuat perhatian orang-orang tertuju pada mereka berdua.

"Kukira kau sedang menyindir diri sendiri karena berteriak juga termasuk tindakan mengundang perhatian," balas Sunghoon dengan nada datar terkesan menyebalkan.

Perkataan itu sontak membuat Sunoo ditertawai oleh orang-orang sekitar. Wajah Sunoo memerah malu sekaligus marah. Ia pasti terlihat konyol sekarang. Niatnya ingin memberi Sunghoon pelajaran untuk melampiaskan rasa kesalnya, malah dia sendiri yang terkena batunya.

"Ada apa dengan Huin itu? Tiba-tiba menyerang panglima tampan nan keren kita. Kurang ajar sekali."

"Bukankah dia Huin Sunoo? Si populer dari kediaman Pangeran Permaisuri."

"Pasti dia cemburu karena tidak lagi menjadi pusat perhatian orang-orang sejak Sunghoon masuk ke istana. Dia pasti merasa terancam karena memiliki saingan yang lebih keren darinya."

Sunoo menoleh dengan tatapan keki ke arah lima orang perempuan yang semula tengah bergosip tentang dirinya. Dayang-dayang muda itu langsung mengalihkan pandangan lalu berlalu pergi. Sunoo mendengus kesal. Seenaknya saja mereka menghakiminya tanpa tahu apapun.

Setelah mengambil lauk, laki-laki bermarga Kim itu menjelajahi setiap sudut tempat makan untuk mencari seseorang bertubuh tinggi semapai dengan pakaian serba hitam. Sampai akhirnya netra rubah Sunoo menemukan Sunghoon di jajaran meja memanjang urutan ke lima, di kelilingi oleh para dayang yang mencoba menyuapinya bergantian.

"Bisa-bisanya dia memasang wajah tanpa dosa setelah melakukan kesalahan besar?! Bodonnya lagi dayang-dayang sialan itu malah bersikap seolah tidak terjadi apapun. Memang tidak ada yang peduli pada Pangeran Permaisuri selain diriku."

Sunoo melangkah berdentum-dentum hingga membuat kayu yang dia pijak berderit nyaring. Ia duduk begitu saja tepat di hadapan Lee Sunghoon. Kemudian, menusuk-nusuk daging di mangkuknya dengan sumpit sembari memandang Sunghoon penuh dendam.

"Hei! Kenapa kau duduk di sana?! Menganggu pemandangan saja!" sinis dayang yang berniat menyuapi Sunghoon. Namun, diabaikan oleh si empunya.

"Aku perlu bicara empat mata dengannya," Sunghoon memberikan tatapan datar, "Kalian carilah tempat lain."

Dayang-dayang yang duduk di dekat Sunghoon pun menuruti ucapannya tanpa protes. Akan tetapi, sebelum beranjak pergi mereka sempat memberikan tatapan permusuhan pada Sunoo yang langsung dibalas tak kalah tajam.

"Kenapa diam? Bicaralah. Jangan tiba-tiba berlaku tidak sopan seperti tadi. Kau pikir aku bisa membaca pikiranmu?" tuntut Sunghoon.

Sunghoon tentu mengenal Sunoo karena mereka melayani pasangan Raja dan Pangeran Permaisuri. Hanya sebatas mengenal sebagai sesama pengikut setia tanpa pernah terlibat percakapan apapun. Kemudian, tak ada angin tak ada hujan lelaki bermarga Kim itu menyindirnya tanpa sebab. Bagaimana Sunghoon tidak bingung dengan Sunoo yang tiba-tiba muncul seakan mengibarkan bendera perang padanya?

The Shadow ; jaywon auTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang