75

893 114 14
                                    

Entah mengapa, Yang Jungwon merasa sangat pusing. Tubuhnya juga terasa lemah, dia bahkan perlu bantuan untuk sekedar bersandar pada tempat tidur. Dayang Lim takut terjadi sesuatu, jadi dia segera mengundang tabib kerajaan untuk datang.

Tak disangka, bukan hanya tabib yang datang. Tidak masalah jika itu hanya Park Jongseong. Jungwon juga tidak keberatan jika ayahnya ikut, tetapi mengapa Kim Jinseong juga hadir?

Meskipun hubungan antara Yang Hwan dengan Kim Jinseong mulai terlihat, tetapi Jungwon masih merasa asing setiap kali dia di dekat Kim Jinseong. Mungkin karena mengetahui bahwa kakek suaminya ini membencinya, Jungwon masih memiliki sugesti bahwa Kim Jinseong membencinya hingga sekarang.

Tabib kerajaan meletakkan bantal kecil di bawah pergelangan tangan Pangeran Permaisuri dan mulai memeriksa denyut nadinya. Park Jongseong menatap Pangeran Permaisuri, memberikan tatapan penuh arti. Pangeran Permaisuri tersenyum padanya dengan sinar harapan.

Mereka telah melakukannya setelah delapan tahun melalui lika-liku antara cinta dan benci, antara cinta dan perseteruan, antara cinta dan ketidakpercayaan. Selama delapan tahun itu juga, Yang Jungwon telah menanti dengan berbagai luka di hatinya.

Dia hanya berharap dia bisa memiliki seorang anak. Ini adalah hal yang sangat dia nantikan sejak lama. Jika dia tidak mendapatkan kabar baik hari ini, tidak masalah. Mereka bisa berusaha lagi lain kali-----

Sebelum dia menyelesaikan monolognya, tabib tiba-tiba bersujud ke arah Park Jongseong.

"Selamat Baginda Raja!" Tabib memasang wajah sumringah. Dadanya mengembang karena kebahagiaan, "Pangeran Permaisuri telah mengandung!"

Park Jongseong adalah yang pertama kali bereaksi.  Dia berdiri dengan mata melebar penuh rasa keterkejutan. Untuk sesaat dia tidak tahu harus melakukan apa. Dia hanya menatap Jungwon dan perutnya bolak-balik selama beberapa saat.

"Aku akan menjadi seorang ayah?" Park Jongseong menunjuk dirinya sendiri. Dia lalu menghampiri tabib dan menepuk-nepuk bahunya antusias, "Tabib! Katakan sekali lagi! Katakan sekali lagi!"

Tabib itu kembali bersujud, "Selamat Baginda Raja! Anda akan menjadi seorang Ayah!"

Pangeran Permaisuri tersenyum hangat. Ujung matanya mulai memerah.

"Memalukan! Mengapa perlu meminta tabib untuk mengulanginya?! Jangan sampai kehilangan martabatmu karena terlalu senang," Kim Jinseong menunjuk cucunya marah, mengomeli. Namun, dibalik janggutnya, dia diam-diam tersenyum.

Park Jongseong tidak peduli dengan omelan tersebut. Sementara itu, Yang Hwan menyeka sudut matanya menggunakan ujung lengan. Sebagai seorang ayah, dia tentu tahu apa yang paling Jungwon inginkan. Dia juga telah melihat berbagai macam orang yang berani meremehkan Jungwon hanya karena dia belum bisa memberikan keturunan.

Setelah hari ini, Pangeran Permaisuri tidak akan lagi mendapat kecaman dari berbagai arah. Putranya telah membuktikan bahwa dia bisa memberikan penerus bagi Tanah Penunjang. Selain itu, fondasi keluarga Yang telah menguat dengan adanya hubungan pernikahan dengan keluarga Lee.

Untuk sementara ini, Paduka Agung pasti tidak akan berbuat macam-macam. Belum lama ini dia baru menyelesaikan hukuman kurungan rumah. Namun, itu tidak menjamin dia hanya akan duduk diam dan menyaksikan dari kejauhan.

"Tidak disangka, hari yang telah dinanti-nanti akhirnya datang," Yang Hwan menghela panjang, merasa sangat bersyukur, "Tuan Jinseong, kita akan menjadi kakek."

Kim Jinseong mengoreksi, "Tuan Yang Hwan, kita berbeda generasi. Kali ini, aku akan menjadi kakek buyut."

"Oh maafkan kecerobohanku," Yang Hwan tertawa lepas, "Padahal kau lebih tua dariku, tetapi gejala pikunku lebih dulu kambuh."

The Shadow ; jaywon auWhere stories live. Discover now