23

2K 331 39
                                    

Sebelum disewakan, Shou Wen Nuan dulunya adalah rumah milik seorang bangsawan dari Klan Han. Dibangun sebagai hadiah pernikahan untuk wanita yang dia jadikan selir. Namun, siapa sangka, saat bangsawan itu kembali lebih cepat setelah melakukan perjalanan dinas, dia menemukan selirnya sedang bermesraan dengan lelaki yang lebih muda darinya.

Chaegyung belum selesai bercerita, tetapi Jungwon tidak bisa tahan untuk tidak berkomentar, "Tidak heran bangunan Shou Wen Nuan cukup besar. Tempat ini memiliki tiga paviliun, pemandangan di halaman juga sangat memanjakan mata, langsung menghadap ke sungai dan pegunungan."

Tatapan Jungwon menerawang jauh ke depan, tersenyum kaku,  "Bangsawan Han sangat mengharapkan kehidupan yang romantis dengan selirnya. Aku merasa prihatin dia berakhir dikhianati."

"Saat pertama kali datang ke sini, sebenarnya aku cukup heran," Chaegyung menggaruk kening lebarnya, "Mengapa bangsawan Han membangun paviliun yang memiliki banyak kamar berendam? Padahal dia hanya tinggal bersama selirnya. Ah, tidak hanya itu, di sini bahkan ada lebih dari satu kamar tidur! beberapa Kamar di dalam rumah dan satu kamar terbuka di halaman belakang. Ada batu besar untuk berbaring di sana. Cukup untuk dua orang. Sekelilingnya hanya ditutupi oleh tirai merah."

Chaegyung melanjutkan. Wajahnya mengernyit tidak nyaman, "Permukaan batu itu memiliki bau menyengat yang sangat aneh. Belum pernah aku mencium bau seperti itu. Aku heran dari mana datangnya ..., untung saja ketika dibersihkan, baunya menghilang."

Tubuh Jungwon membantu. Dia mencerna kata-kata Chaegyung, berpikir dalam diam, lalu telinganya memerah. Jungwon tiba-tiba mengibaskan lengan bajunya seperti yang sering Jongseong lakukan ketika kesal. Jungwon menutup mata, mendesis kecil di sela-sela giginya, nyaris menyerupai bisikan.

"Tidak tahu malu ..."

Mantan pasutri itu bersenang-senang disegala tempat. Tak cukup di dalam rumah, mereka juga melakukannya di luar rumah. Wajah Jungwon berubah warna menjadi hijau, lalu ungu, lalu merah, warna-warni seperti pelangi. Rasa mual menjalar dari perut ke tenggorokannya. Sarapan yang mendarat di lambungnya memberontak ingin keluar.

Pantas saja rumah ini dibangun jauh dari pemukiman penduduk, seperti terisolasi. Tidak ada tetangga di kanan, kiri, atau belakang, kecuali makhluk yang bosan hidup di dalam sungai, menunggu untuk dijadikan ikan bakar. Sebesar apapun rumah, serapat apapun pintu kamarmu, mana mungkin suara-suara memalukan itu tidak terbawa angin ditengah kesunyian malam.

Bangsawan Han itu benar-benar ... Mungkinkah dia berniat menghabiskan hari-hari bersama selirnya dengan melakukan 'itu' tanpa jeda hari?

Jungwon memandang Chaegyung tidak percaya,  "Kenapa ... kenapa Nyonya Shou memilih tempat ini untuk dijadikan rumah amal?"

"Tentu saja karena bangunan ini lebih dari cukup untuk menampung pengemis dan orang-orang miskin," pertanyaan Jungwon agak membuat Chaegyung salah paham. Jadi remaja polos itu bertanya, "Apa ada sesuatu yang salah?"

Jungwon tersenyum kaku. Beruntung saat ini rambut sehitam tintanya yang panjang tergerai jatuh menutupi telinganya yang memerah,"Itu ... itu ... itu"

Pangeran Permaisuri berhenti dikata 'itu' bibirnya mendadak kelu.

Ia bingung harus merespon seperti apa. Dia tidak pernah menghadapi situasi semacam ini, menutupi hal-hal cabul dari gadis polos. Akan tetapi, otak manusia dirancang untuk bekerja lebih praktis ketika dalam keadaan terdesak. Jadi meskipun sedikit lama, Jungwon akhirnya bisa menjawab.

"Bukankah harga sewanya sangat mahal? Apa lagi ini rumah milik bangsawan."

"Ah," Chaegyung mengangguk mengerti, "Tidak begitu mahal. Itu karena kehidupan pernikahan bangsawan Han dan selirnya berakhir menyedihkan. Banyak yang percaya jika kau membeli tanah di sini, kau akan berakhir dikhianati seperti Tuan bangsawan Han."

The Shadow ; jaywon auDonde viven las historias. Descúbrelo ahora