TIGA BELAS : Cirillo Demetrius, Alastair Elio & Jagat Dihyan Sahadiya

1.6K 49 4
                                    

"Kusut amat muka lo, Bang," Jagat mencomot nachos dari piring--hari ini mereka bertiga tengah berkumpul di Caelum

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Kusut amat muka lo, Bang," Jagat mencomot nachos dari piring--hari ini mereka bertiga tengah berkumpul di Caelum. 

"Masih ribut lo sama Kikan?" Alastair membuka sekaleng soda dan mengangsurkannya kearah Cirillo--lelaki tersebut langsung menenggaknya.

"Udah nggak sih, dia udah biasa lagi ke gue," sahut Cirillo.

"Udah pake sih, terus ekspresi lo masih sama, Bang," Jagat memang paling peka membaca keadaan seseorang.

"Cerita aja, Ril. Kita mah paling nggak bisa bohong sama Jagat," Alastair setengah mendesak.

Cirillo menghela nafas panjang, ia tatap Alastair dan Jagat secara bergantian.

"Iya, Kikan memang udah biasa ke gue. Dia nggak diemin gue lagi, masakin gue dan lain lain. Tapi sekarang dia nolak setiap gue ajak main," ujarnya.

Jagat hanya diam, ia sudah mendengar insiden yang terjadi malam itu langsung dari mulut Cirillo. Lengkap tanpa ada yang terlewat. Kini ia bingung harus berkomentar apa.

"Lo udah minta maaf dan janji nggak akan ngulangin lagi, kan?" tanya Alastair.

"Udah lah, Air. Gue udah coba bujuk dari pakai kata-kata, beliin dia makanan kesukaannya terus sampai beliin barang yang udah lama dia mau. Dia terima dan sama sekali nggak nolak, tapi dia nggak pernah bilang kalau dia udah maafin gue," tanggap Cirillo. 

"Sorry, Bang. Mungkin dari sudut pandang Kak Kikan, perlakuan lo hari itu bener-bener diluar dugaan. Lo biasanya treat her like a queen, oke kalian berdua suka rough play tapi kan dengan consent. Sementara hari itu lo nggak peduli dia mau sakit atau nggak, yang lo peduliin adalah dia mesti tahu kalau lo nggak suka dipermainkan kalau udah on. Kak Kikan cuma mau godain lo, pengen ketawa bareng tapi lo nanggepinnya seolah itu sama sekali nggak boleh. Makannya dia pikir, nggak perlu kasih such a cold attitude lagi ke lo tapi buat main lagi bukan sekarang waktunya. Dia masih takut lo lakuin hal yang sama," jelas Jagat. 

Cirillo menyandarkan dirinya di sofa dan memejamkan mata, jujur saja sikap Kikan membuat dirinya pusing---perempuan itu biasanya tak pernah rewel dan banyak menuntut. 

"Ajak liburan aja gimana? Nggak usah lama. Jumat sore berangkat, Minggu siang pulang," usul Alastair.

"Kemana? Ada ide?" tanya Cirillo.

"Bali aja, gimana? Ramean deh, bang Air ajak Kak Yara juga. Jadi mungkin Kak Kikan bisa cerita sama Kak Yara nantinya, biasalah cewek kan butuh temen curhat sesamanya," ujar Jagat.

"Boleh juga tuh Bali, deket dan nggak makan banyak waktu. Berangkat sabtu pagi juga oke," sahut Alastair.

"Nanti gue omongin sama Kikan, kalau gue sama dia terus Air sama Yara. Lo sama siapa, Gat? Nggak mungkin lo sendiri, kan?" tanya Cirillo.

Jagat terdiam sesaat.

"Jangan ngajak bini orang lo, Gat," peringat Alastair.

"Nggak lah, gila aja Bang. Nanti gue pikirin, gampang," Jagat menjentikkan jarinya. 

Midnight Madness (Jeno,Jaehyun & Johnny) -END-Donde viven las historias. Descúbrelo ahora