5: Bunga dan Manusia Aneh

477 81 3
                                    

Selamat Membaca

꧁ Selamat Membaca ꧂

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

⚫ ⚫ ⚫

Aaa ... Mau lagi,” pinta Gerhan manja sambil membuka lebar mulutnya.

Tanpa banyak bicara, kembali Jojo—kekasihnya—menyuapkan potongan bakso ke mulut Gerhan yang sedang duduk di sampingnya. Sedang ketiga temannya; Arka, Malik, dan Farrel yang duduk di depan mereka hanya memutar bola mata malas.

“Jo, gue juga mau dong disuapin,” pinta Farrel dengan wajah memelas, laki-laki itu menopang dagu dengan kedua tangan sambil mengedip-ngedipkan mata.

“Mau mati lo ya?” sarkas Gerhan dengan tatapan tajam.

“Haduh, pawangnya ngamuk,” ujar Farrel lalu menyuapkan batagor ke mulutnya dengan tidak minat.

“Waduh,” kaget Arka saat hendak menyendokkan sambal ke mangkuknya yang tanpa sengaja tersenggol lengan Malik, menyebabkan sendok tadi jatuh ke bawah meja.

“Eh sori,” ucap Malik santai.

“Santuy.” Arka menunduk untuk mengambil sendok yang terjatuh. Begitu sudah didapatnya kembali, dia letakkan sendok itu di pinggir meja, mengganti sendoknya dengan yang baru.

Gerhan yang tanpa sengaja memperhatikan Arka—lebih tepatnya memperhatikan kalung rantai kecil yang berbandul sebuah cincin plastik berwarna kuning yang melingkar sempurna di lehernya. Biasanya, kalung itu selalu tersembunyi di balik seragam ataupun kaus yang Arka kenakan, namun kali ini kalung itu keluar dari persembunyiannya. Sepertinya akibat Arka menunduk saat mengambil sendok tadi.

“Gue heran sama lo, apa istimewanya cincin yang lo jadiin bandul di kalung lo itu sih, cuma cincin hadiah ciki-ciki doang,” ucap Gerhan penasaran sambil mengendikkan dagu ke arah leher Arka.

Secara spontan Arka langsung memegang cincin di kalungnya itu, menunduk untuk menatapnya sebentar lalu menyembunyikan kembali di balik kemeja seragam. “Kepo!” tukasnya.

“Jangan-jangan lo jadiin jimat ya?” celetuk Farrel asal.

Baru saja Arka ingin membuka mulut untuk menyahut, suara batuk Malik mengagetkan mereka semua.

“Uhuk, uhuk ...” Malik terbatuk-batuk sambil memukul-mukul dadanya, sepertinya dia baru saja tersedak.

Arka yang duduk tepat di samping Malik, baru akan menyodorkan gelas minumnya ketika sebuah tangan lain lebih dulu menyodorkan minum pada laki-laki itu, tangan itu, Jojo pemiliknya. Namun Malik malah mengambil gelas berisi jus jeruk milik Farrel membuat laki-laki itu mencak-mencak sendiri karena minumnya telah tandas habis diteguk Malik.

“Makanya kalo pake sambel tuh dikira-kira, jangan asal tuang, makannya juga pelan-pelan aja, kesedak ‘kan lo,” cibir Jojo dengan wajah yang sedikit merengut.

“Masih hidup?” tanya Gerhan setelah batuk Malik mereda. Jojo memukul punggungnya pelan. Sedangkan Malik sudah melayangkan tatapan maut pada Gerhan.

Gerhan yang diberikan tatapan tajam itu segera berujar, “Wesss selow, Bro.”

Arka yang sedari tadi memperhatikan kronologi minuman tadi, nampak mengerutkan alis heran. Menatap pada Gerhan yang hanya tak acuh kemudian pada Malik yang tidak kalah tak acuhnya, lalu pada Jojo yang sudah kembali diam. Merasa hanya dirinya yang aneh, Arka mengendikkan bahu, lalu kembali menyuapkan kuah soto ke dalam mulutnya.

