74

1.1K 128 34
                                    

Hari demi hari berlalu sejak pengadilan berlangsung dan sejak saat itu Pangeran Heeseung dikurung di kediamannya. Paduka Agung tidak memperbolehkannya menginjakan kaki keluar kediaman tidak peduli apapun alasannya.

Paduka Agung takut seseorang akan mencoba membunuh Pangeran Heeseung di dalam 'kandang'.

Park Heeseung pada dasarnya adalah anak penurut. Dia memahami kekhawatiran Jeon Jungkook dan sebetulnya tidak ingin membantah. Namun, di sisi lain dia juga sangat mengkhawatirkan Jiurong Jaeyun.

Dia baru saja menerima kabar bahwa appa Jiurong Jaeyun meninggal karena serangan jantung setelah mengetahui kematian suaminya dan mereka dikuburkan dalam satu peti yang sama.

Park Heeseung tidak bisa membayangkan betapa hancurnya perasaan Jiurong Jaeyun. Anak laki-laki itu belum lama ditinggalkan oleh ayahnya dan sekarang, appanya menyusul. Bagaimana Jiurong Jaeyun, remaja berusia enam belas tahun itu sanggup menghadapi hal ini sendirian?

"Apakah ada cara untuk keluar tanpa diketahui penjaga?" Park Heeseung bergumam, menatap tumpukan salju yang menumpuki atap kediaman, "Jiurong Jaeyun ... dia saat ini membutuhkan seseorang di sampingnya."

Tanpa diduga, seseorang menyahuti gumamannya dari arah belakang, "Yang Mulia, ini bukan saat yang tepat bagimu untuk memikirkan orang lain."

Pengalaman menegangkan membangkitkan naluri kewaspadaan dalam diri Park Heeseung. Pria berstatus sebagai Pangeran itu berputar; menarik pedang di pinggangnya dan meletakkan bilah tajam itu di samping leher seseorang.

Cahaya matahari memantul dari bilah pedang, mengungkapkan sorot mata bersalah Jung Sangwook, "Yang Mulia, aku pantas menerimanya."

Jung Sangwook menyamar menggunakan pakaian prajurit. Tubuh kurus terpelajarnya saat ini benar-benar tersamarkan berkat baju besi dan tubuh tingginya.

Kening Park Heeseung mengerut. Pertanyaan  mengenai bagaimana Penasehat Kerajaan ini mampu melewati penjagaan segera teralihkan oleh perkataan ambigu Jung Sangwook.

"Kita jarang bertemu, jadi tidak mungkin ada dendam di antara kita 'bukan?" Pangeran Heeseung tersenyum lembut, "Lama tidak melihatmu, Penasihat."

Jung Sangwook mengabaikan senyum ramah Pangeran Heeseung. Dia malah menunduk, menunjukkan wajah tidak berdaya yang tentu ssja mengangu hati lembut Park Heeseung. 

Penasihat itu nekat menyamar untuk bertemu dengannya. Tentu saja dia tidak akan datang jika bukan untuk memberitahukan hal yang sangat penting.

Jadi, Park Heeseung membubarkan pelayan dan membawa seorang prajurit masuk ke kamarnya.

Jung Sangwook tampaknya tidak ingin berbasa-basi. Pangeran Heeseung bahkan belum duduk bersila di tempatnya, tetapi Jung Sangwook sudah lebih dulu jatuh berlutut dengan bunyi gedebuk yang kuat, seolah-olah ada beban besar di pundaknya.

"Yang Mulia, selagi ada kesempatan. Aku sarankan kau untuk pergi dari kerajaan ini. Larilah sejauh mungkin! Jangan sampai ... jangan sampai Baginda Raja menangkapmu!"

Mendengar ini, perasaan Park Heeseung berubah menjadi tidak nyaman, tetapi dia masih mempertahankan senyumnya sembari duduk perlahan, "Penasihat, sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa aku harus lari dari Baginda Raja?"

Kemudian, Jung Sangwook menundukkan kepalanya dalam-dalam, "Semua ini berawal dari kesalahanku. Saat itu, aku tidak sengaja mengetahui bahwa sebenarnya ... bahwa sebenarnya Pangeran memiliki perasaan terhadap Pangeran Permaisuri."

Perkataan Jung Sangwook bagai lonceng kematian yang membuat tubuh Park Heeseung kaku seperti mayat. Pangeran Kedua itu melebarkan matanya penuh rasa keterjutan. Dadanya mengembang dan mengempis; meraup udara lebih banyak, tetapi dia justru merasa sesak.

The Shadow ; jaywon auWhere stories live. Discover now