SEPULUH : Saka Antarakata

1.8K 44 3
                                    

Jujur saja, pesan yang diterimanya kemarin setelah menghabiskan waktu dengan Erina cukup menganggu pikiran Jagat, sejak ia menjalani profesi ini--ia selalu memastikan bahwa tak ada yang tahu dunia yang digelutinya sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jujur saja, pesan yang diterimanya kemarin setelah menghabiskan waktu dengan Erina cukup menganggu pikiran Jagat, sejak ia menjalani profesi ini--ia selalu memastikan bahwa tak ada yang tahu dunia yang digelutinya sekarang. Bagi Jagat, ini adalah salah satu rahasia terbesarnya. Hari ini kebetulan jadwalnya untuk bimbingan skripsi dengan Pak Rendy, ia memanfaatkan kesempatan ini untuk sekaligus mencari tahu siapa yang mengiriminya pesan.

"Kamu ini sebenarnya pintar, Gat. Kalau nggak pintar mana mungkin IP mu diatas 3,7 terus, saya harap kamu bisa selesaikan Bab 3 secepatnya ya. Kalau soal Bab 2, kamu tinggal menambah sumber yang lebih relevan dari jurnal internasional," ujar Pak Rendy.

"Baik, Pak," Jagat setengah membungkuk dan bergegas meninggalkan ruangan dosen. 

Ia melihat keadaan sekitar koridor dan cukup sepi, semenjak sibuk dengan skripsi dan kegiatan mereka masing-masing, Jagat sering seorang diri di kampus--hanya Arutala yang sesekali ditemuinya di kampus. 

Lelaki itu menyampirkan tas di pundak sebelah kanan dan menuju perpustakaan yang letaknya berada di utara kampus. 10 menit kemudian, ia sudah sampai di perpustakaan. Jagat mengambil laptop, ponsel dan buku kecil beserta alat tulisnya--lalu tasnya ia titipkan di loker. 

Ia memilih posisi yang cukup nyaman untuk mengerjakan skripsinya, ia taruh laptop dan alat tulisnya di meja dan mulai mencari jurnal yang dimaksud oleh dosen pembimbingnya. 15 menit berlalu, Jagat menemukan salah satu diantaranya dan kembali ke mejanya.

"Gila, keajaiban dunia nih liat Jagat di perpus," Arutala setengah berbisik sambil tertawa, cowok itu duduk di sebelah Jagat yang kebetulan masih kosong. 

Jagat menggelengkan kepalanya.

"Biasa aja kali, Tal. Waktu itu lo nyuruh gue buat lanjut skripsi, sekarang gue di perpus malah lo ledek," sahut Jagat.

"Hahahhaa, sorry deh. Nah, gini dong Gat kerjain skripsi lo, kan gue seneng," Arutala merangkul pundak Jagat.

"Berisik lo ah, udah kayak emak gue. Nanyanya skripsi mulu," 

"Ya, nggak mungkin gue tanya kapan lo kawin juga, kan?"

"Nggak nanya soal kawin juga, nyet," 

"Hahahaha, sip deh gue jadi ada temen ngerjain sekarang. Bosen gue ngerjain sendiri, suntuk," 

"Kalau mau rame, kerjainnya tengah jalan, Tal. Kan rame tuh," 

"Sialan mulut lo," Arutala mendorong pundak Jagat.

"Udah kerjain aja," Jagat memberi isyarat Arutala agar melanjutkan tujuannya kesini.

Mereka cukup lama terlarut dalam kesibukan masing-masing, hingga tak terasa sudah masuk jam makan siang--perpustakaan biasanya akan tutup untuk sementara. 

"Lapar gue, makan bareng yuk," ajak Arutala.

"Lo naksir gue apa gimana sih, Tal? Kok maunya bareng gue mulu," ledek Jagat.

Midnight Madness (Jeno,Jaehyun & Johnny) -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang