chapter 21

78.8K 9K 857
                                    

Selama pelajaran berlangsung Zehan tidak bisa fokus karena seseorang yang duduk di samping kanannya terus melihat kearahnya. Ia menyembunyikan wajahnya didalam lipatan tangannya yang berada diatas meja sesekali mengintip kearah Vino yang sedang berkaca sambil memoleskan sesuatu di wajahnya

Zehan menghela nafasnya kemudian memejamkan matanya untuk berkelana di alam mimpi.

Beberapa menit kemudian Zehan terbangun dari tidurnya. Ia menatap sekeliling kelasnya yang sudah sepi, tidak ada satu orangpun kecuali dirinya

Zehan menyampirkan tasnya pada salah satu bahunya kemudian berjalan kearah pintu, tangannya terulur membuka pintu kelasnya namun pintu tersebut tidak kunjung terbuka

"Di kunci?"

Zehan bergumam lalu menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin. Ini bahkan masih lewat 15 menit dari jam pulang, bagiamana pintu bisa di kunci? Sangat mustahil.

Zehan mencoba keluar lewat jendela namun tetap sama karena jendelanya juga tidak bisa di buka. Matanya tak sengaja menangkap siluet seseorang yang sedang berdiri di depan pintu kelas, orang tersebut menggunakan tas yang sama persis dengan tas milik Vino.

Zehan dengan cepat menggedor-gedor pintu supaya Vino dapat menyadari keberadaannya yang masih berada di dalam kelas. Ia bahkan berteriak meminta pertolongan namun yang ia dengar hanya suara langkah kaki yang perlahan mulai menjauh

Sialan. Apakah Vino lah yang sengaja mengunci Zehan di dalam kelas? Ia mengepalkan tangannya di sisi tubuh kemudian meraih handphonenya dari dalam saku. Zehan hendak mendial nomor Aksal namun layar handphonenya lebih dulu mati sebelum panggilannya tersambung

"Anjing! Pake lowbat segala."

Zehan menendang pintu dengan kencang berharap bisa keluar dari kelas secepatnya. Namun pintu itu tetap tidak mau terbuka, yang ada kakinya mulai terasa sakit.

Zehan memperhatikan jendela kelasnya. Ia tidak mungkin bisa keluar lewat sana karena jendelanya tertutup oleh besi yang berbentuk potongan persegi panjang

Zehan terduduk diatas lantai sembari bersandar pada pintu, ia hanya bisa pasrah sekarang. Jika tidak ada bantuan maka terpaksa dirinya harus bermalam di dalam kelas seorang diri. Menunggu sampai pintu di buka esok hari

Zehan membuka seragamnya hingga hanya menyisakan baju berwarna putih. Ia memasukkan seragamnya kedalam tas agar tidak kotor

Dua jam sudah berlalu dan Zehan sedari tadi hanya diam sesekali melihat kearah jendela siapa tahu masih ada orang di dalam sekolah selain dirinya. Langit sudah mulai gelap karena waktu menunjukkan pukul 6 sore

Zehan mengipasi wajahnya menggunakan lembaran kertas ulangan yang di lipat menjadi dua bagian.

"Kipas sama AC kok di matiin sih."

Zehan berjalan kearah bangkunya kemudian merebahkan tubuhnya diatas meja dengan tasnya yang di jadikan bantal. Ia ingin cepat cepat tidur supaya hari esok cepat datang

•••

Pagi ini Heickal bergegas berangkat ke sekolah menggunakan mobilnya. Ia memakai blazer yang di rancang khusus untuk organisasi sekolah bernama OSIS

Beberapa menit kemudian Heickal sampai di halaman sekolah. Ia keluar setelah selesai memarkirkan mobilnya.

Heickal berjalan menelusuri koridor sembari menatap heran pada sekitarnya. Waktu masih menunjukkan jam setengah 7 pagi namun ia hanya melihat beberapa siswa dan siswi yang sedang berlalu lalang, tidak seperti biasanya yang seharusnya sudah ramai.

