41: Perihal Ikhlas dan Memaafkan

491 49 20
                                    

Selamat Membaca

꧁ Selamat Membaca ꧂

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

⚫ ⚫ ⚫

Di hari-hari berikutnya, setiap kali Bunga memperhatikan Nayla, perempuan itu selalu terlihat murung, menyendiri dan cenderung tidak bersemangat. Seperti tadi pagi, gadis itu menjadi orang pertama yang hadir di kelas sebelum dirinya. Sudah duduk dengan posisi merebahkan kepala di atas lipatan kedua tangannya. Dan posisi itu tidak berubah sampai sekarang di jam istirahat. Entahlah, Nayla yang memang begitu pulas tertidur atau gadis itu berpura-pura untuk tidur. Untung saja guru yang mengajar tadi tidak begitu meperhatikannya sehingga Nayla tidak kena teguran.

Bunga bimbang. Hati kecilnya mengatakan bahwa dia iba pada Nayla dan jujur saja, dia sudah memaafkan semua perbuatan buruk yang dilakukan Nayla padanya. Bunga tidak ingin berlarut-larut menyimpan dendam. Justru, beban di hatinya akan menghilang ketika dia mulai memaafkan dan memilih untuk melupakan walau itu sulit dilakukan. Kuncinya hanya satu, keikhlasan. Jika kita bisa menerimanya dengan ikhlas dan lapang dada, semenyakitkan apapun luka yang ditorehkan, maka waktu masih bisa memulihkan. Dan sebaliknya, jika kita tidak mampu untuk ikhlas, mau seberapa banyakpun waktu berlalu dan terlewati, kata pulih itu tidak akan pernah didapatkan.

Perihal ikhlas dan memaafkan adalah buah dari kesabaran. Sejauh ini, itu yang bisa Bunga petik dari kehidupan.

Maka, dengan bekal kata memaafkan meski tanpa ucap, Bunga sudah membeli dua kotak susu cokelat sehabis dari kantin tadi. Berjalan pelan mendekati meja Nayla, perempuan itu meletakkan satu susu kotak itu di atasnya—dengan perlahan, seolah sekecil apapun pergerakannya itu dapat membangunkan Nayla.

Friska yang sedari tadi menempel pada Bunga sudah akan bersuara. Namun, dengan segera Bunga menempelkan telunjuknya di depan bibir. “Ssst,” desisnya pelan, menyuruh Friska agar tidak berisik. Setelahnya menarik Friska menjauhi posisi Nayla.

Friska merunduk untuk berbisik, “Lo ngapain, sih, ah! Segala ngasih susu ke orang itu!”

Bunga tersenyum, kemudian berbalik untuk kembali menatap Nayla dengan posisi yang masih sama. Setelah ini, dia harap perasaan Nayla segera membaik. Dengan semua yang telah Bunga lalui, semoga hati Nayla juga memulih seperti dirinya.

“Nggak boleh dendam.” Hanya itu yang dia katakan.

Lalu, kala kepalanya kembali dia tolehkan setelah menatap Nayla, pandangannya tanpa sengaja beradu pada Arion yang hendak keluar kelas—juga turut memandangnya.

Bunga menunduk, menatap satu kotak susu cokelat yang tersisa di tangan kirinya. Dia ... akan segera memberikannya pada satu sosok lagi.

彡✿❦彡✿❦彡✿❦彡✿❦

“Ah, dugaanku bener. Di sini ternyata.” Itu adalah kalimat pertama yang Bunga ucapkan sesampainya dia di rooftop.

Find Yourself!Where stories live. Discover now