Setelah itu mereka kembali hening. Hanya saja sekarang sebuah senyuman jahil terbit di bibir Gerhan, tidak ada yang menyadarinya.

Saat dilihat dua orang gadis berjalan mendekat ke arahnya dengan masing-masing tangan membawa semangkuk bakso, Gerhan yang kebetulan duduk di pojok pinggir, dengan sengaja menjulurkan sebelah kaki panjangnya.

Mampus lo kesandung, batinnya.

Menghitung mundur dalam hatinya, Gerhan sudah tidak sabar.

Tiga ... dua ... sa ... tu ...

“Aduh ...”

“Yes.”

Suara keluhan itu bersamaan dengan seruan kemenangan dari Gerhan.

“Bunga!” pekik Friska khawatir. Dia berjongkok dan membantu Bunga membersihkan seragamnya.

“Upss, maaf nggak sengaja,” ucap Gerhan sambil melirik Bunga yang tersungkur di sampingnya tanpa berniat untuk membantu. Yang jelas, dia sudah sangat puas menjahili gadis yang dia panggil ‘Gentong’ itu.

Bunga, gadis itu jatuh tersandung kaki Gerhan. Seragamnya sudah dikotori dengan kuah bakso dan tangan gadis itu pun ikut terkena siraman kuah bakso panas tadi, membuat gadis itu meringis kesakitan.

Arka segera bangkit setelah mendengar kegaduhan itu, kemudian berjongkok di depan Bunga, membantunya untuk kembali berdiri.

“Lo nggak papa?” tanya Arka khawatir, lalu menatap pada punggung tangan Bunga yang sedikit melepuh. Lalu dia melirik pada Gerhan yang sedang tersenyum puas. “Lo keterlaluan,” desisnya yang hanya diberi respon berupa endikkan bahu oleh Gerhan.

“Lo tolong beresin yang di sini,” ucapnya pada Friska, lalu kembali menatap Bunga.

“Tangan lo melepuh, ayo biar gue obatin.” Tanpa menunggu persetujuan dari Bunga, Arka langsung menarik lengannya dan membawa Bunga menuju wastafel terdekat untuk membasuh terlebih dulu luka bakar itu, lalu kemudian mengantarnya menuju UKS.

彡✿❦彡✿❦彡✿❦彡✿❦

“Tolong lepasin!” Bunga menyentak kasar tangannya dari genggaman laki-laki yang dia sendiri tidak ketahui siapa namanya.

Arka sedikit terkejut dengan gerakan tiba-tiba itu, dia mengusap tengkuk belakangnya—salah tingkah. “O-oh? Maaf,” ujarnya. Kemudian memperhatikan punggung tangan Bunga yang sedikit melepuh. “Tangan lo melepuh, ayo ke UKS gue obatin.” Dia ingin kembali meraih tangan berisi itu namun secepat itu pula gadis itu menghindarinya.

Bunga menunduk, merasa bingung dengan situasi. Siapa kakak kelas yang baru saja membantunya ini? Memang, wajahnya tidak asing karena Gerhan sering membawa teman-temannya ke rumah laki-laki itu untuk sekedar bermain karambol ataupun mengerjakan tugas.

“Terimakasih, tapi aku bisa sendiri,” tutup Bunga kemudian melenggang pergi meninggalkan Arka yang terkekeh geli, merasa lucu.

“Nama gue Arka,” teriaknya di tengah-tengah koridor yang lumayan ramai. “Dari kelas XII MIPA 2,” sambungnya kemudian tertawa sendiri.

Bunga masih mendengarnya, dia memejamkan mata rapat-rapat. Ada apa sih sebenarnya?

⚫ ⚫ ⚫

..••°°°°••..

Bersambung

°°••....••°°

280201

Find Yourself!Where stories live. Discover now