Heickal berbelok kearah lorong kelas sebelas. Matanya memicing memperhatikan banyak siswa dan siswi yang sedang berlari kearah kelas yang terletak di paling ujung. Langkah kakinya semakin cepat menghampiri segerombolan siswa dan siswi yang mengerubungi kelas

Heickal membelah kerumunan hingga dirinya kini berdiri di barisan paling depan. Ia di suguhkan dengan pemandangan Zehan yang sedang memukuli Vino dengan brutal. Rambut cowok itu berantakan, tanpa memakai seragam dan kantong mata yang berwarna merah membuat Zehan sedikit menyeramkan

"Berhenti."

Semua siswa siswi yang sedari tadi bersorak kini terdiam setelah mendengar suara lantang Heickal yang sedang menatap tajam pada Zehan

Namun Zehan tidak mendengarkan peringatan Heickal. Anak itu tidak bisa membendung lagi emosinya, bahkan ketiga temannya yang berusaha memberhentikan Zehan kini tidak berani mendekat karena pukulan brutal yang di layangkan oleh Zehan kepada siapapun yang berani memberhentikan aksinya

Zehan melepaskan cengkeramannya pada kerah seragam Vino. Ia mendekatkan bibirnya pada telinga Vino kemudian membisikkan sesuatu

"Uke lemah kaya lo nggak pantes nyari gara gara sama seorang Zehan yang menyandang status singanya SMA MATARAM. Lo cuma murid baru, jadi nggak usah sok nyari ribut"

Zehan menoleh menatap banyak orang yang sedang menyaksikan dirinya. Matanya bertabrakan dengan mata Heickal yang sedang melihat kearahnya membuat Zehan dengan cepat memutuskan kontak mata tersebut

Zehan membenarkan letak rambut nya yang berantakan ketika melihat Heickal yang sedang mendekat kearahnya. Ia tersenyum mengira Heickal akan menghampirinya, namun senyuman itu luntur seketika saat Heickal malah menggendong tubuh mungil Vino yang terkulai lemas diatas lantai dan membawanya ke UKS

"BUBAR LO SEMUA!" Setelah berteriak, Zehan langsung berlari kearah toilet. Ia menatap pantulan wajahnya di kaca sembari tersenyum miris

Mengapa Heickal berubah? Zehan merasa tidak melakukan kesalahan apapun. Namun mengapa Heickal mulai menjauh? Mengapa murid baru yang sialnya berada satu kelas dengan Zehan harus menarik perhatian Heickal? Salahkah kalau dirinya cemburu tanpa status yang jelas?

Zehan memukul kaca di depannya hingga pecah. Ia membiarkan darah kental mengalir dari telapak tangannya tanpa berniat mencegah darah itu supaya berhenti

Zehan merasa pusing dan mual. Ia ingat terakhir kali makan kemarin saat berada di kantin, Zehan tidak bisa tidur dengan nyenyak semalam karena suasana dalam kelas yang menyeramkan

Zehan meraup wajahnya dengan air kemudian beranjak hendak keluar dari toilet namun seseorang dari arah luar tiba tiba datang menghampiri Zehan. Orang tersebut membuka kacamata hitamnya lalu menatap dalam kearah netra kembar Zehan

"Are u okay?"

"Gilang?"

Zehan menatap kaget pada Gilang, mengapa cowok itu bisa mengetahui keberadaannya? Apakah dia sengaja mengikuti Zehan atau hanya kebetulan?

"Are u okay?"

Gilang kembali mengulangi pertanyaannya. Matanya melirik kearah tangan Zehan yang mengeluarkan banyak darah

"I'm okay."

Zehan tersenyum kearah Gilang lalu ia mencuci tangannya yang terus mengeluarkan darah, mengabaikan sensasi perih yang begitu luar biasa

Gilang menyerahkan kantong plastik berisi seragam baru kepada Zehan dan langsung di terima oleh anak itu

"Seragam gue ada di tas, ngapain lo beliin?"

"Tas lo dibuang ke tempat sampah sama cowok yang tadi lo pukul"

Zehan menghela nafasnya sebentar kemudian mencoba untuk tetap tersenyum walaupun batinnya sudah menyebutkan nama nama binatang. Sialan Vino benar benar ingin mencari masalah dengannya

•••

TBC.

Ketos Vs Badboy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang