chapter 2

126K 11.8K 967
                                    

Zehan meletakkan tasnya diatas meja makan, ia berjalan kearah kulkas kemudian meraih satu botol minuman dingin dan meneguknya hingga tandas.

Tangannya meremat botol minuman yang sudah kosong itu hingga tak terbentuk, matanya menatap nyalang kearah sosok Ayahnya yang tengah terbaring diatas sofa dengan puluhan botol kaca bekas minuman alkohol yang berserakan diatas lantai.

Zehan melempar botol pada tong sampah kemudian mengambil tasnya dan berjalan kearah tangga, berjalan dengan langka yang lebar agar cepat sampai ke kamarnya yang berada di lantai atas

Merebahkan tubuhnya diatas kasur yang begitu empuk membuat Zehan dapat bernafas lega. Menghiraukan rasa sakit pada bagian punggung nya Zehan tanpa sadar memejamkan matannya mencoba untuk tertidur

Namun sebelum Zehan benar benar terlelap dirinya dengan terburu buru bangun dari posisi tidurnya setelah mendengar teriakan ayahnya yang berasal dari lantai bawah

"ZEHAN KEMARI KAMU!"

Zehan tahu ayahnya benar benar murka dengan kejadian tadi pagi yang mengharuskannya di panggil oleh pihak sekolah. Bergerak melepas seragam putihnya hingga hanya tersisa kaos tipis tanpa lengan. Zehan mulai berjalan kearah lantai bawah menghampiri ayahnya yang sudah menunggu dirinya sembari bersandar pada dinding

Leonard melempar surat peringatan dari sekolah yang ia dapatkan tadi pagi sewaktu di panggil ke sekolahan anaknya di depan wajah Zehan

"Dasar anak nggak tau terimakasih! tukang malu maluin keluarga! kamu nggak pernah mau jadi anak yang nurut, Saya menyesal sudah membesarkan kamu!"

Plakk!

Leonard menamparnya. Tamparan yang terasa kebas di kulit Zehan sehingga menciptakan bekas merah yang tidak mungkin hilang dengan cepat.

Kedua tangan Zehan mengepal di sisi tubuh. tamparan yang diberikan oleh ayahnya bukan main main, terasa sakit namun tak sesakit dengan luka yang berada di hatinya.

"Kalau Ayah menyesal telah membesarkan Zehan kenapa nggak bunuh Zehan sekarang aja?! Ayah cuma bisa nampar Zehan kan? ayo tampar lagi!"

Plakk!!

Leonard kembali menamparnya untuk yang kedua kali, Zehan meludah kearah samping ketika merasakan bibirnya berdarah. Tamparan kali ini terasa 2 kali lebih sakit dari yang sebelumnya. Zehan menatap nyalang kearah ayahnya

"Saya bersikap seperti ini karena kesalahann Anda! Apa Anda lupa bahwa Anda tidak pernah punya waktu untuk mendidik saya?!"

Dadanya naik turun menahan emosi yang memuncak, jujur bibirnya terasa tambah sakit saat dirinya berbicara dengan keras di hadapan ayahnya

"Kurang ajar ya kamu anak sialan! Saya sibuk bekerja untuk membiayai kehidupan kamu!"

"Kehidupan apa yang Anda bicarakan? Semuanya omong kosong! Saya nggak butuh harta maupun fasilitas yang nyaman! Saya hanya butuh keluarga saya balik seperti semula!" Zehan menyahut dengan tatapan terluka menatap kearah pria paruh baya di hadapannya

Leonard mendorong tubuhnya hingga tersungkur diatas lantai. Zehan hendak melarikan diri namun ayahnya lebih dulu menginjakkan kaki diatas perutnya.

Leonard mengambil penggaris besi serta korek api dari dalam kantongnya, membakar penggaris itu hingga terasa panas kemudian berjongkok di hadapan Zehan. Tangannya terulur menyingkap kaos tipis yang dikenakan Zehan kemudian menempelkan penggaris tersebut pada perut anaknya

Zehan memejamkan matanya. Ia mengunci mulutnya rapat rapat ketika rasa perih dan panas yang bersamaan mulai menjalar di area perutnya. Tubuhnya begitu lemas terasa tidak bisa di gerakkan namun syarafnya berteriak kesakitan.

Ketos Vs Badboy [TERBIT]Where stories live. Discover now