chapter 8

94.8K 10.9K 590
                                    

Jam istirahat adalah yang paling di tunggu tunggu oleh para murid. Jam istirahat menjadi penyelamat bagi murid murid yang merasa bosan di kelas dan kelaparan. Biasanya murid murid akan segera berhamburan ke kantin lalu mengerubungi stan penjual makanan dan minuman favorit mereka.

Namun untuk hari ini berbeda. Banyak murid murid yang yang sedang berkumpul di pinggir lapangan, mereka semua menyaksikan para berandalan sekolah sedang berbaris rapi di tengah lapangan, di depan para cowok yang berbaris itu ada belasan anggota OSIS yang sedang berjaga sembari menunggu kehadiran ketuanya

Suara suara yang semulanya ramai karena para penonton penasaran akan siswa yang berdiri di lapangan langsung terhenti seketika saat melihat kehadiran seseorang berbadan tinggi menggunakan setelan seragam beratribut lengkap dan juga blazer yang di rancang khusus untuk ketua OSIS melekat pas dengan proporsi tubuhnya

Heickal berjalan ke tengah lapangan dengan tatapan tajamnya, tangan cowok itu menyeret kerah belakang seragam Zehan membuat sang empunya terus memberontak tanpa berhenti

"LEPAS ANJING!"
"GUE BISA JALAN SENDIRI!!"
"DASAR KETUA OSIS BUDEKK"

Semua orang nampak kaget mendengar semua umpatan yang di lontarkan Zehan kepada Heickal selaku ketua OSIS yang di kenal dingin

Heickal memposisikan Zehan agar berdiri dengan tegak memimpin barisan para berandalan sekolah yang sudah terlibat tawuran

Zehan merasa sedikit pusing dengan luka yang berada di keningnya, ia membuka bandana yang di kenakannya lalu memasukkan kain tersebut kedalam sakunya. Ia bersyukur karena pendarahannya sudah berhenti sejak tadi

Heickal berdiri di depan Zehan dengan sorotan tajamnya yang tak pernah lepas mengawasi bocah nakal di depannya kini. Sejujurnya ia merasa sangat khawatir mengetahui kondisi Zehan yang sepertinya tidak baik baik aja. Namun apapun yang terjadi ia harus bersikap profesional. Heickal memiliki tanggung jawab yang besar sebagai ketua OSIS jadi ia harus bersedia menghukum semua murid yang terlibat tawuran hari ini, lebih parahnya ia harus menggandakan hukuman untuk Zehan selaku pemimpin tawuran

"Kenapa tawuran?"

Zehan sudah menebak bahwa dirinya pasti akan di interogasi seperti ini, mengingat bahwa dirinyalah yang bertanggung jawab atas tawuran yang terjadi

"Di tantang SMA sebelah"

"Jelaskan."

"Aron murid kelas 10 di palak sama salah satu murid SMA sebelah, bocahnya gak terima yauda di hajar sampe babak belur. Pihak sana juga gak terima karena temennya di hajar jadi nantang pihak sini buat tawuran"

Heickal mengangguk mengerti

"Yang mimpin tawuran?"

"Gue"

"Push up 30x."

Zehan tak membantah, ia langsung melaksanakan perintah Heickal.

Semua pasang mata kini sedang menyaksikan seorang Zehan Kartanegara yang di hukum oleh Ketua OSIS. Tidak ada yang berbicara satu orangpun membuat suasana sedikit mencekam

Setelah melakukan push up sebanyak 30x Zehan kembali berdiri dengan tegak seperti posisi sebelumnya. Keringat mengalir dari keningnya membuat cairan tersebut berubah menjadi warna merah karena tercampur dengan darah Zehan yang belum mengering

"Skot jam 20x."

