chapter 9

96.9K 11.6K 1.9K
                                    

Zehan terbangun dari tidurnya, ia melirik kearah jam dinding yang menunjukkan pukul 2 pagi. Suara petir yang menyambar begitu keras benar benar mengusik ketenangannya saat tidur

Zehan bangkit dari ranjang lalu berjalan kearah jendela yang terhubung dengan balkon. Ia sedikit mengintip dari balik gorden karena penasaran dengan keadaan di luar, matanya memperhatikan derasnya hujan yang sedang mengguyur kota Bandung malam ini

Zehan meraih selimut bermotif kartun kesukaannya kemudian melilitkan selimut itu di tubuhnya. Ia berjalan keluar kamar sembari menoleh ke kanan dan ke kiri. Sejujurnya Zehan merasa takut jika harus bangun tengah malam seperti ini. Kakinya terus melangkah hingga membawanya ke sofa depan televisi

Brakk!

Zehan menoleh kearah asal suara, ia mencengkram selimut yang sedang di kenakannya, sialan dirinya benar benar parno. Zehan tidak yakin bisa bertahan dalam suasana yang terkesan horror malam ini. Ia menghela nafasnya sebentar kemudian berjalan menuju pintu apartemennya. Keluar dengan selimut yang masih setia bertengger di tubuhnya.

Zehan mengunci pintu apartemennya kemudian berjalan beberapa langkah menuju pintu yang berada di samping ruangannya. Dengan ragu ragu Zehan menekan bel yang berada di samping pintu bertuliskan angka 104

Tak perlu menunggu lama karena kini pintu di hadapannya sudah terbuka menampilkan sosok Heickal yang sepertinya baru terbangun dari tidurnya

"Sorry gue ganggu lo tidur ya?"

"Hmmm"

"Boleh masuk dulu nggak?"

Heickal mempersilahkan Zehan masuk kedalam apartemennya, ia menutup pintu apartemennya tak lupa juga menguncinya kemudian melangkah memasuki kamarnya

Zehan terdiam di tempat, ia menatap sekelilingnya yang terlihat gelap. Dilihatnya hanya kamar Heickal lah yang lampunya masih menyala. Karena Zehan masih parno jadi ia buru buru ikut masuk kedalam kamar Heickal

"Ga sopan banget ninggalin gue"

"Ngantuk."

Zehan mengangguk mengerti, siapa juga yang tidak mengantuk di saat jam sudah menunjukkan pukul 2 malam? Ia memperhatikan seisi kamar Heickal yang terlihat rapi berbeda sekali dengan kamarnya sendiri.

Zehan terus berdiri tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, ia tak tahu harus apa saat ini. Di satu sisi ia merasa mulai mengantuk, di sisi lainnya ia tidak nyaman jika harus meminta izin Heickal untuk menginap di apartemen cowok itu

Heickal perlahan lahan membuka matanya, ia mengubah posisinya menjadi duduk dan bersandar pada sandaran ranjang

"Mau sampai kapan berdiri terus?"

Zehan menoleh kearah Heickal, ia mendudukkan dirinya diatas lantai karena tak melihat adanya sofa maupun kursi di sekitarnya

"Siapa nyuruh duduk di sana?"

"Ha? Trus gue duduk dimana?"

"Kesini"

Zehan berdiri kemudian mendudukkan dirinya di samping Heickal, ia juga ikut bersandar pada sandaran ranjang sembari mengeratkan selimut yang sedang di kenakannya

Heickal memperhatikan gambar kartun yang tertera pada selimut milik Zehan, ia terkekeh setelah mengetahui bahwa Zehan menyukai kartun bernama pororo.

"Kenapa belum tidur?"

"Kebangun"

"Kenapa dateng kesini?"

"Takut di apartemen sendirian"

Zehan menghadap kearah Heickal, eskpresi wajahnya seperti ingin menyampaikan sesuatu namun di tahan tahan membuat Heickal menaikkan alisnya kebingungan

"Kenapa?"

"Gue boleh numpang tidur disini gak?"

"Boleh."

Zehan bernafas lega, setidaknya ia tidak perlu merasa ketakutan lagi dan yang paling penting dirinya bisa tidur dengan nyenyak

"Tapi dengan satu syarat."

Zehan spontan menegakkan tubuhnya, menatap kearah Heickal dengan tatapan serius

"Tidurnya harus begini"

Tiba tiba Heickal mendorong Zehan agar berbaring, ia juga ikut berbaring di sampingnya dengan tangan yang memeluk pinggang Zehan

"Gak gue gak mau ya!"

Zehan menyingkirkan tangan Heickal berkali kali, namun Heickal malah tambah mengeratkan rengkuhannya. Zehan berdecak kesal, ia langsung saja menempeleng kepala Heickal membuat sang empunya mengadu kesakitan

"Kasar."

Heickal tetap saja tak mau melepaskan rengkuhannya pada Zehan, bahkan ia sekarang menyembunyikan wajahnya di antara pepotongan leher Zehan

"Gue udah tau lo suka sama gue"

Ucapan Zehan membuat Heickal mendongak menatap wajah cowok yang sedang di peluknya tanpa menyadari bahwa telinga nya sudah berwarna merah saat ini

"Bohong."

"Serius!"

"Kok bisa tau?"

"Waktu itu pas gue tidur habis lo ngebantu ngobatin luka gue karena kena minyak goreng, lo ngebisikin sesuatu kan di telinga gue"

"Heem"

"Terus lo jarang nunjukin sikap dingin lo ke gue"

"Iya"

"Terus lo juga perhatian sama khawatir kalo ngeliat gue luka, makanya lo mau ngobatin gue"

"Iya sayang iya."

Plakk!

Zehan kembali menempeleng kepala Heickal

"Gausah sayang sayangan. Kita belum jadian!"

Heickal tersenyum mendengar perkataan Zehan, ia mendekatkan wajahnya dengan wajah Zehan

"Belum jadian berarti nanti mau jadian?

Zehan hendak memukul wajah Heickal yang menurutnya menyebalkan dan sangat tampan di waktu yang bersamaan namun pergerakannya kalah cepat karena Heickal sudah berada diatas tubuh Zehan, menindihnya hingga tak ada celah bagi Zehan untuk keluar

"Minggir lo berat!"

"Gak."

"Gue mau tidur"

"Panggil sayang dulu"

"Ck! Gue mau tidur sayang"

"Oke."

Heickal mengecup pipi Zehan kanan kiri bergantian kemudian ia kembali berbaring di samping Zehan, menyampirkan selimut bergambar kartun pororo yang tadi sempat terlepas dari tubuh Zehan lalu memeluknya dan memejamkan matanya

Zehan menatap lurus pada dinding kamar Heickal, entahlah ia merasa sedikit senang karena perkiraannya bahwa Heickal menyukai dirinya tidak salah. Tangannya terulur menyentuh kedua pipinya yang sempat di cium oleh Heickal, tanpa sadar membuatnya tersenyum tipis


•••

TBC.

Ketos Vs Badboy [TERBIT]Where stories live. Discover now