Zehan mengehela nafasnya dengan kesal, sejujurnya ia sangat sangat kelelahan sedari tadi namun karena ia ingin hukumannya cepat selesai jadi Zehan tidak membantah dan segera melakukan skot jam sebanyak 20x

Setelah selesai Zehan kembali berdiri dengan tegak. Heickal memanggil seorang OSIS perempuan yang sedari tadi memegang buku catatan agar menghampirinya

"Catat. Beri 50 poin"

Ayumi mengangguk mengerti, ia sudah terbiasa dengan omongan ketua OSIS yang terlewat singkat itu. Ayumi melaksanakan tugasnya mencatat nama Zehan di buku catatan yang nantinya akan di serahkan ke pengurus BK

"Sudah"

Heickal mengangguk kemudian ia menghampiri barisan cowok yang posisinya berada di belakang Zehan

"Kalian Skot jam 20x."

Atensinya kini melihat kearah para penonton yang masih setia menyaksikan di pinggir lapangan

"BUBAR!"

Heickal mendekat kearah Ayumi memerintahkan gadis tersebut untuk mencatat semua nama siswa yang sedang di hukum di tengah lapangan itu dan memberinya masing masing poin dari mereka sama dengan poin yang di berikan kepada Zehan. Selanjutnya Heickal menyuruh agar anggota OSIS yang lainnya mengawasi siswa yang sedang di hukum. Setelahnya ia pergi meninggalkan lapangan sembari menarik lengan Zehan

•••

Heickal membawa Zehan ke ruangan pribadinya. Cowok itu membuka blazer yang sedari tadi melekat di tubuhnya lalu mendudukkan dirinya di sofa

Sedangkan Zehan tanpa sopan santun mendudukkan dirinya di atas meja. Ia tak peduli mengapa Heickal membawanya kemari. Zehan membuka seragamnya hingga hanya menyisakan kaos tipis berwarna putih

Heickal berdiri di depan Zehan dengan membawa kapas dan juga obat merah di tangannya, Ia hendak membersihkan bekas darah yang berada di kening Zehan namun sang empunya dengan cepat menepis tangan Heickal

"Gak usah diobatin ntar juga sembuh sendiri"

"Nanti infeksi"

"Gak bakal cuma luka kecil doang"

Zehan tersentak kaget karena Heickal tiba tiba meletakkan kedua tangannya di sisi meja yang sedang di dudukinya membuat jarak antara keduanya semakin dekat. Ia bahkan dapat merasakan deru nafas Heickal yang berada di depan wajahnya

"Bisa nurut?"

Suara Heickal terdengar berat dan serak membuat Zehan tanpa sadar mengangguk. Cowok itu saat ini hanya diam saja ketika Heickal mulai membersihkan luka di keningnya dan ketika Heickal mengoleskan obat merah pada lukanya ia sedikit meringis merasakan perih

Setelah selesai mengobati luka di kening Zehan, Heickal kembali duduk di sofa dan bersandar.

Zehan turun dari atas meja, kini ia mendudukkan dirinya disamping Heickal. Matanya berbinar saat melihat ternyata ada semangkok bakso di atas meja yang tadi ia duduki. Zehan mengulurkan tangannya hendak meraih mangkok bakso itu namun Heickal lebih dulu menjauhkan mangkok bakso tersebut dari jangkauan Zehan

"Pelit amat"

Heickal mengabaikan ucapan Zehan. Ia memberikan sebungkus bubur ayam dan juga teh hangat pada Zehan namun cowok itu menolak dengan beralasan bahwa dirinya tidak sakit. Heickal mengedikkan bahunya acuh tak acuh dan mulai menyantap bakso yang sudah di belinya

Zehan menelan ludahnya sembari menyaksikan Heickal yang sedang menikmati makanannya

"Gak adil banget"

Zehan mulai membuka bungkus bubur ayam itu dan mengecapnya sedikit. Ia menoleh kearah bakso milik Heickal yang sudah tinggal setengah

"Kenapa punya lo bakso sedangkan gue bubur?"

"Karena lo belum makan sama sekali"

Zehan mendengus kesal. Ia baru menyadari bahwa ketos yang di kenal dingin itu nyatanya jarang menunjukkan sikap dinginnya kepadanya, yang ia dapat selama ini malahan sisi lain dari Heickal yang tidak di ketahui orang lain

•••

TBC.

Ketos Vs Badboy [TERBIT]Where stories live. Discover now